semuanya nampak baik baik saja, sampai pemuda asing yang memeluk kalana semalam keluar dari kamarnya, membuat rasa nyaman yang sebelumnya kalana rasakan lenyap berganti dengan kecanggungan yang luar biasa mencekik dirinya.
"aku akan panggil dokter untuk mengganti perbanmu," nada tenang yang dilontarkan membuat kalana mendongak, pun sebelah tangannya refleks bergerak menuju keningnya, dimana perban yang pemuda itu maksudkan berada.
"tidak perlu, saya bisa melakukannya sendiri tuan." tolak kalana halus.
"tidak bisakah kau menuruti perintahku?"
"maaf, saya hanya tidak ingin merepotkan anda. dan juga saya akan pulang hari ini." ucap kalana, dirinya masih berusaha tenang menanggapi pemuda asing didepannya. sekalipun sosok itu seolah senang memancing kesabarannya sejak semalam.
"ini rumahmu." ucapan singkat itu berhasil menciptkan decak sebal dari belah bibir kalana.
sungguh, rasanya kalana lebih ikhlas menghadapi kegilaan david saat melakukan otopsi dibandingkan pemuda asing didepannya ini.
apalagi saat mata serupa serigala itu selalu menatapnya tajam, sangat berbanding terbalik dengan wajah yang seperti di setting untuk tetap tenang.
"sepertinya yang butuh dokter disini bukan saya, melainkan anda tuan. pertama, ini bukan rumah saya, dan kedua berhenti memanggil saya kim doyoung karna itu bukan nama saya." emosi kalana membumbung tinggi saat mengucapkannya, pun jari telunjuknya ikut berperan menunjuk pemuda asing yang nampak tenang berdiri dihadapannya.
"apa ingatanmu juga ikut hanyut bersama ombak pantai, kim?"
"ahh kau ingin matikan?" tanya pemuda asing itu berhasil membuat kalana bergidik takut, apalagi saat tangan besar itu kembali mencengkram pergelangan tangannya dan membawa serta dirinya menuju area yang kalana yakini sebagai dapur.
"kalau begitu lakukan."
mata doenya membulat sempurna, begitu pemuda asing itu menyerahkan sebuah pisau buah kehadapannya. pun mata tajam yang bisa kalana lihat telah diselimuti amarah.
kalana tidak bisa gegabah, menurutnya satu saja langkah yang ia ambil salah maka berakhir sudah hidupnya. dan kalana tidak akan ikhlas, jika pengorbanannya selama ini untuk naik pangkat harus berakhir tragis ditangan pemuda asing dihadapannya.
"kita bisa bicarakan ini baik baik oke? jangan biarkan emosi menguasaimu, kita bisa cari jalan tengah atas kesalahpahaman kita kan? tolong letakan kembali pisau itu, bisakan?"
"park jeongwoo, kau mendengarkukan? tolong letakan kembali pisaunya eum?"
kalana masih mencoba, kali ini memanggil nama yang sempat dilihatnya melalui surat undangan yang terukir satu nama yang kalana harap itu memang nama pemuda asing didepannya.
dan begitu pisau buah yang jeongwoo pegang kembali pada tempatnya, kalana dengan cepat membawa kembali tubuh tinggi semampai itu keruang tamu.
berusaha menghindari kejadian yang tidak kalana inginkan kembali terulang.
⚔
rasanya semua yang jeongwoo jelaskan terdengar mustahil ditelinga kalana, dari bagaimana jeongwoo yang meyakinkan dirinya bahwa luka pada keningnya akibat ulahnya sendiri yang menyeburkan diri ke pantai, bukan karna sebuah tabrakan yang kalana yakini sejak ia sadar dari pingsannya.
pun satu berkas berisi data dirinya membuat kalana kembali dibuat bingung bukan kepalang, terlebih salah satu kertas yang kalana ambil menampilkan wajahnya dengan nama kim doyoung serta identitas lainnya terukir rapih disana.
seolah nama kalana memang tidak pernah ada dimuka bumi ini, dan hanya kim doyoung seperti apa yang jeongwoo katakan.
dan ada satu hal lagi yang membuat kalana berhasil diserang migran dadakan, dari bagaimana park jeongwoo mengatakan bahwa mereka adalah pasangan suami suami -istri- dan telah menjalani pernikahan selama lima tahun semakin membuat kalana ingin pingsan ditempat saat itu juga.
"tunggu," seru kalana sedikit tergagap, membuat jeongwoo yang ingin bangkit kembali mendudukan dirinya disofa.
"aku perlu ke kamar mandi." ucap kalana cepat, lantas bangkit dan berlalu menuju satu satunya kamar mandi yang kalana tau.
ㅡ
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right here in my arms
Fanfiction[ ON HOLD ] gelar bangsawan yang doyoung miliki nyatanya memiliki arti sebagai pedang bermata dua yang siap menghunusnya kapan saja jika ia lengah.