7. Cerai

66 16 1
                                    

Penolakan dari Belina membuat aku terpicu ingin segera menaklukannya. Seumur hidup belum pernah yang namanya Mustafa Ibrahim ditolak cewek. Aku harus membuktikan pada wanita itu kalau bukanlah pecundang. Terlebih Belina sendiri yang mengaku jika sudah nge-fans sama aku dari dulu.

Aku mulai memikirkan cara bagaimana menggaet Belina. Mungkin ini cara yang klise. Tapi cukup berhasil saat mengejar Maryam dulu.

Untuk memuluskan niat, aku meminjam uangnya Ajay. Bujangan macam dia tentu belum banyak pengeluaran. Seperti biasa meski ngomel-ngomel, Ajay tetap memberinya. Dia memang anak yang baik.

Dengan uang dari Ajay, aku menyewa dua orang preman pasar untuk melakukan drama. Kusuruh mereka untuk menjambret Belina. Terus di waktu yang tepat aku akan datang sebagai dewa penolong.

Pagi-pagi sekali aku dan kedua preman sudah mengawasi Belina. Kami memantau pergerakan perempuan itu. Pukul sepuluh pagi, dirinya meninggalkan rumah. Di jalan mobil Belina berhenti di sebuah gerai mesin ATM. Kebetulan sekali bilik mesin ATM tersebut lagi sepi.

"Saatnya beraksi," kataku pada kedua preman, "inget ya, kalian gak boleh keras-keras saat mukuli aku."

"Iya!" sahut kedua preman itu kompak.

"Inget juga nek aku ngedip itu artinya kalian harus pergi."

"Siap!" sahut kedua preman kompak.

Keduanya pun mulai melaksanakan tugas. Begitu Belina ke luar dari bilik ATM, mereka langsung mendekat. Detik berikutnya salah satu preman berambut gondrong langsung merebut tas tangan mewah milik Belina.

"Eh jambret!" teriak Belina lantang.

Jujur waktu itu aku lumayan kaget saat menyaksikan sendiri, Belina yang biasanya lemah lembut siang itu berubah garang. Dia menyingkap dress panjangnya agar bisa mengejar kedua preman suruhanku.

Tidak disangka Belina mampu menghentikan lari mereka. Dia melempar salah satu kepala preman dengan sandal hak tingginya. Si gondrong yang terkena lemparan itu langsung mengerang kesakitan.

Marah membuat si gondrong langsung buas menyerang Belina. Namun, perempuan jadi-jadian itu bisa menghindar. Dia juga mampu memukul balik lawan.

Melihat kekuatan Belina yang mirip orang laki-laki, aku seharusnya peka kalau dia bukan perempuan biasa. Hanya saja saat itu mata dan hatiku tertutup nafsu untuk memiliki. Sehingga hal tersebut sama sekali tidak terlihat.

Aku justru makin kagum padanya. Karena ternyata seorang Belina yang lembut bisa berubah kuat dan garang jika disakiti. Berbeda dengan Maryam yang sama sekali tidak punya skill bela diri.

Beruntung waktu itu Belina mengenakan rok yang cukup ketat. Sehingga menyulitkan dia untuk bergerak. Hal tersebut digunakan oleh kedua preman untuk menjatuhkan Belina.

Di saat Belina mulai terdesak, aku pun segera muncul. Dengan gagahnya aku hajar kedua preman itu. Sesuai briefing, aku merelakan mereka menghajar aku sampai babak belur. Hal tersebut demi menarik simpatinya Belina.

"Aku sing lara banget iki," bisikku pada si gendut ketika sedang bertempur.

Preman gendut itu langsung mengangguk paham. Dia memberi kode ke si gondrong. Aku sendiri langsung mendorong si gendut.

Istriku Wanita Jadi-jadianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang