Pukau [bag 2]

4 0 0
                                    

Sepekan sebelum pergantian bulan, aku menghadiri jadwal latihan ekskul drama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepekan sebelum pergantian bulan, aku menghadiri jadwal latihan ekskul drama. Semangatku di awal tidak sama lagi selepas masuk ke ruang latihan karena Kak Pancar dikabarkan tidak hadir.

"Pengen skip latihan, tapi takut dikira ngga serius," gerutu seorang siswi di dalam kelompok yang menurutku dari tim tata panggung.

"Sama, ih. Males banget sama anggota inti ekskul drama. Mereka kayak superior, padahal sifat itu cuma Kak Pancar yang cocok."

"Sabarin aja, dah. Harap-harap Kak Pancar balik di latihan berikutnya."

Aku terlalu fokus menyimak pembicaraan mereka hingga tidak sadar kalau seseorang telah memanggil namaku berulang kali. Aku tersadarkan saat bahuku ditepuk. "Y-ya, Kak?"

"Ikut aku ke situ, yuk!" ajak kakak kelas berkerudung sambil menunjuk sudut ruangan yang jauh dari kerumunan.

Aku mengikuti jejak langkahnya. Netraku teralihkan sebentar dengan segebung kertas di tangan orang yang aku ikuti.

"Oke, Sia. Aku Aisha. Panggil saja Kak Ai. Aku yang bakal latih kamu buat lancar jadi narator."

Aku mengangguk sembari menerima naskah drama yang dipegang Kak Ai tadi. Bandung Lautan Api, judul naskah drama yang kupegang. Aku sedikit ternganga saat mendapati halaman pertama setengahnya penuh teks untuk narator.

"Em ... Kak. Ini panjang banget. A-aku gak yakin."

"Aku yakin kamu bisa!" Kak Ai memberi semangat. "Coba baca!"

"Penduduk kota Bandung melakukan aktivitasnya. Mereka hilir mudik untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan, ada yang berdagang, belanja, ataupun sekadar ja-."

"Bentar!" potong Kak Ai. "Intonasi suaramu perjelas lagi, terus hayati isi waktu baca biar penonton ikut merasakan suasana waktu itu."

"O-oke, Kak."

Aku mengulang bacaan sesuai saran Kak Ai. Walaupun masih terdengar kurang, tetapi aku tidak akan menyerah secepat itu. Aku betul-betul latihan sesuai kegiatan hari ini.

Dua bulan berlalu. Tersisa sebulan lagi sebelum pementasan. Masih ada lima pertemuan lagi yang harus dihadiri.

"Kobaran api ada di mana-mana, asap tebal membumbung tinggi. Inilah kota Bandung yang dibumihanguskan!"

"Bagus! Pertahankan, ya!" puji Kak Pancar setelah mendengarkan caraku membacakan naskah.

"Ma-makasih, Kak." Aku gugup, tidak biasanya menerima pujian, terlebih dari Kak Pancar yang kukagumi sosoknya.

"Sia, besok waktu pementasan, pakai catatan kecil aja, ya?" ungkap Kak Pancar. "Jadi, tanpa bawa teks setebel ini biar nggak keliatan ribet. Terus, di awal sama tengah adegan, dirimu narasiin di tengah panggung. Bisa?"

Sial. Setelah melayang tinggi, aku dijatuhkan ke jurang. Kenapa Kak Pancar harus buat aku melawan musuh terbesar dalam diri?

"InsyaAllah, Kak."

Diari OrigamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang