02. η αρχη (i archi)

130 19 0
                                    

"Ku mohon tuan, biarkan aku hidup, kau bisa mengambil putriku jadi kumohon biarkan aku hidup." Tatapannya rendah, Zoro memandang pria itu dengan rendah. Seorang ayah yang rela menjual nyawa putrinya agar dia tetap hidup atas kesalahan yang dia perbuat. Pedangnya telah dilapisi darah, darah pemilik semua orang yang mendiami rumah besar sang Baron.

Pria paru baya itu gemetar, dia terpojok seperti seorang tikus, celananya basah dan wajahnya penuh ketakutan. Putrinya berdiri di samping mereka, menatap dengan pandangan gemetar dan menutup mulutnya. Air mata keluar dari mata ayah dan anak itu. "Kumohon biarkan aku hidup, aku berjanji akan sumpah setiap pada kaisar dan mengikuti semua perintahnya. Aku akan memberikan tanah ku kepadanya, aku tidak akan menolak ataupun berencana untuk berkhianat kepada sang bulan."

Pria tua itu terisak, tapi Zoro tetap menatapnya dingin. Ini semua adalah perintah tuannya, sang kaisar.

"Bunuh Baron Neyrvill yang berada di timur dan bawa kepalanya kepada ku."

"Bagaimana dengan orang disekitarnya?"

"Tentu saja, seperti biasa, seorang pengkhianat harus diberantas hingga ke akarnya."

Jadi di sinilah Zoro, di mansion mewah milik sang Baron yang diduga bekerjasama dengan kerajaan musuh untuk menjatuhkan sang Kaisar. Seorang yang berniat berkhianat kepada sang bulan. Semuanya terbukti benar. Tangannya ternoda darah, pedangnya bukan lagi berwarna perak, melainkan Ruby, pakaian hitamnya bernoda merah dan darah mengotori seluruh mansion. Sebuah pembantaian.

Pria paruh baya itu mencekram celananya, berlutut bahkan menjilat ujung sepatunya yang bernoda lumpur dan darah yang mendiami rumahnya. Seperti anjing.

Dahinya mengernyit, perasaan marah dan menjijikkan menjadi satu, Zoro membenci pria sepertinya. Ia tendang pria tua itu, tepat pada perutnya membuat dia mengeluarkan isi perutnya, menjijikkan.

Pedangnya diarahkan, tak ingin membuang waktu lebih lama, Zoro pisahkan kepala dari tubuhnya, darahnya menyiprat kemana-mana. Ia ambil kepala sang Baro dengan menarik rambutnya untuk diserahkan sebagai bukti kepada sang Kaisar. Satu isakan kecil lolos dari telinganya.

Manik hijau melirik ke samping, tepat kearah Putri sulung sang Baron. Siapa namanya entah Zoro tidak tahu. Tubuhnya gemetar, tangannya menutup mulut dan air mata sudah tumpah kemana-mana. Dia tidak bisa bergerak meski seharusnya dia bergerak untuk kabur nanti. Mungkin tahu bahwa meskipun kabur, Zoro akan tetap mengejar dan membunuhnya. Mulutnya terbuka ingin berkata, tapi bilah pedangnya sudah bergerak terlebih dahulu.

Zoro keluar, menyusuri lorong yang dipenuhi tubuh tak bernyawa, ketika langkah kakinya keluar langsung dari gerbang, sebuah kereta kuda berlapis emas sudah menunggunya dan seorang kusir yang gemetar tengah duduk di kursinya. Zoro masuk tak mengucapkan satu kata, membiarkan sepatu juga pakaiannya menodai kereta cantik itu.

Ah Zoro butuh berdoa kembali pada dewanya, karena dia mengirim kembali hambanya ke sisi sang dewa. Lalu setelah itu, menghabiskan waktu bersama Luffy, melihat laut kembali.

Sudah berapa lama dia tidak melihatnya ya?

8 tahun dia sudah mengabdi kepada sang kaisar, setahun lalu dia pergi untuk memberantas para pemberontak yang pergi ke negeri sebelah. Membantai habis satu organisasi dan berperang untuk menginvasi banyak wilayah. Lalu baru saja tiba di istana, Kaisar sudah menyuruhnya untuk menghabisi Baron Neyrvill. Tanpa mengizinkan Zoro beradaptasi dan mencari tahu apa yang sudah terjadi setahun selama dia pergi.

Setahun dia tidak menghabiskan waktu bersama Luffy, pria itu pasti marah kepadanya karena pergi tiba-tiba dan hanya memberi tahunya lewat secarik kertas yang dia sematkan di tempat tidurnya ketika berangkat. Zoro tidak sabar bertemu dengannya.

PISTIS | Zolu and Lawlu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang