11. Love in Mist

6.5K 586 4
                                    

Ray memasukkan bola ke dalam ring basket. Beberapa cewek kelasnya di pinggir lapangan langsung bersorak riuh dan bertepuk tangan. Harusnya itu hal yang wajar karena anak basket yang sedang bermain bersama Ray juga bisa memasukkan bola ke ring.

"Gue keluar," ucap Ray sambil melangkah gontai keluar dari lapangan. Dia berjalan menelusuri koridor sambil mengacak rambutnya yang berkeringat.

Matanya menangkap sosok cewek bertubuh mungil dengan rambut menjutai ke bahunya. Cewek itu terdiam di tempat melihat Ray. Kemudian dia memutar balik dan kembali ke kelasnya.

Ray mengangkat bahu melihat itu dan kembali melanjutkan langkahnya menuju kantin. Memang seharusnya cewek itu menghindar dari Ray kan sebelum terjadi apa-apa?

Tapi kenapa menghindarnya seperti itu? Membuat Ray sedikit bingung.

*

Ray masih duduk di kantin ketika bel istirahat berbunyi. Dua cowok langsung duduk di meja yang ia tempati. Entah kenapa dengan dua cowoknya ini. Bahkan Ray lupa siapa nama mereka. Yang jelas mereka malah sibuk berbicara dengan Ray. Ray tak peduli.

Ray menyeruput es jeruknya hingga habis. Ketika dia hendak berdiri, Ray melihat cewek itu lagi yang memasuki area kantin dengan temannya.

Cewek itu berhenti berjalan ketika melihat Ray. Dia menarik tangan temannya. Sayup-sayup terdengar jika cewek itu mendadak sakit perut dan harus ke kamar mandi. Langsung dia meninggalkan temannya dengan berlari kecil.

Ray hanya bisa diam melihat tingkah gadis itu. Tiba-tiba dia merasa tidak enak sendiri melihat cewek itu menghindar dengan cara seperti itu.

*

Bunga memasang matanya untuk waspada ketika dia berjalan ke kantor guru untuk mengantarkan buku latihan fisika teman-temannya. Takutnya dia melihat sosok Ray yang muncul dan dia secepatnya harus menghindar.

Ah, dia semacam melihat hantu ketika melihat Ray. Melihat Ray membuat Bunga tersiksa. Perasaan bersalah, takut, khawatir, kecewa dan patah hati. Serta cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Kemarin, entah kenapa dia selalu bertemu dengan Ray. Di koridor, kantin bahkan parkiran. Mereka juga bertemu di perpustakaan ketika Bunga hendak meminjam kamus bahasa Indonesia. Sedang apa Ray di perpustakaan?

Dan juga Bunga menghindar cepat dari Ray ketika mereka bertemu di ruang lab. Sedang apa anak IIS seperti dia di lab? Sebenarnya Ray hanya berdiri di depan lab bersama seorang guru. Nah, saat pulang sekolah kemarin, tak memungkinkan Bunga untuk menghindar karena dia di tengah-tengah lautan manusia. Begitu juga dengan Ray.

Mereka berjalan berlawanan arah. Maka dari itu, Bunga menundukkan kepalanya dalam-dalam ketika melewati Ray. Sungguh tersiksa menghindar begitu terus.

Bunga memasuki kantor yang lumayan sepi karena para guru pasti mengajar di kelas-kelas. Tapi pandangannya langsung menjadi horor saat melihat Ray yang berdiri di dekat lemari. Bunga menelan ludah dan menundukkan kepala. Aduh, kalau begini dia tak bisa menghindar.

"Ah, Bunga, kemari. Kau bawakan buku teman-teman kau?" tanya Pak Risky dengan logat Medan-nya yang sangat khas di telinga.

Bunga mengangguk dan berjalan cepat menuju meja Pak Risky yang terletak di sudut ruangan. "Ini, Pak," ucap Bunga meletakkan buku-buku di meja.

"Wah, terima kasih banyak. Eh, tunggu. Siapa yang suruh kau keluar? Tunggu sebentar," tahan Pak Risky ketika Bunga hendak pergi.

Bunga menurut. Dia harus pergi secepatnya dari kantor. Pak Risky seperti mencari sesuatu. Di lacinya, rak buku, dan tasnya.

"Bapak cari apa?" tanya Bunga.

"Mencari kertas ulangan kalian. Sudah aku koreksi kemarin," jawab Pak Risky tersenyum ketika menemukan kertas-kertas yang dimaksudnya di balik tumpukan buku paket. Diserahkannya pada Bunga.

"Terima kasih, Pak," ucap Bunga hendak pergi lagi.

"Eh, tunggu dulu. Kenapa kau buru-buru sekali? Setelah ini kelas kau belajar dengan siapa?" tanya Pak Risky mengerutkan keningnya.

"Sama Bu Meli," jawab Bunga melirik Ray yang masih berdiri di dekat lemari besar. Apa dia sedang dihukum?

"Ah, Bu Meli? Beliau tak masuk. Tunggu dulu. Kelas kau ini banyak sekali yang tak tuntas. Harus remedial. Nah, tolong catat soal-soal yang akan saya berikan pada kalian yang tak tuntas," kata Pak Risky seraya duduk di kursinya.

Bunga menghela napas. "Berapa soal, Pak?"

"Sepuluh saja."

Eh. Itu banyak. Bunga mau tak mau menurut. Dia meraih pena dan bersiap-siap menulis di kertas ulangannya yang tertera nilai tak tuntas.

"Soal pertama. Tunggu. Aku cari dulu soalnya," kata Pak Risky membuka buku pelajaran fisika kelas XI.

Bunga memutar bolamatanya. Kalau begini, pasti dia akan lama disini. Bunga bingung harus bagaimana.

"Nah, Ray, masih belum kapok?" Terdengar suara Bu Mina.

Bunga mencuri dengar.

"Kenapa kamu kabur kemarin?" tanya Bu Mina.

Ray terdiam.

"Kemana kamu kemarin?"

"Rumah. Saya tidak enak badan."

Bu Mina mengomel panjang lebar dan menyuruh Ray untuk tetap berdiri di kantor hingga bel istirahat berdering. Dan Bunga sedang mencatat soal keempat. Astaga. Kenapa soal-soal ini tidak meminum pil KB? Bercabang-cabang.

Sepuluh menit kemudian, akhirnya selesai. Bunga segera pamit dan keluar dari kantor. Dia bisa merasakan tatapan Ray menatap punggungnya. Setelah di luar kantor, Bunga menghela napas lega. Benar-benar seperti baru keluar dari penjara yang dingin.

*

Love in Mist - Confused

Blossom EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang