Chapter 2

12 2 0
                                    

Mulai chapter ini, nama Reina akan diubah menjadi Rei dalam narasi cerita.

Kata yang bercetak miring adalah bahasa Perancis

------------------

Aroma kue dan kopi memenuhi ruangan itu. Tentu saja karena Rei berada di dalam sebuah cafe.

Dirinya duduk di sebuah kursi, dengan cangkir berisikan kopi panas, dan dua buah piring yang hanya tersisa remah-remah kue.

Rei memijat kepalanya pusing, "Kenapa aku tidak kunjung mendapat ide?" batinnya.

"Susah-susah aku kemari untuk mendapat ide, malah menambah berat badanku," gumamnya frustasi.

Rei, yang lebih akrab dipanggil Reina, seorang mahasiswi jurusan fashion design. Ia tengah frustasi karena tidak kunjung mendapat inspirasi untuk projek selanjutnya.

"Andai aku bisa bertemu dengan pria itu lagi, aku sangat ingin dia menjadi modelku," gumamnya pelan seraya memangku wajahnya dengan satu tangan.

"Tapi itu hal yang tidak mungkin, dia di Jepang dan aku di Perancis."

Rei terus saja berpaku miring pada tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya mengaduk asal kopinya. Tatapan mengarah pada langit-langit cafe. Seolah sedang mencari sesuatu di atas sana.

"Apa sungguh tidak ada seseorang yang bisa memberiku id-"

Gumamannya terhenti, perhatiannya teralihkan pada sosok pria yang tengah merapikan barangnya di dekat jendela.

"Astaga! Ternyata ada orang Asia disini, dia terlihat seperti orang jepang," batin Rei.

Rei mencoba memperhatikan setiap detail dari pria itu. Dan entah kenapa, ia merasa pria itu mirip dengan seseorang. Semakin diperhatikan, Rei semakin yakin dengan apa yang dilihatnya.

Ia bahkan mengangkat kacamatanya ke atas, yang sebenarnya adalah pantangan baginya untuk melepasnya kecuali saat sedang bekerja. Itu adalah kali pertama, Rei melawan larangan dokter.

"Itu dia! Itu benar-benar dia!" ucapnya, dengan mata yang berbinar-binar.

Ia langsung memakai kembali kacamatanya, tak lupa ia mengambil tongkatnya dan berusaha mengejar pria itu.

Ia tak ingin kehilangan orang itu, detik itu juga, dia berpikir.

"Dia harus jadi modelku."

*****

"Langsung saja kukatakan, aku tak mau jadi modelmu."

Itu hanya sebuah kalimat biasa, namun langsung meruntuhkan seluruh semangatnya. Tapi, bukan Rei namanya kalau mudah menyerah.

"Mengapa? Setidaknya beri tahu aku alasannya," tanya Rei memelas, ia tidak ingin menyerah soal Rin.

"Aku sudah cukup sibuk dengan kegiatanku, aku tidak mungkin menjadi model," jawab Rin.

"Kau tidak perlu menyesuaikan jadwal denganku! Aku yang akan menyesuaikan jadwalku denganmu!" Rei berdiri dengan kedua tangannya yang bertumpu di atas meja. Menciptakan suara gebrakan meja yang agak keras.

Rin memegang pelipisnya, gadis di hadapannya terlihat tidak ingin menyerah, "Sudah kubilang aku tidak mau."

"Jangan kau sia-siakan wajah tampan dan tubuh atletismu itu!"

Love in Paris (RIN X OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang