Arsa melamun, sudah dua hari ia di rumah sakit, dan semenjak ia terbangun dari koma nya ia belum mengeluarkan suaranya, Dhika sempat khawatir dengan kondisi adiknya itu walaupun pada akhirnya ia berpikir mungkin Arsa hanya tak ingin bicara dulu, mengingat jika Arsa melakukan donor ginjal dengan paksaan papa nya, Dhika mengira jika Arsa mungkin sedang badmood atau semacamnya, makanya ia belum mau bicara.
Padahal yang sebenarnya terjadi adalah, Arsa merasa jika ia memang tak bisa mengeluarkan suaranya, entah kenapa ia merasa jika dirinya tak bisa bicara alias bisu, itulah yang membuat ia belum membuka suaranya sedikitpun, bahkan lirihan atau rintihan kecil juga tak pernah ia keluarkan.
Pintu terbuka namun Arsa enggan untuk menoleh, ia berpikir mungkin saja itu adalah Dhika yang biasanya selalu datang untuk memeriksa kondisinya.
"Ayo pulang" mendengar suara asing membuat Arsa menoleh, dan melihat Agha yang sudah bersiap-siap memasukkan barang-barang nya ke sebuah Tote bag.
"Hanya aku yang bisa menjemput mu, yang lain sibuk" jelasnya saat ia menoleh melihat Arsa menatap nya dalam diam.
Pintu kembali terbuka dan ternyata Dhika,
"Sudah siap semua ? Abang akan mengantar kalian" ucap nya yang mendorong kursi roda untuk Arsa.
"Ayo Arsa, Abang bantu" ucap nya yang ingin menyentuh Arsa, namun segera Arsa menepis kasar tangan Dhika membuat Dhika dan Agha sontak terkejut dan kaget, mereka kaget karena ini pertama kalinya Arsa menolak sentuhan mereka, biasanya Arsa akan sangat senang jika mereka melakukan sentuhan atau apapun. Bagaimanapun juga Arsa adalah sosok yang mencari perhatian keluarga nya, jadi sebuah sentuhan akan sangat membuat hatinya senang.
Tapi sekarang ?
Dalam diam, Arsa berdiri dan berjalan tertatih keluar ruangan nya tanpa mengucapkan sepatah katapun, Dhika menatap tangan nya dengan tatapan kosong, ada rasa sesak dan sakit saat Arsa menolak nya, padahal dulu ia juga tak pernah mau berada di dekat adiknya itu, tapi kenapa sekarang rasanya begitu sakit ?
Agha menghela nafasnya pelan, ia menepuk bahu Dhika untuk menyadarkan Abang nya itu, dan menyusul Arsa yang sudah keluar.
Keduanya memperhatikan Arsa yang berjalan di depan dengan tertatih, sangat lambat, entah kenapa melihat raut kesakitan milik Arsa membuat keduanya kembali merasakan sakit yang luar biasa.
"Tunggu disini, Abang ambil mobil dulu" setelahnya Dhika langsung berlari menuju parkiran meninggalkan Arsa dan Agha berdua.
Keadaan langsung menjadi canggung, atau hanya Agha yang merasa begitu ? Beberapa kali juga ia mencuri-curi pandang pada Arsa yang nampak tenang, biasanya jika dulu Arsa akan langsung heboh atau bergelayut manja pada anggota keluarga nya hanya untuk mendapatkan sedikit perhatian, walaupun hal seperti itu tak pernah tercapai.
Tapi sekarang, lagi-lagi Agha hanya bisa bertanya dalam hati, apa yang sebenarnya terjadi dengan Arsa ?
"Kamu baik-baik saja ?" Tanya Agha, Arsa melirik sekilas dan mengangguk sekali. Agha merasa tak puas, ia ingin kembali bertanya tapi mobil Dhika sudah lebih dulu sampai membuat ia mengurungkan niatnya.
Nyatanya Agha membenci Arsa yang berubah menjadi pendiam seperti ini, jauh dari dari dalam lubuk hatinya ia ingin Arsa seperti dulu, mengemis perhatian dan kasih sayang keluarga nya.
Arsa memilih duduk di depan, di samping Dhika yang mengemudi, ia hanya fokus menatap keluar jendela, gedung bertingkat, dan padatnya jalanan entah kenapa membuatnya bersemangat, tatapan berbinar nya benar-benar sangat menggemaskan saat ia menatap gedung-gedung itu.
Dhika merasa tak nyaman karena keheningan yang terjadi di dalam mobil, begitupun dengan Agha yang sedari tadi bertindak gusar, tak tenang karena keheningan yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathan Or Arsa ?
Non-FictionNathan adalah sulung dari 3 bersaudara, ia bisu sejak 4 tahun yang lalu karena kecelakaan yang membuat pita suaranya tidak bisa lagi di gunakan. Namun keluarganya tetap menyayangi Nathan seperti dulu, tidak ada yang berubah, mau seburuk apapun kondi...