07. υπόσχεση (ypóschesi)

77 14 11
                                    

Sial.

Zoro mengumpat dalam hati, ia pandang tajam pada sang Kaisar yang kini bertopang dagu sambil menyeringai lebar. Senang atas perbuatannya Zoro jadi kesusahan seperti ini.

Karena demi sang Helios, dia menyuruhnya untuk bertanding dengan semua peserta dan menyeleksi siapa saja yang berhasil bertahan dalam waktu 30 menit. Dengan alasan bahwa orang yang mendaftar begitu banyak, sekitar 700 orang dan dengan begitu, dibentuk aturan bahwa dalam tahap seleksi ini, semua bebas menyerang siapa saja yang berada di arena. Termasuk, mau melawan Zoro secara bersamaan.

Zoro mau tak mau menyebutnya licik, tentu saja dia bisa bertahan dalam tahap ini. Namun pasti ia akan kehilangan banyak tenaga, terlebih ia harus bertanding satu persatu dengan yang lain yang hanya diberi waktu istirahat 5 menit, kalaupun itu diberi.

Ia mengambil nafas dalam-dalam, lalu memasang posisi siap. Ia pandang 700 orang yang siap untuk menantangnya, penuh wajah sombong yang yakin bahwa mereka akan menang. Zoro mendengus, ia sudah banyak menghadapi orang seperti mereka dan akhirnya selalu berlutut untuk hidup mereka.

Para rakyat menghitung mundur,

5

4

3

2

1

Bunyi lonceng terdengar sangat keras, mereka bergerak maju, sebagian besar menyerangnya, sebagian pula menyingkirkan beberapa peserta. Zoro menatap salah satu peserta berambut merah yang kini menyerang peserta lain, wajahnya tertutupi topeng besi dan perisainya menghantam para peserta. Di sisi lainnya, seorang pria berambut pirang yang seluruh wajahnya tertutup perban, kecuali bagian mata dan hidung menebas para peserta. Di depannya yang ditutupi oleh peserta lain, seorang wanita berpakaian besi siap perang, ikut menebas dan membuka jalan.

Zoro menyeringai, menatap pada mata sang Kaisar yang belum menyadarinya. Zoro tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari taktik apa yang akan digunakan mantan tuan-nya. Selama 8 tahun dia mengabdikan diri untuknya, dia hapal pola pikir sang kaisar serta kebiasaan yang ia bangun.

Ia mengfokuskan serangannya, memulai pembataiannya sendiri. Zoro tak dikenal sebagai kesatria terbaik sekekaisaran hanya dengan ia yang menjadi tangan kanan sang kaisar saja. Jauh lebih dari itu, para rakyat yang tak tahu apa-apa menyebutnya anjing sang kaisar, orang yang bertempur dengannya di medan perang menyebutnya iblis.

Gerakkannya tajam dan pasti, bahkan hanya dengan melihat semua merasa akan mati. Namun, kesombongan di mata yang mengatakan mereka menang banyak membuat semua tinggi hati.

Pertandingan itu sudah terlewati selama 20 menit, 10 menit lagi hingga waktunya habis.

Para peserta sudah berkurang banyak, tersisa puluhan. 10 orang, 2 di kanan, 2 di kiri, 4 di depan dan 2 di belakang menyerang secara serempak. Zoro menghindar dan menyerang balik. Sial baginya seseorang akan menyerang titik butanya ketika ia fokus, ia mencoba menghindar namun orang-orang yang menahannya membuat ruang menyempit.

Pedang yang seharusnya akan menggores dari pundak hingga ke dada terhenti di udara. Seorang peserta, pria, dengan topeng besi, kumis dan kain merah dipundak menahannya. Dia menumbangkan 2 pria yang di depan, membuka ruang bagi Zoro untuk bergerak. Tak butuh waktu lama Zoro mengikutinya.

Mereka bertarung bersamaan seolah telah melakukannya puluhan kali. Gerakkan mereka sinkron dan serasi. Sesuatu dalam diri Zoro membuncah oleh sensasi kesenangan, rasanya ia seperti melihat masa lalu. Masa di mana semua beban yang tersampir di pundaknya tidak pernah ada. Masa di mana, hanya ia dan Luffy di dunia kecil mereka.

Luffy.

Baru ia sadari, pria yang saat kini bertarung bersamanya adalah teman kecilnya. Mata coklat besar yang berpegang teguh, suatu tekad yang berani dan kuat, itu milik Luffy, Zoro tidak akan pernah salah mengenai itu.

PISTIS | Zolu and Lawlu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang