8. Irresistible Lips

1.7K 160 16
                                    

Tubuh ramping nan sexy meliuk mengikuti hentakan suara musik, meski kepala serasa berputar dan pandangan tak begitu jelas lantaran pengaruh alkohol, euforia kesenangan masih menguasai diri.

Ngomong-ngomong, mengapa Jiyang tak kunjung kembali?

Ah, masa bodoh, Xiao Zhan merasa kepalanya terlalu pening untuk bisa mencari keberadaan sahabatnya itu. Lebih baik ia minum sampai puas.

Seorang gadis muda berpenampilan seksi dengan dress minim mengedipkan sebelah mata padanya, dan langsung ia tanggapi dengan seringaian nakal. Wanita muda itu terlihat kaya, dan Xiao Zhan tidak suka menyia-nyiakan kesempatan untuk dapat meraup pundi-pundi uang ke dalam saku pribadinya.

Belum sempat Xiao Zhan beranjak menghampiri calon mangsanya, sebuah lengan kekar lebih dulu merengkuh pinggangnya dan menahan pergerakannya.

"Sial, banyak sekali orang mabuk di sini," keluh Xiao Zhan, tidak sadar diri bahwa ia pun juga mabuk.

"Berbaliklah, Bunny," bisik seseorang di belakangnya.

Xiao Zhan menghela napas dan berbalik, menuruti keinginan sang pelaku yang memerangkap tubuhnya.

"Kau?"

Mata bulat Xiao Zhan berkedip-kedip ketika berhasil melihat sosok seorang pria muda di belakangnya lebih jelas. Wajah terlampau tampan dipahat sempurna itu sebagian tertutup oleh bayangan topi yang dikenakannya, kaca mata bertengger di hidung mancung bak dewa yunani. Xiao Zhan memiringkan kepala heran, rasanya ia sangat mengenal pria itu, bahkan dirinya tak dapat menampik perasaan akrab ketika memandang netra tajam di depannya.

"Apa kita pernah bertemu?" tanyanya.

Pria itu hanya tersenyum, mengabaikan pertanyaan Xiao Zhan. Dan sialnya, senyuman itu menambah kadar ketampanannya berkali lipat.

"Mungkin saja."

Sebuah telapak tangan besar nan hangat mengusap pipi Xiao Zhan, menimbulkan kenyamanan yang membuat Xiao Zhan ingin menyandarkan kepalanya.

"Mengapa kau mengingatkanku pada si bodoh itu," lirih Xiao Zhan sambil terpejam, menikmati belaian pria asing yang baru saja ditemuinya.

"Apa dia setampan diriku?"

Xiao Zhan bergumam halus dan mengangguk. "Harus kuakui jika dia sangat tampan, dan terkadang membuatku iri," lirihnya tanpa sadar. "Tidak adil, bahkan teknik ciumannya pun sangat hebat ..." Ia masih mengingat sensasi lemas pada kakinya selama ciuman memabukkan itu berlangsung

Mendengar racauan Xiao Zhan, pria muda itu terkekeh, tak dapat menahan geli.

Xiao Zhan terpana sejenak mendengar tawa renyah yang menyapa telinganya menghipnotis.

Laki-laki itu tersenyum dan mengangkat alis. "Mengapa menatapku seperti itu?"

Manik mereka saling mengunci satu sama lain. Wajah manis yang memerah akibat pengaruh alkohol milik Xiao Zhan terpantul jelas pada mata tajam pria asing itu. Ibu jarinya mengusap pipi tirus Xiao Zhan, kemudian turun dan mendarat pada belakang leher.

Sebelah bibir Xiao Zhan terangkat membentuk seringai nakal. "Gerak-gerikmu terlihat seperti ingin mencuri sebuah ciuman."

"Baguslah jika kau sudah sadar." Dipandanginya bibir semerah buah persik matang nan menggoda lamat-lamat, mata tajam itu seketika berubah berkabut.

Xiao Zhan tidak memprotes ketika bibirnya diraup ganas oleh pria asing itu. Jemari-jemari panjang menekan pergerakan lehernya untuk memperdalam ciuman mereka.

"Ya, cium aku, buat aku lupa akan rasa seorang Wang Yibo," serunya dalam hati

Xiao Zhan mengalungkan lengannya pada leher lelaki yang menciumnya dan menarik tubuhnya mendekat hingga tak tersisa jarak di antara mereka. Dentuman musik beat menjadi latar belakang selama kegiatan panas itu berlangsung. Bau parfum maskulin yang tertangkap oleh indera penciuman Xiao Zhan mengingatkannya pada seseorang ...

Bibir saling melumat dan lidah saling membelit, tak ada yang mau mengalah, hingga akhirnya tuntutan oksigen memaksa mereka melepaskan tautan bibir masing-masing. Xiao Zhan terengah, sekujur sendi-sendinya melemas.

Seakan paham, lengan kokoh lelaki itu melingkari pinggangnya protektif, menyandarkan Xiao Zhan pada dada bidangnya dan membiarkan si kelinci bergumam nyaman.

"Kau sangat tak sopan, memanfaatkan orang mabuk sepertiku ..." racau Xiao Zhan tak jelas, gumamannya tenggelam oleh suara keras alunan musik. "Tapi ... entah mengapa kau mengingatkanku pada ..."

Belum sempat Xiao Zhan menyelesaikan kalimatnya, sebuah pukulan kuat mengenai tengkuknya hingga membuat lelaki setengah sadar itu sepenuhnya kehilangan sisa kesadaran. Sebuah lengan segera sigap menangkap tubuh limbungnya dan dengan mudah membawanya dalam gendongan.

Ia dibawa keluar, menjauhi club ramai tersebut.

.

.

Song Jiyang berusaha meregangkan kedua pergelangan tangannya yang terikat kencang sekuat tenaga. Ikatan tali semakin lama semakin longgar hingga akhirnya sepenuhnya terlepas. Ia segera merobek lakban yang membungkam mulutnya.

Braakkk

Satu dari dua engsel pintu kamar mandi patah hingga benda yang berfungsi sebagai pembatas itu tak lagi berada di tempat semula.

Area toilet sangat lengang, pantas saja tak seorang pun menyadari keberadaannya sejak tadi. Entah sudah berapa lama Jiyang terjebak di dalam bilik toilet, ditambah tangan dan kakinya terikat, bahkan mulutnya tertutup rapat.

"Bajingan picik!" seru Jiyang kesal. Rasanya ia ingin meninju wajah tengil pemuda yang menyekapnya tadi.

Song Jiyang menangkap bayangannya yang terpantul pada cermin besar wastafel. Wajahnya memerah akibat amarah, serta rambutnya telah acak-acakan, begitu pula dengan pakaiannya.

Namun, tak ada waktu untuk memikirkan penampilan, ia harus memastikan keberadaan Xiao Zhan terlebih dahulu. Karena hanya Tuhan yang tahu apa yang akan Wang Yibo perbuat pada sahabatnya itu jika Xiao Zhan berhasil tertangkap.

Mendapati dirinya masih selamat—setelah disekap dan ditinggalkan begitu saja, mereka pasti mengincar Xiao Zhan.

Waktu telah menunjukkan lewat tengah malam, tetapi club besar yang mereka sambangi masih ramai akan muda-mudi—kebanyakan dari mereka telah mabuk berat setelah menenggak berbotol-botol minuman beralkohol semalaman.

Song Jiyang menolehkan kepala ke kanan-kiri, mencari keberadaan sosok pemuda bermantel merah. Penampilan sahabatnya memang sangat mencolok—bagaimana tidak, wajah rupawan dan tubuh jangkung nan ramping Xiao Zhan selalu berhasil menarik perhatian orang-orang di sekitarnya—oleh karena itu, Jiyang selalu mudah menemukannya di antara khalayak ramai sekalipun.

Tetapi nihil, kali ini sosok Xiao Zhan tak Jiyang temukan dimanapun. Ia telah menyusuri setiap sudut club besar tempat mereka singgah. Tiba-tiba saja perasaan cemas menghampirinya. Tidak salah lagi, Wang Yibo telah menemukan keberadaan mereka dan datang langsung untuk membalas dendam pada Xiao Zhan.

'Zhanzhan, kau ada di mana? Kuharap kau baik-baik saja ..."

Jangan lupa tinggalkan jejak!😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tinggalkan jejak!😊

The Mafia and His Naughty Bunny (Yizhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang