Chapter 6

157 13 0
                                    

Happy reading🐇

Beryl kini menghela napas lega, akhirnya ia bisa terlepas juga dari tempat menyeramkan tadi alias kantin.

Mendapati tatapan tidak suka dari beberapa siswi, sebab ia tadi makan bersama para idol mereka. Tak heran dengan tatapan mereka yang iri terhadap Beryl, membuat nya tanpa sadar terkekeh sendiri. 

Menjadi perempuan atau orang lain yang bisa makan dengan mereka, walaupun dengan terpaksa memang, setidaknya ia sedikit beruntung. Namun disisi lain juga bisa membawa malapetaka bagi dirinya sendiri.

"Edlyn?" Beryl terbelalak, tak menyadari ada Zeya di depan nya ini.

"Ada yang lucu? Lo ketawa sendirian gini serem tau." Zeya tadi barusan keluar dari toilet, tapi ia malah mendapati Edlyn yang sedang tertawa dan senyum tidak jelas di depan pintu toilet. Seketika ia jadi merinding buatnya.

"Ah iya Zeya... ada kejadian lucu kemaren, malah tiba-tiba ke inget." Zeya yang paham pun hanya ber-oh seraya mengganguk kepalanya.

"Yaudah, mumpung bentar lagi jam masuk, pergi ke kelas bareng yuk!" ajakan itu diterima baik oleh Beryl, "Hem, Ayok!" Yah, walaupun Zeya tokoh utama disini, berteman dengannya tidak lah terlalu buruk. Entah itu beresiko atau tidak ia tidak peduli sekarang.

Sepanjang jalan mereka hanya diam dengan sibuk akan pikiran masing-masing. Beryl sedang mikirkan kisah Zeya, di komik diceritakan bahwa Zeya dan protagonis pria adalah sepasang sahabat dekat. 

Wajar jika protagonis pria tidak mengenal Zeya karena ia hilang ingatannya. Tetapi kenapa malah Zeya ikut-ikutan tidak mengenal protagonis pria? Seolah-olah mereka hanya orang asing saja. Kenapa?

"Em... lo tau nggak? Gue ketawa-ketawa sendiri tadi karena keinget sama sahabat gue yang cowok. Masa lagi enak-enak makan bakso, jadi tersedak liat sahabat gue yang lagi terjebur masuk dalam parit. Apa nggak tersedak gue." Beryl tertawa dengan perkataannya sendiri, Zeya pun jadi ikut tertawa terbahak juga mendengar cerita konyol itu. 

Tidak tau kah kalian, cerita tersebut hanya lah hasil karangan dari Beryl. Edlyn sendiri tidak mempunyai sahabat selain Kirei, teman laki-laki tidak ada juga, apalagi sahabat laki-laki. Beryl berbuat seperti itu hanya ingin memancing Zeya untuk mengingat sabahat nya juga.

"Hahaha... lucu banget sahabat lo itu." 

"Nama nya juga sahabat pasti selalu ada kejadian lucu setiap saat. Kalo lo sendiri gimana? Ada kejadian lucu juga nggak sama sahabat lo?" Bagus, sungguh pancingan yang baik! 

***

Kring

Kring

"Baiklah anak-anak, sampai sini saja pembelajaran kita, kalian boleh keluar," ucap seorang guru bahasa inggris, lalu segera pamit sambil melangkah keluar kelas.

"Baik, makasih pak," sentak para murid lalu dengan tergesa keluar dari kelas.

Beda hal nya dengan dua orang lain yang tampak sangat malas buat beranjak dari kursi. Mereka adalah si Beryl dan Kirei, tentu saja. Ini adalah jam istirahat ke dua, wajar saja mereka malas, apalagi terik matahari yang bisa saja membakar kulit mereka, mending mereka mengadem dikelas saja.

Bingung. Itulah yang ada dipikiran Beryl sedari tadi, mengingat perkataan Zeya membuatnya bingung. Zeya sendiri mengatakan bahwa tidak mempunyai sahabat, semasa kecil nya ia tidak memiliki teman, hingga sekarang. Walaupun ada teman, tapi tidak mempunyai sahabat satu pun. 

Kisah nya berbeda dengan di komik, Beryl pun sempat ragu dengan komik itu. Apa karna ia masuk kedalam komik ini, makanya kisah cerita ini sangat berbeda?

Sedangkan Kirei kini tampak berpikir seperti melupakan sesuatu, terlihat dari raut muka nya, seraya memegang dagu. Ia pun segera menoleh pada Edlyn,"Edlyn, lo ngerasa ada sesuatu yang aneh nggak?"

"Hidup lo tu yang aneh," jawab asal Beryl yang tidak tertarik pada ujaran Kirei.

"Serius Edlyn!" Beryl hanya terkekeh mendengar kekesalan Kirei.

"Au ah! Eh... gue liat lo bawa komik kemaren, baru tau gue lo tertarik baca komik." Suara kekehan Beryl mendadak berubah menjadi tertawa kaku dan melirih, "Hahaa... iya..." Seperti biasa, dunia ini memang tidak membiarkannya hidup tenang.

Dengan maksud ingin mengalih rasa tegang nya, Beryl memilih menggambar random di balik bukunya.

"Bagus si, secara hidup lo kan monoton banget. Gue saran, mau cari komik di toko buku dekat sekolah kita ni aja." Sontak Beryl mengehentikan kegiatan gambarnya setelah mendengar perkataan Kirei, sungguh menarik perhatian Beryl.

"Emang ada toko buku disekitar sini?"

"Ada lah, tempat favorite malah, kok lo nggak tau si? Pokok nya tu toko buku serba lengkap, nggak kalah dari perpustakaan pusat, dari komik lama maupun terbaru. Nggak hanya komik buku jenis lain pun ada."

Hem nggak kepikiran, komik "Forget Me Not" ada didunia ini nggak? Mana tau ada kan? "Anterin gue nanti ke sana Kirei," pinta Beryl setelah berpikir dan diangguki setuju oleh Kirei.

***

"Maaf Edlyn, gue cuman bisa antar sampai sini. Adek gue udah rengek minta jemput dari tempat les nya, mana ortu pada teror gue ini." Kirei menatap Beryl yang sedang turun dari motor nya dengan tidak enak hati.

"Iya nggapapa, lagi pun deket sini kan?"

Sambil menunjuk, Kirei berucap, "Yoi, abis lewat gang ini, cari aja toko tu pasti langsung jumpa."

"Sip, makasi udah anterin."

"No problem, gue pergi dulu, bye!" Dengan kelajuan penuh, Kirei dengan cepat meleset dari tempat.

Begitu pula dengan Beryl, ia segera melangkah melewati gang tersebut. Ia sudah sangat penasaran bila komik itu ada didunia ini, maka ia akan langsung cari si pembuat komik itu, apapun cara nya.

Dan sinilah Beryl berada menatap toko yang ia cari, terlihat toko ini seperti toko yang telah lama berdiri di tanah ini.

Beryl menyerngit dahi, lantaran Kirei mengatakan bila ini adalah tempat favorite murid sekolah, tetapi kenapa toko ini terlihat sangat sepi. Bahkan hanya ia satu-satu nya yang mengunjungi tempat ini.

Tanpa membuang waktu, ia segera masuk ke dalam toko. Seperti tampilan depan toko tadi, isi dalam nya juga seperti itu. Dengan model klasik membuat suasana terasa tenang sekali.

Dengan lincah Beryl mulai mencari, berharap mendapatkan komik itu disini. Walaupun peluang ia dapat komik itu kecil, tapi bisa aja ia beruntung kan?

"Hufhh... tentu saja komik itu tidak ada, emang gue siapa seberuntung itu?" Lelah pun melanda, setelah berjam-jam mencari. Sia-sia lah yang ia dapati, ingin bertanya tapi ia tidak menemukan penjaga atau pemilik toko ini.

Dilihat hari sudah mulai gelap, mending ia segera pulang sebelum di omelin ibu Edlyn.

"Nasib yang diatur oleh orang lain? Menyedihkan."

Mematung, Beryl mematung. Dengan kaku ia menatap segala arah mencari asal suara, namun ia tidak menemukan siapapun di sini. Rasa takut pun muncul, dengan kilat Beryl berlari keluar dari toko ini. Dugaan nya menyatakan suara itu bukan suara manusia tetapi hantu. Apakah ia tidak sadar bahwa ia bisa terbilang hantu juga?

Tanpa di sadari lagi, suara tadi kembali terdengar, "Tetapi jika itu jiwa terpilih, mungkin... orang itu tidak dapat mengubahnya."

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADDITIONAL CASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang