Hi semuanya, cerita ini hanya cerita imajinasi author, ambil yang baik dari cerita ini dan buang yang buruknya.
Dahulukan untuk membaca Alquran dulu dan kewajiban ibadahnya ya. Karena itu jauh lebih penting.
- hfyuenlin_
•••🌺•••
"Shei, kamu gapapa'kan? Lutut kamu berdarah!" bukannya menangis aku malah mengamati ekspresi Papa yang terlihat sangat khawatir. Jujur ini memang tidak sakit, 'yah aku memang anak yang kuat dari dulu'
"Shanum, cepat ambilkan kotak p3k untuk adikmu. Kalau kamu gak tau di mana letaknya, tanyakan sama mamamu," kata Papa, ekspresi khawatirnya masih belum hilang. Ah aku lupa memberitahu sesuatu, ekspresi Shanum juga sama tapi dia malah lebih terlihat panik.
"Papa khawatir?" pertanyaan itu sengaja aku lontarkan, untuk melihat apa jawaban Papa saat aku masih kecil dulu.
Ini ingatan saat aku berusia lima tahun, tapi dimimpi ini lumayan berbeda dari kejadian yang sesungguhnya. Mimpi ini yang membuatku terbangun dari tidur. Badanku sakit, punggungku rasanya membungkuk, leherku juga ... Sakit ketika menoleh. Mungkin ini sebab aku tidak tidur di kasurku tadi malam. Yah, sekarang ilerku ini menempel dibuku yang akan kubawa hari ini.
Seharusnya diriku beranjak untuk pergi bersiap-siap ke sekolah. Tapi aku malah melamun memikirkan mimpi yang tadi.
'Kenapa ya? kita selalu terbangun dari mimpi saat kita menunggu hal yang ditunggu saat mimpi itu berlangsung'.
'Kira-kira jawaban Papa apa ya?'
Mataku tak sengaja bergerak ke arah jarum jam dan membelalak.
"Yaampun ... 6.15," kataku terkejut, kali ini aku harus bergerak dengan cepat.
Setelah selesai, aku langsung menuruni anak tangga dan pergi ke meja makan untuk sarapan. Aku menghela nafas kasar, memberi tahu keadaan rumahku saat ini, sepi. Dengan malas kakiku melangkah, kadang aku berpikir untuk apa rumah besar-besar jika penghuninya tak sering berada di rumah?
"Misi-misi kak. Aku terlambat juga hari ini, jadi temenin aku sarapan ya?" ini permohonan atau pemaksaan ya? tanganku tiba-tiba ditarik oleh makhluk satu ini. Untungnya aku awas, kalau tidak? bisa-bisa aku terjatuh dari tangga nantinya.
Makhluk satu dihadapanku ini makan dengan lahap dan tergesa-gesa. Aku hanya minum segelas susu, kemudian berdiri meninggalkan dirinya yang masih sibuk dengan makanan dimulutnya.
"Duluan"
"Lwohb bwka gwok ghwitu sikh ..." mulutnya penuh.
Dia pasti protes, aku mana peduli tentang itu, lagi pula arah sekolah kita berbeda. Ah, bukan hanya arah sekolah, tunggangan kita juga berbeda. Dia dengan supir pribadinya sedangkan aku ... Naik sepeda.
Arghh
'Papa itu kenapa sihh?? Kalau mau pilih kasih kenapa terang-terangan??'
'Salahku juga apa lagi?'
'Dia yang selalu bersikap kaku, dingin, suka ngebanding-bandingin, dan terkadang main tangan!'
'Kalau dia gak mau punya anak kayak aku! Kenapa aku dilahirkan??'
Setengah marah, aku membantingkan sepeda yang aku pegang. Menarik nafas untuk menenangkan diri, sebelum pergi ke sekolah.
Jujur, walau aku hanya di rumah saja, tapi aku jarang bertemu dengan Papa. Kami kadang bertemu jika Papa akan membicarakan sesuatu yang menyangkut keluarganya atau sesuatu yang penting. Seperti ketika beberapa waktu yang lalu, sebelum aku memutuskan ah tidak, maksudku disuruh bersekolah di sekolah yang sama dengan Shanum, kembaranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calyx
Teen FictionKelopak bunga memiliki fungsi untuk melindungi. Namun, tidak semua bunga memiliki kelopak bunga. Ruellia merasa namanya bukan hanya sekedar nama sebab dirinya merasa mirip dengan bunga. "Jika kelopak bunga memiliki fungsi untuk melindungi mahkota y...