"Fikri mau operasi usus buntu dek ", jawab Mama dengan tenang.
Saat langkah Amalia telah sampai dihadapan Mama, Papa, dan Fikri di ruang tamu, Amalia tersentak. "Usus buntu? Kenapa harus besok?", Tanya gadis itu dengan polosnya.
Mama pun menjelaskan tentang diagnosa penyakit Fikri belum lama ini, dan mereka sudah membuat janji dengan dokter untuk tindakan operasi besok siang. Dan persiapan operasi itu akan dimulai sejak besok pagi.
Pipi gadis itu memerah perlahan, gadis itu bilang, "tapi besok hari perdana Lea SMA.."
"Ya terus, kenapa?", Sela Fikri dengan santainya sambil duduk di sofa bak seorang raja.
Sontak saja itu membuat Amalia kesal, 'dia masih aja nyebelin, padahal lagi sakit!', batinnya resah. Lalu dengan lantang Amalia langsung angkat bicara, "nanti Lea sekolah sama siapa?!"
Fikri mengangkat kedua bahunya disertai raut tak peduli yang menjengkelkan. Gadis itu memasang raut merajuk, dan menatap tajam kakaknya. Dengan lembut Mama pun berkata, "udah, nanti Lea sekolahnya sama Mama.."
"Ya, tapi...", Seka Amalia masih tidak terima.
"Udah sih dek!", Sahut Fikri santai. "Lagian cuma perdana SMA.. Lu dari SD perdana ditemenin Mama sama Papa Mulu.. TK juga Eyang sampe Dateng!", Sambung Fikri panjang lebar.
Mendengarnya Amalia cukup emosi, ditambah wajah tanpa dosanya Fikri, terus gaya duduknya diatas sofa, 'udah kayak bos mafia!', batinnya. Lalu gadis itu mengumpat kasar dan berkata, "Tapi gue SMP dirumah t*lol!!"
Papa yang sedang asyik mengurus tanaman hiasnya di sudut ruang tamu pun berseru, "Lea! Mulut kamu Papa semprot pestisida nih! Ngomong sama yang lebih tua kok gitu?!!"
Amalia tersentak, lalu menyahuti perkataan Papanya dengan berkata, "Papa tuh! Mulut Lea bukan hama!!"
Fikri yang masih duduk santai terkekeh geli, lalu menaggapi, "kenapa gak sekalian aja sianida! Hahaha!"
"Lu Mao gue mati?!", Tanya Amalia sambil mempertajam tatapan matanya.
Fikri menahan tawanya sesaat, lalu berkata, "gak, cuma mulut Lo aja yang dimatiin!". Kemudian kembali tertawa girang.
Amalia semakin merajuk, lalu berseru, "AU ah! Rese!", Kemudian beranjak kembali kedalam kamarnya.
...
Keesokan harinya di sekolah, Amalia mulai melangkah pasrah setelah diantar Mama naik gr*bcar. Karena mobil Papa dipakai untuk mengantar Fikri kerumah sakit, Mama juga tidak bisa mengendarai motor Fikri.
Tadi, tepat saat Amalia turun dari gr*b, Mama tiba-tiba menghentikan langkah Amalia. Lalu beliau mencium gadis itu dari jidat sampai kedua pipinya. Kemudian Mama bilang, "Mama tau Lea kuat. Jadi anak yang pinter ya!"
Tapi nyatanya, saat kegiatan MOS dimulai. Gadis manja itu mulai kewalahan menghadapi terik matahari, karena saat itu siswa-siswi baru sedang dijemur di lapangan. Dan seorang penanggung jawab tengah menjelaskan arahan proses MOS.
syukurlah Amalia berhasil melewati tahapan pertama yang melelahkan, tapi saat mulai mencari, Amalia justru stack di tempat. Ia mendapat secarik kertas instruksi yang bertuliskan, "Cari kuburan cacing! Kata kunci: kantin!"
Batinnya pun mulai menggerutu, memaki Fikri habis-habisan -walaupun dia sedang menjalani operasi usus buntu di rumah sakit- . Amalia merasa mulai gila dengan mengikuti kegiatan MOS ini. "Apaan sih? Di kantin mana ada cacing?!", Batinnya kesal.
Tak menunggu waktu lama, beberapa peserta MOS yang semangat mencari telah mendatangi ketua regu mereka dan menyerahkan barang yang dimaksud. Perasaan kalah, kesal, dan payah pun bercampur menjadi satu. Dadanya juga mulai terasa sesak. Tiba-tiba Kak Bagas yang merupakan ketua regu Amalia datang menghampirinya sambil berseru, "Heh kamu!! Belum nyari juga dari tadi?!"
"Cepetan! Yang lain udah hampir selesai tuh!!" Sambung Kak Mayang memperkeruh keadaan. Padahal Kak Mayang bukan ketua regunya, dan itu berhasil membuat Amalia semakin tertekan.
Gadis malang itu pun mulai membatin, 'Fikri.. tega Lo!'. Tanpa disadari air matanya mengalir bersamaan dengan mengalirnya keringat lantaran pelototan sang mentari yang menyengat. Dua kakak kelasnya mulai keheranan menanggapi anak manja yang satu ini. Spontan Kak Bagas berkata, "Lah nangis? Kenapa dah?"
"Kalian tuh ngapain sih?", Suara seorang pemuda memecah suasana panas itu. Kompak Bagas dan Mayang pun menoleh untuk melihat orang itu.
"Saka?!!!", Cetus mereka bersamaan.
...
//To be continued//
Jangan lupa vote ya~
Makasih
Sekian
Bye-bye ~

KAMU SEDANG MEMBACA
KAKAK ♡
Teen FictionKakak P*k*n Adek b*c*t Temen l*kn*t ♡ Everybody.. Cerita ini asli karangan, bukan bermaksud memprovokasi ataupun menyinggung pihak manapun. Semoga yang baca suka ya.. ~Fikri