If I could, then I would, I'll go wherever you will go...

135 11 4
                                    


Andro mengerang dan bangkit perlahan dari sofa. Rasa sakit kembali menyerang lagi. Ia meletakkan begitu saja majalah yang tengah dibacanya di atas meja. Sambil menghela nafas, ia menarik kakinya menuju ruang makan. 

Ia meraih gelas dari atas meja dan melangkah menuju dispenser. Minum air hangat mungkin akan membantu mengatasi sakit kepala sebelah yang akhir-akhir ini datang dan pergi tanpa diundang.

Andro memaksakan diri untuk melangkah kembali ke sofa ketika akhirnya ia merasa pandangannya gelap. Suara gelas pecah adalah suara yang terakhir di dengarnya. Ia jatuh terjerembab di ruang makan. Tak sadarkan diri.

🎶

"Mbak Lea. Mbak Diana minta feedback untuk program "Young, Bright & Eligible".

Lea mengangguk dan berterima kasih kepada Ziva, si anak magang, Ia meraih mouse di hadapannya. Mengarahkan mouse untuk membuka email. Beberapa saat tampak ia mencermati layar laptopnya.

Lea membaca rencana proyek "Young, Bright & Eligible" yang terpampang di hadapannya. Sebagai Editor in Chief di sebuah majalah Lifestyle, ia memang bertanggung jawab untuk memeriksa rencana program dari salah seorang redakturnya. Young, Bright & Eligible adalah kolom yang berisi gaya hidup para eksekutif muda di Jakarta.

Tiba-tiba ia terbelalak. Mata Lea membaca profil salah satu eksekutif muda yang diajukan Diana. Astaga. Ia mengerjapkan mata untuk memastikan apa yang dilihatnya.

Demi apa?

Ia berbisik lirih dan membaca berulang-ulang nama profil itu.

Andromeda Giantara.

Andromeda Gian...

Andromeda...

Andro...

Lea membaca profil eksekutif muda itu.

Pikirannya melayang ke masa lalu.

Pertemuan pertama di SMA.

Pertemuan kembali saat kuliah.

Ah...

Demi penguasa Galaksi Bimasakti. Sepertinya Dewa-Dewi tidak mengijinkan hidupnya terbebas dari seorang Andromeda Giantara.

🎶

Jam makan siang dan tumben sekali Azalea masih berada di ruangannya. Ia masih belum mengalihkan pandangan dari layar di hadapannya. Jari telunjuk tangan kanannya berulang kali bergerak, scroll up dan down mousenya.

Dari profil yang diberikan Diana, ia dapat melihat nomor telepon genggam Andro. Setengah sadar, ia meraih telepon genggamnya dan memasukkan nomor tersebut ke dalam kontaknya.

Ia bersandar pada kursinya, mengetuk-ngetukkan telepon genggam ke dagunya. Tampak menimbang-nimbang sesuatu. Sesekali ia menatap layar teleponnya. Bolak balik menekan kontak dan mengurungkan niat untuk menekan dial number.

Melenguh putus asa, Lea bangkit dari kursinya. Berjalan hilir mudik dalam ruangannya. Sebelum melangkahkan kaki mendekati jendela.

Ruangan kantor Lea terletak di sebuah gedung perkantoran modern di kawasan perkantoran Jakarta. Ruangan ini memiliki ukuran yang cukup luas dengan tata letak yang terorganisir dengan baik. Saat memasuki ruangan ini, terdapat sebuah meja panjang dengan laci yang terletak di sebelah kanannya, yang dipenuhi oleh berkas-berkas penting, memo, dan dokumen lain yang harus diperhatikan oleh Lea sebagai pemimpin redaksi.

Sweet Reunion (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang