Toji terbangun akibat ponselnya yang terus bergetar. Pria itu menyernyit, merasa benda kotak itu mengganggu. Megumi bahkan sampai ikutan terbangun.
Pip
"Apa? ... Kau tidak perlu tau aku di mana, katakan saja apa maumu? ... Bukan urusanmu..."
Megumi hanya diam mengamati Toji seraya mengusak mata. Pria besar itu seperti terusik dengan pembicaraan dalam panggilan. Terkesan malas dan ingin buru-buru menyudahi.
Sekilas Toji balas menatap Megumi. Menyadari anak laki-laki itu ikut terbangun, Toji mengusak lembut pucuk kepalanya.
"Jangan menggangguku lagi... Aku sibuk..."
Pip
Panggilan berakhir. Kini atensi Toji sepenuhnya terarah pada si anak lelaki bernetra jamrud. "Bagaimana tidurmu? Mendapat mimpi indah?"
Megumi tersenyum kecil dan mengangguk. Ia terduduk, menatap pada Toji. "Bagaimana dengan daddy?"
"Tidak bisa lebih baik."
Netra Megumi terpejam saat kecupan hangat menyapa bibirnya. Sekali lagi ciuman itu membuatnya merasakan kupu-kupu. Ia merasa senang seperti seekor anak anjing yang mengibaskan ekornya.
Lidah Toji menyelip, menginvasi seolah tengah mengabsen gigi Megumi satu persatu. Pria itu meraup Megumi dalam-dalam, melumat bibirnya tanpa sisa.
"Mmhh ahh.."
Benang saliva tercipta layaknya sebuah jembatan kristal di antara bibir keduanya. Pipi Megumi memerah saat Toji mengusap ranumnya.
"Maaf daddy tidak bisa menemanimu ke rumah sakit hari ini. Seperti yang barusan kau lihat, aku ada urusan. Bukan berarti kau tidak penting, hanya saja akan sangat menganggu jika aku tidak pergi."
Yang lebih muda meraih tangan Toji sembari tersenyum manis. "Ne aku tau daddy seorang pekerja keras, pasti sangat sibuk.. Aku bisa ke rumah sakit sendiri."
"Ah lihatlah kau anak pintar dan sangat manis, daddy ingin memakanmu sekarang."
Megumi tertawa. Toji menyergap seraya mendusal pada ceruk lehernya. Tubuh sang anak lelaki menghilang dibalik tindihan tubuh kekar Toji. Pria itu menggelitik, membuat tawanya pecah.
"Daddy berhentii.. Kau harus pergi kerja kann"
"Kau mengusirku, Memi?"
Megumi terkekeh, melihat bibir pria tampan itu melengkung ke bawah sangatlah menggemaskan. Seperti beruang madu yang sedang merajuk.
"Aku hanya tidak ingin daddy terlambat." Kedua tangan Megumi menangkup pipi Toji, sedikit mengunyalnya bagai permen jelly.
"Baiklah kalau begitu. Ayo mandi."
Toji membopong tubuh Megumi serta masuk ke kamar mandi. Keduanya berendam dalam bathtub dengan busa beraromakan fresh citrus. Setelahnya, berdua makan breakfast hotel di atas kasur seperti semalam.
.
.
.Bola mata Megumi membesar. Ia keheranan dan juga shock saat Toji mengulurkan kartu kredit berwarna hitam.
"311272, pin nya. Gunakan untuk belanja sesukamu. Daddy kembali ke hotel agak larut."
Setelah menurunkan Megumi di depan rumah sakit, selain memberikan black card-nya, Toji juga menyerahkan kunci hotel.
"Apa yang harus kubeli?"
"Terserah. Baju baru, makanan, buah, apapun yang selama ini kau inginkan. Ah dan sebuah ponsel agar aku bisa menghubungimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold (tojigumi)
Fanfictionwarn! incest pairing: Toji x Megumi Slight: Gofushi disclaimer: ooc, bxb, mature content, vulgar and explicit language, mpreg 🔞 charas and arts aren't mine, but storyline is. do not copy nor remake it, thanks