Chapter 3

192 21 0
                                    

Happy reading🐇


Seperti biasa, dijam-jam istirahat ini para murid pasti akan ke kantin dengan bergegas dan berebutan dengan tak sabar hanya untuk seporsi makanan.

Sama halnya dengan Beryl yang senang bisa duluan mendapatkan makanan. Tapi sayang nya kesengannya hanya bertahan sesaat dan berganti dengan muka menahan kesal.

Lihatlah makanannya tadi ada ditangan nya kini jatuh berserakkan di lantai, mana mengenai sepatunya lagi. Sia-sia sudah perjuangannya mendapatkan makanan ini.

Mendongak kepala menatap pelaku yang tampaknya sengaja menyengolnya. Dan ya siapa lagi kalo bukan antagonis kita, entah masalah apa yang Edlyn perbuat dengan Syera. Hingga Beryl diusik begini.

"Ganti!" Melihat tatapan datar Edlyn membuat Syera agak kaku dibuatnya.

"Ekhem... alah, gitu aja marah. Lebay!" Kini semua perhatian orang-orang dikantin menatap mereka berdua dengan berbagai ekspresi.

"Marah?" beonya dilanjut dengan terkekeh sinis.

"Nggak sadar diri? Liat muka lo aja buat orang emosi!" hardiknya yang sukses mengundang amarah Syera.

"Maksud lo apaan bilang gitu? Berani ya lo!" geram Syera dengan tangan mengepal kuat.

"Pake nanya, ya berani lah! Sehebat apa lo bisa buat gue takut? Modal bacotan aja bangga, noh bacot sana sama kembaran lo dihutan! Level lo tu nggak pantes disini, semua hal minus ada diotak lo. Buang aja otak lo yang nggak guna itu!"

Makjleb.

Begitulah seluruh murid membatin, perkataan Edlyn cukup menusuk jantung.

"Lo!" Entah kenapa kali ini Syera tidak bisa membalas perkataan lawan nya. Seakan ia tidak bisa kembali menyusun kata-kata racun andalan nya itu.

"Apa? Kehabisan kata? Seorang penguasa sekolah bisa kalah bacot? Wah rekor, sekarang apa lagi yang lo banggain? Oh, gue tahu, habis ni pasti lo mau lapor sama guru kan? Silahkan gue nggak takut!"

Setiap hinaan yang diberikan Edlyn, membuat Syera ingin menjambak rambut Edlyn hingga lepas. Tapi tidak bisa, kini para murid mulai terang-terangan berani menatap Syera dengan sinis, membuat Syera merasa tersudutkan. Lalu dengan langkah cepat ia memilih keluar dari kantin dengan amarah, "Awas aja lo, akan gue balas dengan kejam!"

***

"Wohh gila! Seorang Edlyn yang kalem mau berdebat dengan Syera? Kesambet apa lo mau-maunya melawan dia, biasanya juga lo bodo amat." Kirei menghampiri Beryl dengan tatapan shock nya. Wajar saja Kirei shock, pasalnya Edlyn ini merupakan orang yang tidak akan ambil pusing pada suatu hal yang menurutnya tidak penting, seperti kejadian barusan. Namun, kali ini berbeda dengan sifat Edlyn sebelumnya. Tidak hanya Kirei yang kaget, tetapi seluruh manusia yang menyaksikan kejadian barusan juga heran dan shock melihat Edlyn yang baru pertama kali terlihat emosi.

Beryl juga tidak sadar dengan perbuatannya sendiri, akibat setelah membaca komik dunia ini membuat Beryl tanpa senjaga terselut emosi mengingat tingkah si antagonis didalam komik itu.

Apa yang telah kau perbuat Beryl bodoh! Seharusnya aku tidak ikut campur dengan para tokoh disini. Pasti si Syera akan nyari masalah dengan ku. Pusing pun melanda dikepalanya, ia pun memilih keluar dari kantin tanpa mengindahkan panggilan Kirei pada nya.

***

Beryl menyandar dikursi dengan mendongak kepala nya dikursi tersebut seraya menghela napas lelah. Pikiran nya berkelana ke kehidupan sebelumnya, ia merindukan kehidupan pertamanya. Sungguh ia lelah dengan hidup nya sekarang, dimana jika dulunya akan menikmati hidup tanpa ada kesulitan yang besar. Tetapi sekarang ia harus memikirkan dampak setiap kali ia mau melangkah kedepan.

Menegapkan badannya, lalu menompang kepala di tangan seraya melihat disekelilingnya yang mana terlihat para manusia yang sibuk dengan buku yang ada didepan mereka. Beryl sekarang berada di perpustakaan sekolah Edlyn.

Pupil mata nya bergerak kesana kemari menatap para manusia disana. Tiba-tiba Beryl menyipit mata nya seolah ingin mempertajam penglihatannya. Objek yang menjadi perhatian Beryl adalah seorang laki-laki yang entah kenapa begitu mencolok dimata nya.

Laki-laki itu memakai seragam berlapis dengan jaket hitam, topi hitam yang terpasang dikepala, serta memegang sebuah buku dengan satu tangan. Hingga membuat aura ke tampanan laki-laki itu bertambah. Beryl pun berdecak kagum, tapi dengan kilat perhatiannya terganti pada buku yang dibaca laki-laki tersebut.

Buku dengan sampul berwarna hitam dan ungu, membuat nya familiar dengan sesuatu. Ooh iya! Komik itu terakhir aku letak dimana? Astaga... lebih baik aku cari sekarang.

Dengan tergesak ia berjalan keluar menuju kelasnya, takutnya ada seseorang yang membaca komik tersebut.

Tanpa Beryl sadari, seseorang yang menjadi perhatian Beryl tadi. Mendongak kepala nya menatap Beryl yang sedang berjalan cepat dengan panik.

***

Seorang laki-laki dengan seragam olahraga memasuki sebuah kelas lalu melangkah kan kaki nya ke arah salah satu lemari loker dan membuka loker yang tidak terkunci. Tujuan nya ia ingin mengambil buku catatan di loker yang sedang ia buka.

Hem? Laki-laki itu menyerngitkan dahi nya menatap heran isi dalam loker yang ia buka.

"Komik? Sejak kapan dia suka baca komik?" gumman heran nya sambil mengambil komik tersebut. Saat hendak membuka buku itu, ia di kaget kan suara pintu kelas yang di buka dengan keras.

Brak

Itu dia Beryl, sama hal nya dengan laki-laki itu, Beryl memasang muka kaget dan panik melihat ada seseorang yang memegang komik nya dan hendak membaca komik itu.

Entah bagaimana nasib yang akan Beryl terima setelah ini. Sungguh hari yang s*al.


TBC

ADDITIONAL CASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang