Minggu itu berlalu begitu cepat. Lea menemani Andro ke rumah sakit setiap kesempatan yang ia miliki, sementara Dion sering menelponnya untuk menanyakan kabarnya. Tetapi entah mengapa, Lea merasa sulit untuk menjawab panggilan Dion. Di satu sisi, ia merasa berhutang budi kepadanya karena telah setia menunggu, namun di sisi lain, perasaan cintanya kepada Andro membara kembali.
Suatu hari, Lea dan Andro memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama di sebuah Mall terdekat dari rumah sakit setelah kunjungan rutin Andro ke dokter. Mereka memilih hari kerja, berharap Mall tidak terlalu ramai dan bisa memberikan mereka ruang untuk berbicara dengan lebih tenang.
Namun, seperti halnya kebetulan yang tak terduga, Dion juga ada di Mall tersebut. Saat Dion melewati toko buku, ia melihat dua sosok yang sangat familiar sedang tertawa bersama. Lea dan Andro. Mata Dion membulat, melihat kemesraan keduanya, tangan Lea yang melingkar di lengan Andro, dan cara Andro yang sesekali mengacak lembut rambut Lea.
Rasa sakit melanda dada Dion, membuatnya terpaku di tempat. Ia memutuskan untuk balik badan dan angkat kaki dari Mall tersebut.
Dion duduk di dalam mobilnya, tetapi pikirannya tidak bisa berhenti memutar kenangan yang baru saja ia saksikan. Perasaannya bercampur aduk, dan ia merasa seperti hatinya hancur menjadi jutaan potongan kecil.
Saat itu, mobilnya bergerak tanpa arah yang pasti. Dion hampir tidak sadar bahwa ia sedang menyetir.
"Kenapa jadi gini sih?" gumamnya sendirian di dalam mobil.
Ia tidak bisa memahami bagaimana semuanya bisa berubah seperti ini. Lea, wanita yang telah lama menjadi bagian penting dalam hidupnya, sekarang tampaknya lebih dekat dengan Andro daripada dengannya.
Saat ia berusaha untuk meredakan perasaannya, Dion tahu bahwa ia harus berbicara dengan Lea. Ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan ia tidak bisa terus-terusan hidup dalam kegelapan ini. Namun, ia juga takut dengan kenyataan yang mungkin akan ia temukan.
Mobilnya melaju di jalan-jalan yang sepi, sementara kepala Dion dipenuhi oleh pertanyaan yang tak terjawab dan rasa cemburu yang menggerogoti hatinya. Ia ahu bahwa ia harus menyelesaikan masalah ini secepat mungkin sebelum semakin banyak ketidakjelasan yang terjadi pada hubungannya dengan Lea.
🎶
Malam itu, Dion akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah Lea. Ia tahu ia harus mengungkapkan perasaannya dan mendapatkan jawaban atas semua pertanyaannya. Setibanya di depan rumah Lea, ia mematikan mesin mobilnya dan duduk di dalam mobilnya beberapa saat, mencoba merapatkan pikirannya.
Ia menghela nafas dalam-dalam dan kemudian keluar dari mobilnya. Dengan langkah berat, ia mendekati pintu depan rumah Lea dan mengetuknya dengan perasaan gugup yang sulit untuk dijelaskan.
Tidak lama kemudian, pintu rumah itu terbuka, dan Lea muncul dengan raut wajah yang terkejut. "Dion...." Lea terdiam sesaat sebelum menyilakan Dion masuk.
Dion melangkahkan kakinya memasuki rumah Lea. Lea mengajaknya duduk di ruang tengah yang nyaman. Di tengah ruang tengah, terdapat sofa empuk berwarna krem yang cukup besar, lengkap dengan bantal-bantal warna-warni yang ditata rapi. Sofa itu tampaknya begitu nyaman, dan Dion merasa seperti tenggelam saat ia duduk di atasnya.
Di dinding depan sofa, ada sebuah televisi layar datar yang besar dengan berbagai perangkat hiburan di sekitarnya. Rak kayu yang elegan berisi berbagai koleksi film, buku, dan barang-barang dekoratif menambah keindahan ruangan itu.
Pada salah satu sisi ruang tengah, terdapat meja kopi dengan hiasan vas bunga segar yang memberikan nuansa segar di ruangan itu. Di atas meja kopi, ada beberapa majalah yang tersusun rapi.
YOU ARE READING
Sweet Reunion (On Going)
RomanceThis story is a sequel of Sweet Revenge: https://my.w.tt/kdyHKvi6sab First Love Will Always Mean The Most... Cliché... some might say.... Mungkin saja memang klise. Tapi bagi Andromeda, itulah yang dia rasa. Andro memang melankolis, menikmati kesed...