Hi semuanya, cerita ini hanya cerita imajinasi author, ambil yang baik dari cerita ini dan buang yang buruknya.
Dahulukan untuk membaca Alquran dulu dan kewajiban ibadahnya ya. Karena itu jauh lebih penting.
- hfyuenlin_
•••🌺•••
Aku tepat berdiri di depan pintu kelasku, 10 IPA 4. Dari tadi diriku terus menyemangati diri sendiri. Lagi pula hasil ini adalah karena diriku juga kan? Tapi aku tidak menyesal, anggap saja ini untuk menikmati prosesnya dari bawah untuk sampai ke puncak. Ya perlahan tapi pasti, aku yakin itu. Lagipula akan banyak pengalaman yang bakal kulalui jika kita memulainya dari garis awal, bukan?Pengalamanku mungkin akan lebih banyak daripada Shanum, yang harus kulakukan adalah berjalan maju, sedangkan Shanum adalah mempertahankan kekonsistenan dalam keseimbangan. Itu sulit, salah sedikit akan jatuh.
Kugeser pintu kelasku. Oh iya, pintu kelas di sekolah ini digeser, bukan didorong atau ditarik. Kalau tanya kenapa? Coba tanyakan saja pada yang punya sekolah, aku malas nanya ya.
Mataku mencari tempat duduk yang kosong, tapi hampir semuanya penuh. Padahal incaranku di belakang dekat jendela, sayangnya sudah terisi. Tinggal sisa di baris kedua nomor dua dari belakang. Mau tidak mau aku harus duduk di sana. Lebih baik daripada di lantai sih, nanti seperti gelandangan, itu bukan aku banget!
Sebelum ingin duduk, badanku ditahan oleh seorang wanita yang wajahnya terlihat sok tahu. 'Apa-apaan sih dia?' Mataku tertuju ke arah nametag, ya, mataku jarang melewatkan nama seseorang. Berlice Sabella—itu namanya.
Sorot matanya seperti mengintimidasiku, seram. Kerah bajuku ditarik olehnya, sebenarnya kenapa aku sering sekali disalahkan oleh orang lain tanpa alasan yang jelas sih?
Padahal aku tinggi, tapi dia lebih tinggi sedikit daripada diriku, kakiku jadinya sedikit berjinjit. Ini membuatku tidak nyaman untuk bernafas.
“Kalau lu mau duduk di sini, sebutin dulu apa kerjaan orangtua lu, kalau kerjaan orangtua lu cuma pedangan asongan ...,” dia berbisik di telingku, ah tidak, berbisik suaranya kecil, ini tidak!
“... Jauh-jauh deh, gue gak mau duduk sama gembel,” mulutnya gak pernah digampar kali ya? Dasar!! Belum saja digampar Papaku setiap salah berucap, bisa-bisa bibirnya tidak berbentuk lagi kali
Sejak tadi aku berkeliling, aku melihat kakak kelas bersikap ramah dan baik, saling menyapa guru dan satu sama lain, nggak banyak memang, tapi kebanyakan seperti itu. Apa anak kelas 10 belum menjalani rukiyah ya? Dia sepertinya memang butuh dirukiyah.
Aku memberontak, “lepas!!” aku tidak menyuruhnya, aku mandiri, itu hanya untuk gertakan saja sebetulnya.
Aku membetulkan bajuku yang berantakan karenanya, ah padahal image ku sebelumnya seperti murid teladan, dia mengacaukan semuanya. Dasar Sabella bikin sebel!!
Tanganku merogoh ke saku, ke mana-mana pastinya aku selalu membawa privillege ini—kartu nama Papa, aku menunjukkannya tepat di depan mukanya, “nih” dia mengernyitkan dahi, tidak kebaca kali ya?
Setelah melihatnya, dia terlihat sedikit kesal dan malu. Oh rupanya jabatan Papa lebih tinggi daripada orangtuanya.
Aku berdecak, saatnya giliranku, “gue juga gak mau duduk di sini kok, kalau lu bisa mindahin atau nuker tempat duduk gue sama yang lain, gue dengan senang hati nerima kebaikan dan maafin kelakuan lo,” dia tidak bergeming, mungkin sedang berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calyx
Novela JuvenilKelopak bunga memiliki fungsi untuk melindungi. Namun, tidak semua bunga memiliki kelopak bunga. Ruellia merasa namanya bukan hanya sekedar nama sebab dirinya merasa mirip dengan bunga. "Jika kelopak bunga memiliki fungsi untuk melindungi mahkota y...