05

17.3K 2K 135
                                    

Arsa banyak belajar saat di dalam kelas, bukan belajar tentang pelajaran, tapi belajar bagaimana ia sebenarnya.

Saat masuk kelas semua mata memandang nya, ada yang terkejut, ada yang memandang nya sinis, ada yang memandang jengah, ada juga yang memandang nya jijik. Dari situ Arsa sudah tau jika di kehidupan nya yang dulu sebelum ia koma, pasti ia adalah orang yang bermasalah.

Belum lagi, setiap guru yang masuk menyuruh nya untuk maju kedepan dan memberinya pertanyaan yang cukup sulit, tak jarang ia juga harus berdiri di depan kelas selama 30 menit karena tidak bisa menjawab.

Jam istirahat tentu saja menjadi waktu yang di tunggu-tunggu oleh semua murid, Arsa menjatuhkan tubuh nya karena pegal, ia di suruh berdiri selama 1 jam lebih karena tidak bisa menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh guru fisika.

"Lain kali jangan hanya bisa berbuat onar Arsa, belajar supaya kamu bisa di akui oleh orang-orang" ucap guru tersebut menatap Arsa yang duduk di lantai karena kelelahan.

"Ingat, kamu menyandang marga Daneswara, jadi jangan mempermalukan orang tua kamu dengan kelakuan minus kamu ini" Arsa mengangguk pelan dan menunduk.

Perut nya nyeri, tentu saja bekas operasi itu terkadang membuat nya sulit, seperti nyeri yang akan berlangsung lama di sertai oleh nafas yang sedikit tersendat.

Arsa menghela nafasnya pelan, ia sendirian di kelas ini karena semua murid sudah keluar terlebih dahulu.

"Aku masih berharap jika semua ini adalah mimpi" gumam Arsa sedih, matanya memanas ingin menangis, padahal ia sendiri tak tau ingin menangisi apa.

"Hiks.. hiks.. hiks.." hanya ada isakan sedih Arsa di kelas itu.

"Arsa" lirih seseorang membuat Arsa yang memang mendengar nya langsung mendongak dan melihat Agha yang menghampiri nya dengan perlahan.

"Hiks.... Agha.." maka tangisan Arsa langsung pecah saat melihat Agha membuat pria itu duduk di hadapan Arsa dan memeluk Abang nya yang tak pernah ia lihat.

Agha merasakan sakit di dalam hati nya melihat bagaimana orang-orang menyakiti Arsa, memperlakukan Arsa dengan berbeda. Ia tak tau jika orang-orang juga ikut menghakimi Arsa sampai seperti ini.

Keluarga nya memang tidak pernah mengangkat tangan nya untuk Arsa, mereka hanya mengabaikan Arsa, dan tidak memperdulikan Arsa, tapi melihat bagaimana Arsa di kucilkan seperti ini benar-benar membuat hati Agha begitu sakit. Ia bahkan ikut meneteskan air mata nya saat mendengar suara tangisan Arsa.

"Maaf.. maafkan aku.." ucap Agha dengan suara yang serak.

Tak mendapatkan jawaban dari Arsa membuat Agha menunduk dan melihat Arsa yang sudah pingsan.

"Ga ! Arsa pingsan" seru Bisma membuat Agha panik, dengan cepat ia mengangkat Abang nya dan segera berlari ke UKS yang tak jauh dari kelas Arsa.

Agha langsung memerintahkan petugas PMR untuk memeriksa Arsa, jelas sekali tatapan nya begitu menatap Arsa khawatir, ingin sekali menghampiri Arsa yang sedang di tangangi tapi ia juga tak ingin menganggu para petugas PMR melakukan tugas nya.

"Arsa sepertinya demam, tubuh nya hangat, keringat dingin juga, ia juga sedikit dehidrasi, saat bangun nanti berikan air hangat tapi jangan teh" Agha tak menjawab, tapi sudah di waikili oleh teman-teman Agha yang juga ikut menyusul Agha tadi.

Agha duduk di bangku yang memang di sediakan, menggenggam lembut tangan kecil dan halus Arsa sambil mengelus nya, tak lupa juga ia kecupi dengan ringan.

Satu tangan untuk menggenggam tangan Arsa, dan tangan lain yang mengelus dahi Arsa yang berkeringat, memang benar jika tubuh Arsa sedikit hangat.

"Aku akan membeli roti dan air hangat" ucap Andri yang pergi bersama Bisma, Agha mengangguk singkat, tatapan nya tak lepas dari wajah damai Arsa yang tertidur pulas.

Nathan Or Arsa ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang