Sungguh mau dibilang apa, areola merah muda itu memang benar-benar mempesona. Saga merasa berada dalam sebuah dimensi baru terduduk bersama lantunan lagu dan sosok indah yang menghentak-hentak di atas pangkuannya.
Oh, sial.
Tubuh itu terlalu lihai bergerak di atasnya. Ia tidak mungkin menganggurkan begitu saja kesempatan yang ada. Tapi tiba-tiba bunyi antar klakson di sekitar berhasil menyelamatkannya dari lamunan gila yang menguras logika.
"Udah gila gue pasti." Satu tangannya kembali menaikan prasneling, roda mobilnya berputar lagi, menguntit motor butut yang dikendarai seseorang bermantel plastik. "Ngapain gue ikutin, sih."
Saga mendengus.
Pukul sepuluh malam lebih lima menit. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, pengendara motor butut itu menepikan kendaraannya di depan sebuah rumah.
Saga refleks mengijak rem. Dari jarak sepuluh meter, ia masih bisa melihatnya dengan jelas, Kiyara yang turun dari motor, melepas mantelnya--- hujan memang telah berhenti setengah jam lalu.
Saga memicingkan mata, mengamati wajah pria dewasa--- berewokan, yang keluar dari dalam rumah untuk menemui Kiyara. Mereka terlihat berbicara sebentar sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah bersama-sama.
"Kan. Udah gue bilang itu cewek nggak bener." Ia mendesis kesal.
Selang lima menit kemudian, Kiyara keluar lagi dari dalam rumah itu, tapi sendirian. Saga melipat dahi, buru-buru bersembunyi di bawah setir saat wanita itu menoleh ke sekitar. Motor butut itu dibiarkan terparkir di tempat, Kiyara melanjutkan lagi perjalanannya dengan berjalan kaki.
"Kok ditinggal motornya?"
Itu pertanyaan Saga yang sedikit bingung. Ia tidak tahu milik siapa motor itu. Kakinya kembali mengijak gas, perlahan melaju mengikuti dari belakang. Kaos longgar yang dikenakan wanita itu terlihat basah kuyup, mencetak bentuk tubuhnya. Kiyara berkali-kali mengusap kedua lengannya karena hawa dingin yang menyerang.
Saga menggeleng. Menolak menyesali keputusannya membatalkan sandiwara pernikahan mereka. Keputusan itu sudah benar. Kiyara bukan pilihan yang tepat.
Hei?
Laju mobilnya terhenti lagi. Masih dari jarak kurang lebih sepuluh meter, terlihat Kiyara yang tiba-tiba dihadang tiga orang asing. Saga segera melepas sabuk di kursi, hendak turun menolong, tapi apa yang terjadi di depan matanya justru membuatnya termangu.
Perempuan itu dengan berani memiting tangan salah satu dari tiga orang asing itu, melemparnya ke dalam saluran air.
Saga menelan ludah. Kiyara dengan santai menendang satu yang lain hingga orang itu terlempar beberapa meter darinya. Tidak sulit bagi wanita itu meninju perut satu yang tersisa hingga tiga orang itu sama-sama terhenyak kesakitan.
"Wah..." Tiga orang asing itu langsung berlarian kabur.
Kiyara melanjutkan lagi perjalanannya dengan tenang--- seolah tidak terjadi apa-apa. Beberapa kali bertemu tikungan, akhirnya wanita itu masuk ke dalam gang. Saga masih ingat, daerah ini memang wilayah tempat tinggal Kiyara.
Sejenak, ia memastikan wanita itu benar-benar pulang ke kosannya,
Kiyara memang mandiri, wajahnya cantik, tambah wanita itu memiliki kepribadian yang supel. Tapi pekerjaannya benar-benar menjadi masalah. Bukan karena ragu mengenai tabiat buruknya, tapi ada alasan lebih besar lagi dari itu. Dan, Saga telah memikirkannya berhari-hari. Seandainya, ia bertekad menjalani sandiwara pernikahan mereka, segalanya pasti akan kacau balau. Raisa, ibunya akan marah besar, begitu pun Wisnu Reksadinata--- kakeknya, pasti tidak akan terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
SewaPacar.com
Romance(Adult area 21+) (Karya 2) Si kaya raya dan si rakyat jelata, mereka bersatu lewat situs sewapacar.com Situs yang Kiyara Alya gunakan untuk menjual jasa parasnya yang cantik jelita. Dia memang miskin dan bodoh, tapi wajahnya diberi anugerah Tuhan ke...