Seorang laki-laki berwajah rupawan, kini sedang sibuk menghitung jumlah anggotanya. Siapa lagi kalau bukan Aqil, kini dirinya tengah berada di lapangan, untuk mencatat anggota osis yang datang hari ini.
"Kok cuma segini?, yang lain nya pada kemana ya?" tanya Aqil pada anggotanya, yang tengah berbaris dihadapannya.
Salah satu pria dari barisan pun menjawab. "Masih ada yang belum pulang event kak."
Aqil tampak sejenak berfikir, "event apa?"
Wanita yang sedari tadi berada di samping Aqil, menoyor kepala Aqil pelan.
"Event pameran lah qil, lo juga yang ngirim pakai lupa segala." Jawab wanita itu, yang dikenal dengan nama Fera.
Aqil menatap Fera tajam, "kepala gue itu di fitrahi ya, enak aja main noyor-noyor sembarangan."
"Nyenye bicit, lo juga sering nepok palak gue pake buku." Balas Fera.
"Yaitu mah emang harus, soalnya lo ngeselin mampus." Saut Aqil.
Lagi-lagi Fera menoyor kepala Aqil.
"Lagi di depan junior njir, bisa-bisanya bercanda." Tegur salah satu pria, yang dari tadi menyimak pertengkaran keduanya.
"Lo suruh diem dulu si taik kecoak ni." Kesal Fera.
Aqil yang mendengar itu, mengambil buku tulis dari sampingnya. Lalu menggeplakkan buku itu pelan kepada Fera.
"Bisa-bisanya cogan gini , dibilang tai kecoak." Ujarnya tak terima.
Pria yang dari tadi menyimak, dengan malas duduk di tengah-tengah keduanya, untuk menjadi penengah.
"Zio, lo ngapain sih malah nyemak disini." Ujar Aqil dan Fera bersamaan.
Lelaki itu hanya menatap Fera dan Aqil malas.
"Kak zi, ini rapatnya jadi gak?, soalnya saya mau izin pulang." Ujar salah satu wanita dari barisan.
Lelaki yang bernama Zio itu, menatap Aqil tajam. "Urusin noh anggota lo, bukannya sibuk gelud."
Aqil terkekeh pelan, tak lama dirinya memberikan sebuah informasi kepada anggotanya.
"Kalau lagi serius gitu, tambah ganteng ya si Aqil." Ujar seorang wanita, yang dari tadi tengah memantau keberadaan Aqil.
Kedua wanita yang berada disampingnya, menatap wanita itu malas.
"Siapa yang punya ide, ngikutin nih bocah. Mantengin crush nya yang beda agama," tutur malas wanita berambut sebahu. Siapa lagi kalau bukan Alesha.
Raya yang mendengar itu, hanya menggeleng pelan.
"Diem dulu deh, nanti gue traktir seblak lo dua." Saut wanita yang tengah memantau Aqil, siapa lagi kalau bukan Alin.
"Nah kalau gitu kan enak lin, mau sampai dua jam pun gue disini, bakal nyaman." Sambung Alesha.
Raya yang mendengar itu, menggelengkan kepalanya heran.
"Bisa-bisanya gue sahabatan sama kalian" ujar Raya frustasi.
Alin dan Alesha hanya menghiraukan itu.
"Baik untuk detailnya sudah saya jelaskan ya, jadi kalau ada yang kurang jelas, bisa tanyakan pada kak Zio. Nanti akan di jelaskan ulang." Ujar Aqil, mengakhiri pembahasannya.
"Silahkan bagi yang ada keperluan bisa pulang terlebih dahulu, dan yang mau pulang silahkan pulang. Saya tidak memaksakan kalian untuk menetap, karena jika menetap bukan kemauan kalian sendiri, itu bakal sakit ujung-ujungnya." Ujar Fera mendramatis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alien
Teen Fiction"Kita itu beda lin, jangan paksain ya. Gue gak mau ambil lo dari tuhan lo." Ujar Aqil, pada wanita yang tengah menatapnya sendu. "Gak ada yang bisa ngalangin qil, walau tembok kita tinggi. Gue mau lo jadi cowo gue" jawab wanita itu. "Itu mau lo, buk...