19. Achillea Milefolia

7K 520 6
                                    

Achillea milefolia - war
**
Sudah hampir dua puluh empat jam, Bunga menghilang. Bukan. Bunga diculik. Ray tadinya mencoba untuk menenangkan keluarganya Bunga terlebih dahulu dan mengatakan jika dia akan mencarikan Bunga. Tidak perlu melaporkan pada polisi. Nantinya Ray akan melaporkan ke polisi jika dia tak menemukan dimana keberadaan Bunga.

Ray meminta bantuan teman SMPnya dulu yang sangat pintar ilmu komputer yang sekarang kuliah di bidang yang diminati. Bahkan temannya ini-Iqbal pernah meretas akun BIN, cerita Iqbal pada Ray. Untungnya tidak ketahuan.

Kini Ray berada di tempat persembunyian Iqbal yang antara lain adalah basement di rumah Iqbal yang penuh dengan komputer dan seperangkatnya.

"Ponselnya gak aktif sih," kata Ray yang daritadi mencoba untuk menghubungi Bunga. Bisa dibilang Ray mencoba menghubungi Bunga dari kemarin.

"Kita gak bisa lacak lewat ponsel berarti. Tapi coba gue lacak sinyal ponselnya pas terakhir kali aktif," kata Iqbal sambil memainkan jarinya di atas keyboard komputernya.

Entah apa yang dilakukan Iqbal, Ray tak mengerti. Tiba-tiba di layar kiri komputer muncul denah peta Surabaya dan ada titik merah yang berkedip di salah satu garis.

"Dia terakhir kali di dekat supermarket Habsy," ujar Iqbal menunjuk layar.

"Dekat sama rumahnya sih," sahut Ray.

Iqbal menjentikkan jarinya. "Berarti dia diculik pas berangkat sekolah dari rumahnya. Soalnya sekitar jam setengah tujuh."

Ray mengangguk setuju dengan teori Iqbal. "Tapi dimana sekarang dia?"

"Ponsel abang lo aktif gak?" tanya Iqbal.

"Gak. Udah gue hubungi tapi kesambung ke pesan suara."

"Lo yakin kalo abang lo yang nyulik Bunga?" tanya Iqbal melirik temannya itu.

Ray mengangguk yakin. "Yakin. Banget. Dia ngasih gue dua surat ini." Ray menyerahkan dua lembar kertas surat dari Fian.

Iqbal mengambil surat-surat itu dan membacanya. "Abang lo ini punya dendam sama lo atau sama Bunga? Eh, betewe Bunga itu cewek lo?"

Ray mendesah dan menoyor kepala Iqbal. "Udahlah. Lanjut!"

Iqbal terkekeh melihat temannya. "Kalo gue lacak keberadaan terakhir abang lo sih, ya, di perusahaan keluarga lo."

"Coba lacak plat mobilnya deh," usul Ray.

"Lo mau gue pelototin satu-satu kamera CCTV yang ada di Surabaya terus ngelihatin plat mobil abang lo? Yang waras dikit dong!" gerutu Iqbal.

"Ada cara lain gak? Gue mulai gak waras ini," balas Ray.

"Coba deh lo pikir, kira-kira dimana abang lo bakal nyumputin Bunga?"

"Gue udah nyoba mikir. Tapi gak ketemu terus. Gue coba nelpon penjaga vila di Bandung, katanya Fian gak pernah kesana lagi semenjak dia lulus kuliah."

"Kira-kira kenapa abang lo nyulik Bunga?" tanya Iqbal heran.

"Karena Bunga adalah orang terdekatnya gue," jawab Ray mengedikkan bahu, masih bingung juga dengan pertanyaan Iqbal.

"Zia juga dekat sama lo," sahut Iqbal.

"Zia sih dekatnya lain. You know what I mean."

Iqbal ber-oh ria. "Tapi gue serius. Kenapa Bunga yang diculik?"

"Yang pasti buat nunjukin kalo gue dan dia bersaingan. Dan dia bersaingan secara tidak sehat karena menyekap orang lain. Fian mungkin juga memancing gue biar nyelamatin Bunga dan ngelakuin apa yang dia mau ke gue dengan syarat agar Bunga bisa bebas."

Blossom EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang