6. Blue Violet

7.4K 662 5
                                    

Ray tak habis pikir bagaimana caranya cewek yang kini berjalan di sampingnya bisa membangunkannya dari tidur yang nyenyak? Apa cewek ini punya kekuatan khusus yang bisa melawan amukan Ray? Ray langsung menggeleng pelan dan mencoba untuk menepis semua pikiran aneh yang menyelip di benaknya.

Dalam perjalanan ke sekolah-yang tadinya mereka menaiki angkot dan akhirnya turun di dekat lampu merah ujung jalan sekolah karena macet-Ray sempat berpikir kenapa cewek di sampingnya ini hanya diam saja. Bukannya apa, tapi ini sangat aneh. Biasanya cewek ini tidak pernah diam begini dan pasti akan mengoceh tentang apa saja.

Ray yang sedaritadi menatap ke depan kini menoleh untuk mengecek cewek itu. Ternyata cewek itu diam karena sedang mendengar entah apa itu dari earphonenya.

"Kawaii." Tiba-tiba cewek itu berucap sambil bertepuk tangan dengan semangat.

Ray menoleh lagi dan mengernyit bingung. Apa cewek ini masih waras?

Merasa ditatap, Bunga menoleh dan tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang kecil tapi rapi. Tapi dia tak berbicara dan berjalan mendahului Ray sambil asik mendengarkan... lagu? Apa mendengarkan lagu Jepang?

"Ray!"

Mendengar teriakan nyaring itu, Ray harus menutup telinganya dan mendapati seorang cewek berambut pendek berdiri di sampingnya dengan senyum lebar. Kenapa hari ini ada saja orang yang suka tersenyum lebar begitu?

"Apa kabar? Lo kangen gue gak?" tanya cewek berambut pendek yang Ray sering dipanggil dengan nama Zia.

Ray mendengus dan berjalan meninggalkan Zia. Zia langsung menyajarkan langkah Ray. Zia masih tersenyum. "Gak kangen gue, ya, Ray?"

"Gak," jawab Ray. Matanya menatap lurus ke depan. Sesekali melihat punggung Bunga yang berjalan di depan sana.

"Lo kenapa sih? Kangen ya sama gue?" tanya Zia menarik lengan Ray. "Masa gue baru pulang dari Malaysia, lo gak kangen sama gue? Apa gue perginya terlalu sebentar ya jadinya lo gak kangen sama gue?"

Sebenarnya Zia adalah teman Ray dari SMP yang sama. Kebetulan Zia adalah cewek tomboy dan langsung klop dengan Ray. Zia sangat mengerti bagaimana sifat dan perilaku cowok dingin di sampingnya. Ray memang sudah begitu sejak Zia mengenalnya.

Ray hanya menghela napas mendengar cewek di sampingnya mengoceh tak jelas tentang liburannya ke Malaysia untuk menemani sang nenek berobat. Dia hanya menanggapi dengan gumaman tak jelas. Tiba-tiba Bunga berhenti berjalan dan menoleh ke belakang. Melihat itu, Ray ikut berhenti berjalan dan menatap Bunga dengan tatapan datar.

Bunga mengerutkan kening melihat Zia. Zia juga begitu. Bunga berjalan mendekati Ray. Dalam hati, dia bertanya-tanya siapa cewek berambut pendek itu. Kenapa bisa terlihat akrab dengan Ray? Kenapa dia tidak bisa dekat dengan Ray layaknya Ray dan cewek itu? Argh, kenapa memikirkan itu.

"Aku mau ke seberang jalan dulu," kata Bunga menunjuk sebuah kios yang menjual beraneka ragam bunga di seberang jalan. "Dah!"

"Bukannya sebentar lagi bel masuk bunyi?" tanya Zia mengerutkan kening.

Bunga menaikkan alisnya. Dia mengulas senyum tipis. "Aku bakal cepat kok. Kalian masuk aja duluan."

Bunga berjalan ke pinggir jalan dan bersiap-siap untuk menyeberangi jalan. Tapi semua mobil dan motor yang berlalu-lalang terus saja mengebut dan tidak membiarkan Bunga menyeberang.

"Ya udah. Kita lanjut jalan ke sekolah yuk, Ray," ajak Zia yang berjalan terlebih dahulu. Setelah berjalan beberapa langkah, dia menoleh dan mendapati Ray tak bergerak sedikit pun. Kepala cowok itu tertoleh untuk melihat Bunga yang masih sabar menunggu ada mobil dengan kecepatan rendah agar dia bisa menyeberang.

Ketika Zia hendak meneriak Ray untuk berjalan, Ray malah berjalan mendekati cewek dengan rambut yang dikuncir itu. Lalu Zia kaget melihat Ray yang menarik tangan Bunga dan mengajaknya untuk menyeberangi jalan. Ray mengangkat tangannya yang bebas ke jalanan, meminta setiap kendaraan yang mereka lewati untuk berhenti sejenak.

Zia terdiam sendiri. Berbagai pertanyaan muncul di benaknya. Intinya, kenapa Ray melakukan itu? Dia bahkan tidak pernah membantu siapa pun untuk menyeberang jalan, termasuk Zia sendiri. Ray tidak peduli dengan anak kecil atau nenek-nenek yang hendak menyeberang. Tapi kenapa dia peduli dengan cewek yang Zia kenali sebagai cewek manja yang teledor itu?

Bunga pasrah ketika tangannya ditarik Ray untuk menyeberangi jalan. Matanya berkedip beberapa kali untuk memastikan jika penglihatannya tidak salah. Ray membantunya menyeberangi jalan. Walaupun cengkeraman tangan Ray di tangannya sedikit kasar, tapi... Ray peduli padanya? Memikirkan itu, Bunga mendesah bingung. Tapi kenapa rasanya seperti ada sengatan listrik ketika Ray menariknya. Dan kenapa tiba-tiba jantungnya bercekamuk begini. Ini apa?

Sampai di seberang jalan, Ray melepaskan cengkeraman tangannya dan menatap Bunga yang kebingungan. "Menyeberang jalan aja gak bisa," hina Ray.

Bunga yang mendengar dirinya dihina seperti itu hanya bisa mendengus. Tidak ada gunanya untuk membalas ucapan Ray yang menyakitkan itu. "Ya udah. Makasih! Pergi aja kamu ke sekolah!" Setelah berbicara begitu, Bunga memutar tubuhnya dan berjalan menuju kios penjual bunga.

Bunga sibuk melihat beberapa bunga yang membuat matanya melotot karena saking indahnya. Dia memesan beberapa bunga untuk diambil saat pulang sekolah. Ketika dia akan berjalan ke pinggir jalan untuk menyeberang, dia malah menemukan Ray yang masih berdiri di pinggir jalan.

"Kenapa masih disini?" tanya Bunga mendekati Ray.

Ray menoleh dan mendesah keras. "Udah selesai?"

"Hah?"

Kemudian Bunga pasrah lagi. Tangannya ditarik Ray ke seberang jalan. Dia merasa seperti koper yang ditarik-tarik. Apa dia tidak bisa menarik Bunga dengan sedikit lembut dan berperasaan? Di mana letak perikemanusiaannya?

"Kenapa sih?" tanya Bunga menepis tangan Ray ketika mereka sudah sampai di seberang jalan. Dia bersungut-sungut sambil mengelus pergelangan tangannya.

"Memangnya bisa menyeberang jalan? Kalau gue gak bantu, mungkin gak akan nyeberang jalan. Ckck," olok Ray lalu berjalan meninggalkan Bunga yang menghentakkan kakinya ke jalan.

"Kenapa sih selalu begitu?" teriak Bunga kesal dan malah mengekori Ray menuju ke sekolah. Rasanya pengin tendang cowok satu itu ke planet Pluto. Pengin juga Bunga bejek-bejek muka itu cowok. Tapi... mana berani.

Sedangkan Ray berjalan dengan langkah besar, seperti biasa. Ada yang aneh darinya, jika orang-orang melihatnya. Bibirnya tertarik ke atas dan tersenyum geli.

*

Blue Violet - Your Attention

*

Yapssss. Horeee. Udah sampe chapter 6 aja hahaha. Over all gimana nih? Hayooo tebak endingnya sad or happy? (Jiahhh langsung ke ending pula ckck)
Oh, ya, ada cerita baru loh di lapakku. "Sapuan Angin Semu" masih coming soon sih. Haha
Udahlah. Thanks gaisss. Selamat menunaikan ibadah puasa yaps. Jangan bolong tuh puasanya wkwk

Blossom EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang