Pulau Huahua

689 14 0
                                    

Suasana hatinya tengah hancur, dia sedang tidak ingin menghadapi masalah apapun terutama yang menyangkut keluarganya.

Setelah perdebatan singkat dengan ibunya, Kiano sudah membulatkan tekad untuk pergi ke suatu tempat yang bisa membuat nya lebih tenang.

Tidak ada salahnya untuk pergi dan menenangkan pikiran, dia benar-benar tidak ingin menjadi gila di usia muda.

"Kiano, kemana kau akan pergi?" 

Wanita itu masuk kedalam kamar Kiano dengan membawa segelas susu hangat dan juga makanan.

"Pulau Huahua," jawabnya dengan singkat.

"Aku tidak pernah mendengar tempat itu sebelumya." Wanita itu mengernyit heran, terbesit rasa curiga di hatinya mengenai rencana Kiano. "Aku sudah mengatakan kepadamu bahwa aku tidak memiliki uang untuk -"

"Mom, aku tau kau sedang kesal, tapi aku hanya ingin menenangkan pikiran ku. Aku berjanji, aku hanya akan pergi untuk dua atau tiga hari saja!"

Kiano tidak repot-repot untuk menunggu tanggapan dari ibunya, setelah itu dia menarik kopernya dan keluar dari kamar.

"Kiano?"

Kiano mendengar ibunya memanggil dari belakang namun dia mengabaikan hal itu.

"Kiano, dengarkan aku! Kembali kau, aku belum selesai bicara."

Semua yang dikatakan oleh ibunya hanya angin lalu, dia terlalu lelah dan tertekan untuk mendengarkannya.

Untuk saat ini dia hanya ingin pergi ke suatu tempat dimana hanya ada dirinya sendiri, tempat yang sunyi dan tenang yang akan membuat dia melupakan masalahnya untuk sejenak.

Namun hari masih gelap dan dia tidak mungkin untuk pergi ke pulau Huahua di jam sembilan malam, dia memutuskan untuk mencari tempat menginap selama satu hari kemudian melanjutkan perjalanan besok.

Perlu sedikit usaha untuk menemukan tempat penginapan yang murah di kota ini, jika dia menyia-nyiakan uangnya hanya untuk tidur, maka dia tidak akan memiliki kesempatan untuk bersenang-senang di tempat tujuannya.

Kemudian dia memilih sebuah penginapan sederhana, bangunannya hanya lantai tiga dengan cat yang agak memudar serta fasilitas yang mungkin saja tidak sebaik penginapan mewah.

Dia masuk kedalam sana dan menyelesaikan beberapa hal sebelum akhirnya dia mendapatkan sebuah kamar.

Kiano tertegun menatap kamar itu, dia hanya merasa kamar itu bahkan tidak lebih mirip kamarnya di rumah, dengan pendingin udara yang tidak begitu berfungsi serta perabotan yang sederhana.

Setelah ia masuk di dalam ruangan itu, kiano hanya melihat sebuah meja dan kursi, satu ranjang dengan ukuran yang tidak begitu besar, jendela kayu dengan cat yang pudar serta kamar mandi yang tidak terpisah dengan WC.

"Baiklah, tidak buruk. Aku hanya tinggal disini untuk satu malam. Aku akan tidur dengan baik, aku yakin."

Kiano meletakan kopernya di sebelah ranjang dan berbaring disana, dia memejamkan matanya sejenak sambil membayangkan apa saja yang akan ia lakukan disana.

Mungkin dia akan mandi di pantai, berjemur, menikmati segarnya air kelapa muda dengan makanan khas pulau tersebut.

Tapi belum beberapa menit berlalu, tidur Kiano terusik saat mendengar percakapan dari kamar yang ada di sebelah kamarnya. Dia mengernyit, "kamar ini tidak kedap suara, ya?"

Suara itu terdengar semakin jelas meskipun percakapannya samar, dia tau bahwa ada lebih dari satu orang di kamar itu.

"Ayo cinta ku, lepaskan pakaian mu. Aku ingin melihat kedua payudara mu yang indah itu."

Go Wild In The Middle Of The ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang