Liburan Musim Panas

1.3K 27 0
                                    

⚠️PERINGATAN
CERITA INI HANYA BERISI FANTASY SEX AUTHOR

Seperti yang telah direncanakan beberapa bulan yang lalu, seharunya saat ini mereka akan pergi untuk menghabiskan liburan musim panas bersama. Hanya saja, rencana hanya menjadi wacana.

Kiano mendesah kesal setelah membaca pesan di grup obrolan itu, seorang temannya mengatakan bahwa dia terpaksa membatalkan rencana mereka untuk berlibur di tahun ini.

Lily : aku menyesal karena aku harus membatalkan ini, tapi aku harus pergi ke Amerika karena ayah ku akan melakukan operasi pasca kecelakaan itu.

Ya, tidak mungkin untuk menghentikan Lily saat ini, mengingat bahwa keluarga adalah yang utama dan gadis itu tidak mungkin pergi disaat salah satu keluarganya sedang sakit.

Beberapa saat kemudian, dua rekannya yang lain kembali menanggapi pesan yang di kirim oleh Lily.

David : Jika Lily tidak ikut, maka aku juga tidak. Aku tidak mungkin pergi tanpa dia.

Henry : Membosankan. Baiklah ayo kita batalkan rencananya.

Kiano menghela nafas lagi kemudian meletakan ponselnya, dia tidak boleh egois meskipun dia sangat kesal dengan rencana yang hancur ketika mereka akan pergi esok hari.

"Tapi aku benar-benar ingin pergi ke Pulau itu, aku sudah membayangkan ini sejak tahun lalu."

Kiano menatap foto-foto pengunjung lain yang pernah berkunjung ke pulau terpencil yang berada di negara mereka.

Ia sudah membulatkan tekadnya untuk pergi kesana apapun yang terjadi, tapi apakah dia benar-benar akan pergi sendiri?

"Ahhh! Menyebalkan sekali. Sepertinya aku tidak akan pergi ke pulau Huahua tahun ini." 

Kiano keluar dari kamarnya dan dia menemukan ibunya yang sedang memasak, wanita itu terlihat muram seperti biasa, tidak pernah ada senyuman atau bahkan suara yang lembut sejak beberapa tahun yang lalu.

Meskipun ada banyak hal yang terjadi beberapa tahun terakhir, wanita itu telah bertahan dan tetap bertanggung jawab atas putra nya meskipun harus menghadapi kenyataan yang pahit.

Tapi tetap saja semenjak dia bercerai kondisi rumah tangga menjadi semakin buruk.

"Mommy.."

Wanita yang tengah memotong wortel itu menghentikan gerakannya untuk menatap putranya.

"Ada apa, apakah kamu perlu sesuatu?"  Vivian bertanya, tatapan matanya menyiratkan seolah dia enggan untuk berbicara kepada orang lain.

"Apa yang anda masak hari ini?" Kiano bertanya untuk sekedar basa-basi, dia berharap mungkin ini bisa mengurangi sedikit beban pikiran yang di alami oleh ibunya.

"Jika tidak ada yang ingin kamu katakan, maka pergilah."

"....."

Kiano terdiam ketika mendengar apa yang ibunya katakan, suara itu sangat dingin seolah menusuk hatinya dengan dalam.

Meskipun beberapa tahun berlalu, Kiano belum terbiasa dengan perubahan sikap wanita ini. Dulunya Vivian adalah wanita yang lemah lembut, penyayang dan agak pemalu, begitu kontras dengan dirinya saat ini.

Vivian begitu dingin, dia nyaris tidak pernah tersenyum atau basa-basi kepada putranya sendiri.

"Mommy, aku tau bahwa apa yang telah terjadi begitu berdampak pada hidup kita, tapi sampai kapan kita akan terpuruk dalam keadaan yang sama?".

Kiano mencoba untuk menarik Vivian dari beban yang membuatnya terbelenggu.

"Jangan membahas sesuatu yang bukan urusan mu, kamu masih terlalu muda, kamu tidak akan paham dengan apa yang terjadi."

"Bukan seperti itu, mom!" Kiano membantah dengan suara tegas nya, dia harus melakukan sesuatu untuk bangkit dari keterpurukan keluarganya. "Sampai kapan kamu akan bersedih atas perlakukan Daddy yang menyakiti mu? Itu hanya akan membuktikan bahwa kita benar-benar lemah tanpanya!"

"Kiano!"

Mata Vivian berapi-api saat mendengar apa yang di katakan oleh Kiano. Rasa sakit, kecewa, trauma dan juga rasa malu tidak dapat di hadapi dengan benar. Ketika seseorang yang sudah ia percayai selama ini pada akhirnya berkhianat, itu benar-benar menimbulkan luka besar dalam hatinya.

Vivian masih begitu mencintai mantan suaminya, dan Kiano juga menyadari itu.

Meskipun terluka, Vivian tetap berharap bahwa kondisi bisa berubah dan dia bisa mendapatkan suaminya kembali, dia ingin membuat pria itu menyesal dan sadar bahwa wanita yang bersamanya saat ini tidak lebih baik dari pada dirinya.

"Pergi ke kamar mu."  Vivian meletakan wortel yang belum selesai ia potong di dalam kulkas, wajahnya terlihat sedih dan kesal.

"Tidak mom, kita harus memperbaiki semua ini. Daddy telah pergi bersama wanita lain, dan yang bisa kita lakukan hanyalah merelakannya dan memulai hidup baru kita."

Kiano menggenggam tangan wanita itu, tatapannya sangat sedih dan dia tidak tega melihat betapa ibunya sangat terpuruk.

Terbesit dendam yang berapi-api dari dalam hati Kiano, semua ini adalah karena keegoisan ayahnya yang ingin bahagia sendiri dan melupakan keluarganya yang telah memberikan dukungan kepadanya selama ini.

Jika saja dia memiliki kesempatan, dia benar-benar ingin menunjukan kepada dunia, bahwa mereka akan tetap hidup tanpa bantuan pria yang ia panggil ayah.

"Mommy... Jika anda hanya fokus pada rasa sakit, lalu bagaimana dengan aku? Aku membutuhkan kasih sayang dan perhatian mu, aku sedih setiap kali melihat mu terpuruk."

Vivian tidak merasakan apapun lagi dan dia hanya semakin kesal mendengar pendapat dari putra nya.

"Bagaimana seseorang bisa membahagiakan orang lain disaat dia pun sedang terluka? Jangan mencoba menjadi egois seperti ayah mu, Kiano. Mommy sangat lelah dengan semua ini, kalian semua egois dan hanya mementingkan kebahagiaan kalian sendiri."

Hati Kiano tenggelam setelah mendengarkan apa yang Vivian katakan.

"Mommy juga berhak untuk bahagia, bukan hanya kalian!"

Jadi inilah yang wanita itu rasakan saat ini? Dia hanya menganggap bahwa anaknya egois karena mementingkan kebahagiaannya sendiri.

"Jika kamu tidak ingin hidup bersama ku dan enggan menderita bersama ibu mu ini, maka pergi dan temui saja ayah mu itu! Biarkan aku mati di tempat ini!"

Kiano tidak bisa mengatakan apapun, seluruh tubuhnya menjadi dingin dan gemetar saat dia juga menahan gejolak amarah, sedih dan frustasi mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya.

Apakah dia salah karena menginginkan kasih sayang? Bukankah dia adalah seorang anak dan sudah menjadi hak nya untuk mendapatkan cinta dari orang tuanya.

Tapi ketika dia mendengar hal ini dari ibunya, Kiano pun menyadari sesuatu.

"Baiklah..aku tidak akan bahagia selama orang tua ku menderita. Aku tidak memiliki hak itu lagi."

Setelah mengatakan itu, Kiano pergi dari dapur dan masuk kedalam kamarnya, sementara Vivian hanya diam dan memandang putranya dengan tatapan yang dalam dan tajam.

"Dasar egois."

Vivian begitu marah hingga dia menangis, dia duduk di dapur sambil terisak.

Dia adalah seseorang yang paling menderita atas perceraian ini, dia harus bertahan tanpa suami dan harus menghidupi putranya.

"Suami ku begitu egois, yang mementingkan kebahagiaan nya sendiri setelah menemukan wanita lain yang lebih dari ku, dan anak ku.. bagaimana aku bisa melahirkan anak yang tidak ingin menyadari betapa ibunya sedang terluka?"

Kiano duduk di dalam kamarnya dengan pikiran kacau, dia mendesah kesal dan berbaring di atas ranjang.

"Semua ini akan menguat ku gila!"

Saat dia menutup matanya sejenak untuk menenangkan pikirannya, dia kembali teringat akan sesuatu.

"Pulau Huahua?"

Go Wild In The Middle Of The ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang