kaca besar yang tersedia di kamar mandi menjadi tujuan kalana, bahkan matanya sibuk menilik tiap sisi dari tubuhnya guna memastikan bahwa dirinyalah yang waras disini.
naas, wajah itu memang serupa dengan dirinya tapi bukan seperti apa yang kalana ingat terakhir kali. dan akan terasa mustahil jika tubuh berisinya langsung berubah menjadi kurus seperti orang yang terkena gizi buruk dalam waktu semalam.
pun bekas luka yang kalana dapatkan diperut sexynya menghilang, berganti dengan kulit putih pucat yang membalut organ dalamnya.
pajama satin yang melekat ditubuhnya telah kalana tanggalkan, disusul dengan air mata yang tanpa diminta luruh menciptakan genangan diwajah tirusnya.
"menyedihkan," desisnya, begitu kedua tangan kurusnya bergerak menyapu air mata yang mengalir di kedua pipinya.
"kau benar benar menyedihkan kim doyoung." maki kalana pada tubuh yang kalana yakini sebagai pemilik nama kim doyoung yang sesungguhnya.
disela kedua tangannya yang sibuk memakai kembali pajama satinnya, isi kepala kalana ia coba untuk merangkai semua kejadian yang ia tau.
baik dari saat ia pengejar salah satu pelaku kejahatan yang menjadi buronannya selama dua tahun, sampai dirinya berakhir didalam kamar hunian mewah dengan seseorang yang mengaku sebagai suaminya.
"sampai hitungan ketiga kau tidak membuka pintunya, aku akan dobrak." seruan dari luar kamar mandi membuat kalana dengan cepat membasuh wajahnya dengan air yang mengalir, pun sedikit berlari untuk membuka pintu kamar mandi yang memang sengaja ia kunci.
"aku tidak akan bunuh diri, jika itu yang kau takutkan park jeongwoo." ketus kalana.
nada ketus yang kalana lontarnya, membuat jeongwoo memandang tak suka pada sang istri yang kini tengah membaringkan tubuhnya.
mengingat selama keduanya menikah, tidak sekalipun doyoung berani menyauti ucapannya, bahkan berada disatu ruangan yang sama dalam waktu yang singkatpun akan terasa mustahil karna doyoung yang selalu berusaha menghindari keberadaan jeongwoo.
"apa lupa ingatan juga membuatmu lupa akan sikapmu selama ini kim doyoung?" tak ingin terjebak dalam bingungnya, jeongwoo memilih melontarkan tanya yang sebenarnya sejak semalam ingin sekali jeongwoo tanyakan.
dengusan pelan dari kalana membuat jeongwoo kembali terperangah, mata bak serigalanya masih setia menunggu jawab dari sang empu.
"apa yang salah dari sikapku selama ini, tuan park jeongwoo yang terhormat."
tidak ada getaran ketakutan dari bagaimana doyoung mengucapkan kalimatnya, justru jeongwoo bisa merasakan rasa percaya diri dari tiap kata yang istrinya lontarkan itu, dan semakin menambah banyak tanda tanya dikepalanya.
"apakah ini adalah taktik barumu untuk melawanku?"
pertanyaan yang jeongwoo lontarkan membuat kalana bangkit dari tidurnya, lantas bergerak mendekati sosok jeongwoo yang masih setia berdiri dan menjadikan kusen pintu kamar mandi sebagai sandaran, "anggap saja begitu,"
"suamiku." ucapan bernada menggoda kalana alunkan tepat ditelinga pemuda didepannya, pun kedua tangannya yang ikut serta bermain diatas bahu lebar park jeongwoo yang kini membulatkan matanya, mungkin terkejut atas aksi sang istri yang cenderung tidak biasa.
"jaga sikapmu, kim."
"tentu." ucapnya tegas, lengkap dengan senyum menawan diwajahnya.
ㅡ
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right here in my arms
Fanfiction[ ON HOLD ] gelar bangsawan yang doyoung miliki nyatanya memiliki arti sebagai pedang bermata dua yang siap menghunusnya kapan saja jika ia lengah.