Tema : Hidup
Angin semilir membelai lembut dedaunan. Beberapa helai daun terlepas dari ranting dan terbang bebas mengarungi dunia yang tidak pernah dijumpai. Salah satu daun tersebut rupanya sudah membuat keputusan untuk mendarat di ambang jendela yang telah sekian lama tidak pernah terbuka.
Tempat itu nyatanya tidaklah kosong seperti rumor yang beredar. Daun tadi tiba-tiba berpindah tempat lagi akibat embusan napas Sang Pencipta. Ternyata, kamar yang sebelumnya daun itu singgahi bukanlah lokasi seharusnya untuk berpulang.
Tidak lama setelahnya, jendela yang tidak sampai tiga puluh menit terbuka itu, mendadak kembali ditutup oleh si empu kamar. Dia melakukan hal demikian sebab masih belum terbiasa untuk kembali menjalani kehidupan seperti enam bulan yang lalu. Apakah hari ini saat untuknya mengakhiri hidup saja? Ia tidak tahu sampai sebuah origami berbentuk hati muncul dari celah pintu kamarnya.
***
9 tahun yang lalu, lebih tepatnya 2 Februari 2013 saat gadis itu berada di bangku kelas tiga sekolah dasar. Hari itu, di kelasnya kedatangan siswi baru dari ibukota. Teman-teman sekelasnya bagai semut menemukan gula. Siswi pindahan tersebut berhasil menjadi sorotan satu kelas, terkecuali dirinya yang sejak bel masuk malah menyibukkan diri dengan membaca buku.
“Silakan kamu pilih tempat duduk yang masih kosong,” tutur wali kelas.
Siswi pindahan itu mengangguk bersemangat. Sejak pertama kali masuk kelas, netranya tertuju pada murid yang tidak berminat akan keberadaannya. Fokus murid itu justru pada buku tebal. Dia kemudian berjalan di bangku belakang yang menyediakan dua tempat duduk kosong—di sebelah kiri ada gadis yang menurutnya penguasa di kelas ini. Dilihat sekilas saja, dia sudah tidak menyukainya karena lagaknya penuh kesombongan. Sebaliknya, dia lebih menyukai gadis kutu buku yang akan menjadi teman sebangkunya yang tempat duduknya di sebelah kanan.
“Hai, boleh duduk di sini?” tanya siswi pindahan itu.
Tidak ada respons selang beberapa menit hingga ia duduk di bangku pilihannya tanpa izin teman sebangku. Belum lama bokong mendarat di kursi, gadis pindahan itu mendadak menerima secarik kertas dari tetangga bangkunya. Dia lekas membuka surat tersebut secara diam-diam di bawah meja agar tidak ketahuan wali kelas.
Aku Jingga. Salam kenal, Merah!
Kenapa kamu mau satu bangku dengan si Bodoh itu? Kenapa tidak denganku? Kalau kamu sebangku denganku, kamu kutraktir bakso Mang Slamet, deh. Mau sebangku denganku, ya. Plisss....Dahi gadis berkuncir kuda tersebut berkerut. Dia tidak menyukai tindakan suap yang dilakukan Jingga, sehingga surat tadi dia robek menjadi tidak bisa terbaca sama sekali. Lebih baik ia menyimak penuturan wali kelasnya yang tengah mengajari huruf tegak bersambung daripada meladeni Jingga.
Tiga jam pelajaran berlalu begitu saja dan saatnya jam istirahat. Gadis bernama Merah mengeluarkan kotak bekalnya dari dalam tas. Namun, saat ia baru saja membuka penutupnya, gadis berambut sebahu dan mengenakan bando kuping kelinci merampas sepotong perkedel miliknya tanpa seizin si empu. Merah lantas menggebrak meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diari Origami
Historia CortaMasing-masing orang memiliki kisah tersendiri. Mereka menuliskannya dalam kertas yang kemudian dilipat sesuai selera. Sekumpulan origami tersebut dikumpulkan, dan dikubur agar kisah mereka menyatu dengan tanah. Masa lalu memang tidak bisa diubah, te...