Jika ada nominasi orang ter-brengsek di dunia, Trafalgar D. Water Law pasti akan menang.
Jika ada nominasi orang yang senang diatas penderitaan orang lain, Trafalgar D. Water Law akan menang.
Dan, jika ada nominasi orang yang sangat Luffy benci, maka sekali lagi jawabannya sama, Trafalgar D. Water Law akan menang.
Demi Helios, Demi sang Mentari.
Apa yang membuat pria sombong itu berpikir, untuk mengajaknya agar menonton pertandingan ini sebelahnya?
Membuat sang kaisar berada di antara dirinya dan sang Permaisuri?
Tidakkah dia sadar bahwa kini seluruh mata memandang kearah mereka. Mulut terus berbicara, telinga terbuka, mata melebar, ingin mengetahui apa yang terjadi.
Jujur saja, Luffy terkejut ketika seorang pelayan datang setelah Zoro bersiap untuk pertandingan selanjutnya. Mengatakan bahwa Kaisar memanggil dirinya.
Luffy sempat bersitatap dengan dua lainnya, keduanya jelas menyuarakan ketidak setujuan. Namun apa daya, sekalinya mereka menolak, yang diambil adalah nyawa orang yang berada di sekitar mereka.
Jadi ketika Luffy datang menemuinya, alangkah terkejutnya ia mendapati satu kursi kosong di samping kiri sang Kaisar yang menatapnya dengan seringai licik, hingga Luffy sangat ingin meninjunya.
"Salam kepada sang maha agung, bulannya kekaisaran." Tunduknya memberi hormat dengan nada sopan, meski dalam hati sangat ingin menebas kepala pria dengan kedua mata emas tersebut.
Law dari kursinya semakin melebarkan seringai, lalu melirik kearah bangku di sebelah kirinya agar Luffy bisa duduk di sana. Meski enggan dan jika bisa memilih, Luffy akan dengan ikhlas duduk di atap kolesium atau duduk sendiri di tempat yang dialiri lahar api. Daripada harus duduk berdampingan dengan orang yang telah menghancurkan segala yang ia punya.
Namun apalah daya, di sini, Law lah yang punya kuasa. Sang Kaisar yang menentukan nasib orang-orang didaerahnya, nasib keluarga, serta seseorang yang sangat ia cinta.
Jika dulu Luffy percaya bahwa kekuasaan bukanlah segalanya, maka Luffy dari masa saat ini harus mematahkan omongan dari Luffy di masa lalu.
Jadi dengan enggan, ia duduk di kursi sebelah kiri Law. Dengan beribu banyak mata mengawasi, telinga terpasang begitu dekat, hendak tahu apa yang terjadi.
Kenapa selir Kaisar harus duduk di samping kiri Kaisar? Bukankah, baik kanan-kiri Kaisar tempatnya permaisuri?
Entah, coba tanya saja pada sang Tiran yang kini berpuas diri.
Luffy memandang penuh tak enak pada sang Permaisuri Robin. Namun sepertinya, ia tidak mengindahkan kehadirannya. Hanya tetap pada wajah tanpa ekspresi, duduk dengan anggung melihat pertandingan.
Berkali-kali Luffy bersumpah serapah, bagaimana bisa sang Kaisar mengabaikan wanita secantik permaisuri?! Rambut hitam panjangnya bagai kain bertinta halus. Matanya adalah langit biru yang cantik, kulitnya bak boneka porselen, tinggi semampai dan wangi. Dia tegas dan memiliki aura yang mengatakan bahwa dia terlahir sebagai permaisuri. Dia pintar dan cerdik, sial. Seluruh pria di kekaisaran bahkan pernah memujanya, meski sekarang masih, namun dalam diam. Lalu mengapa Kaisar mengabaikannya?
Jika ada daftar orang yang begitu merugi, maka Law berada di urutan pertama.
"Santai saja," Suara Law menginterupsi. Mata emas sang kaisar menatap lurus pada podium yang memperlihatkan Zoro tengah bertanding dengan salah satu peserta. Ini peserta kedua. "Kau tahu sendiri siapa pemenangnya."
Luffy serasa ingin memutar-mutarkan arah matanya, "tentu saja. Duke Roronoa adalah yang terhebat."
Tertawa kecil, mata emas milik si penguasa mendarat pada miliknya. "Berpegang pada sesuatu yang pasti akan kalah adalah tindakan merugi."
KAMU SEDANG MEMBACA
PISTIS | Zolu and Lawlu
Romantizm"Aku akan berkhianat pada tuan yang ku ucapkan janji suci, untuk sumpah setiap sampai mati." "Aku akan merebut cinta milikku kembali hingga ia tidak perlu merasa sakit atas tuan yang akan ku khianati nanti." "Wahai Dewa langit dan bumi, pemilik alam...