"Hei Zoro," Zoro menatapnya dengan tatapan tak tertarik meski hatinya berteriak ria. Pria kecil di depannya memandang ke depan. Pada hamparan langit gelap yang ditaburi ribuan bintang.
Mereka kesini untuk melihat lentera yang akan diluncurkan, hari ini adalah hari kebangsaan kekaisaran untuk merayakan hari lahirnya putra mahkota yang saat ini sudah berumur 18 tahun. Lebih tua delapan tahu dari mereka.
"Apa?" Tanyanya sedikit kesal karena sejak Luffy memanggilnya dia tidak mengatakan apapun lagi. Anak laki-laki di sampingnya yang tengah memandang ribuan bintang itu justru membeku pada tempatnya. "Tidak jadi." katanya tanpa rasa bersalah membuat orang menunggu.
Zoro, menggertakkan giginya kesal, Luffy ini sering kali seperti itu, dia akan memanggilnya seolah akan mengatakan sesuatu yang penting. Tapi tak lama, dia justru hanya diam dan mengatakan hal yang sama. "Kau semakin menyebalkan, lebih baik kit–A-APPA??!"
Wajahnya memanas seketika saat Luffy menggenggam lengan miliknya lalu menyatukan jari jemari mereka. Tangannya yang lain ada di depan bibirnya, menyuruhnya untuk diam dan menunjuk ke samping tepat ke arah istana yang terlihat dari ini. Istana selalu megah dan besar, bahkan dari jarak sejauh ini, mereka masih bisa melihatnya.
"Sudah dimulai."
Zoro menyipitkan mata, berharap menangkap sesuatu. Sesuatu yang berkilau terbang dari atas sana, itu adalah lentera keluarga kekaisaran. Perlahan, satu-satu demi satu hingga menjadi puluhan ribu, lentera-lentera itu terbang menghiasi langit kekaisaran. Terbang begitu tinggi untuk mencapai bintang dan Dewa agar dia mendengarkan doa yang mereka kirim melalui lentera itu.
Matanya bersinar, langit yang tadinya gelap seakan disinari mentari dan Zoro mau tak mau merasa hangat. Tangan menggenggam lengannya semakin erat, membuatnya mengaduh pelan sebelum menatap pada gadis di samping.
Zoro terpaku lebih dari pertama kali ia melihat langit yang dipenuhi lentera.
Luffy bersinar, bersinar lebih terang daripada siapapun. Pipinya memerah karena angin dingin juga senyum cerah, matanya coklat besarnya bersinar lebih dari cahaya lentera dan di maniknya seakan pantulan dari cahaya-cahaya lentera membuat kedua matanya menjadi langit malam itu sendiri. Rambut hitamnya tergerai dan terbawa angin. Luffy sangat cantik dengan segala sinar yang menyinarinya.
"Cantik." Gumamnya pelan tanpa sadar, Luffy berbalik menatapnya dengan senyum cerah, "benarkan itu cantik?!"
Sial, dia tidak memerah begitu banyak, dia tidak tertangkap menatap Luffy sejak tadi, dia, dia memandangnya karena Luffy jauh lebih cantik daripada lentera yang menghiasi angkasa.
Oh, jantungnya berdetak sangat kencang, apakah dia, apakah dia suka sama Luffy?
"Hei, Zoro." Tepukan di pipi justru membuatnya semakin memerah dan salah tingkah.
"A-aku, sebentar aku lupa mengambil lentera milik kita." Dia kabur dengan cepat dan kembali lagi setelah mengambil lentera yang sudah menyala sambil menenangkan detak jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PISTIS | Zolu and Lawlu
Romance"Aku akan berkhianat pada tuan yang ku ucapkan janji suci, untuk sumpah setiap sampai mati." "Aku akan merebut cinta milikku kembali hingga ia tidak perlu merasa sakit atas tuan yang akan ku khianati nanti." "Wahai Dewa langit dan bumi, pemilik alam...