pelabuhan kedua

446 9 1
                                    

"senang bertemu dengan mu, Julio." Kiano tersenyum kemudian menepuk bahu pria di hadapannya, meskipun mereka baru pertama kali bertemu dan mereka memiliki perbedaan usia yang jauh, itu seolah tidak menjadi penghalang untuk mereka.

Mereka berbincang seperti teman lama yang baru saja berjumpa, baik Julio ataupun Kiano terlihat akrab.

Secara tidak langsung, keakraban mereka membuat Julio merasa lebih tenang dan santai, dia tidak kesepian atau bosan seperti sebelumnya. Sekarang dia memiliki seseorang untuk diajak bicara.

Perjalanan ini terasa lebih menyenangkan, bahkan tak terasa sudah empat jam berlalu sejak mereka berangkat dari pelabuhan.

Kiano terlihat sangat lelah dan mengantuk, terlebih kondisi tubuhnya yang terluka membuat dia terlihat semakin lemah.

"Kiano.." Julio memiringkan wajahnya untuk menatap Kiano yang sedang menutup mata, dia terlihat tidak nyaman tidur dengan posisi duduk. Menyadari hal itu, Julio meletakan tas yang ia peluk sebelumnya di atas lantai kapal itu.

"Tidur disini, Kiano.." Julio tersenyum sambil menepuk tas nya, mungkin dia berharap dengan dia melakukan itu, tas nya akan menjadi empuk dan nyaman untuk Kiano. "tidur disini." Julio mengulangi kalimatnya lagi.

Kiano menatap ke arah Julio dengan tatapan bingung, kemudian dia menggeleng dan tersenyum. "Tidak perlu, aku baik-baik saja seperti ini."

"Jangan khawatir, tidak ada barang berharga di tas ku. Tidurlah disini, perjalanan masih sangat jauh." Senyuman di bibir Julio sangat tulus, meskipun dia memiliki tubuh kekar, Kiano tidak menyangka jika Julio bisa selembut ini.

"Apa kau yakin, kau tidak akan keberatan?"

"Tentu."

"Terima kasih."

Setelah mendapat persetujuan Julio tanpa menunggu lama lagi, Kiano meletakan kepalanya di atas tas hitam itu. Rasanya lebih nyaman dari pada harus duduk di kapal dan mencoba untuk tidur dengan posisi seperti itu.

Ada rasa gembira di hati Julio saat Kiano menerima bantuannya, pemuda itu terlihat penuh nyaman sekarang, dia mulai menutup matanya kemudian tertidur dengan nyaman disana.

Selama Kiano tidur, Julio tidak berhenti memandang wajah pemuda itu, dia memiliki rahang yang indah dan pipi agak tirus, hidungnya mancung dan bulu matanya sangat lebat walaupun tidak lentik.

Kiano memiliki jidat yang agak lebar namun poni itu berhasil menutupinya, tapi ketika dia tidur, rambut kiano tertiup dan terlihatlah jidat lapangnya. Julio terkikik melihat itu, pemuda itu sangat manis dengan jidat nya yang agak lebar.

Selain itu, Kiano memiliki kulit yang putih, atau mungkin kulitnya lah yang terlalu gelap, hingga kiano nampak putih saat ada di dekatnya.

Untuk ukuran tubuh pemuda, Kiano memiliki proporsi yang bagus dengan tinggi sekitar seratus tujuh puluh senti meter, rambut yang tebal dan lurus serta otot lengan yang tidak begitu besar.

Tapi Julio berbeda. Kulitnya seperti terbakar sinar matahari, dia sangat coklat, tubuhnya sekitar seratusan delapan puluh delapan Senti meter dengan rambut yang agak bergelombang dan juga bahu yang lebar. Dia memiliki otot lengan yang besar dan bahu nya sangat keras, mungkin itu adalah hasil dari pekerjaannya yang begitu berat.

Namun, Julio mengakui bahwa Kiano adalah pemuda yang tampan. Dia yakin, pemuda seperti Kiano pastinya memiliki kekasih yang cantik, dengan tubuh mungil dan feminim.

Lagi-lagi dia merasa iri, selama hidupnya Julio belum pernah merasakan indahnya berkencan atau sekedar jatuh cinta kepada wanita.

Dia yakin, tidak akan ada wanita yang bersedia menerima dirinya, dia miskin dan tidak setampan pria yang berada di majalah atau papan iklan.

Dia hanya bisa mengagumi sosok yang tidur di hadapannya, melihat Kiano yang tidur sangat lelap seolah membangkitkan nalurinya untuk melindungi Kiano. Dia tidak ingin ada sesuatu yang mengusik pemuda itu dan membuat dia terbangun dari tidur lelapnya.

Julio rela duduk selama perjalanan atau kurang lebih empat jam demi menjaga agar Kiano tetap aman dan terlindungi.

Dua jam berlalu, akhirnya mereka tiba untuk berlabuh, mau tidak mau Julio harus membangunkan Kiano agar dia tidak terinjak oleh penumpang lain yang hendak keluar dari sana.

"Kiano, ayo bangun. Kita sudah sampai."

Kiano menggeliat dan membuka matanya, dia terlihat lebih lemas saat ini karena tubuhnya terluka, bahkan wajahnya sangat pucat dan memar di tubuhnya lebih terlihat jelas.

"Yaampun, apakah kau sakit?" Kiano menggeleng dan mencoba untuk berdiri, meskipun dia terhuyung beberapa kali.

"Aku baik-baik saja."

Kiano tersenyum tipis dan memberikan tas itu kepala Julio, saat dia hendak keluar dari kapal itu, kepalanya menjadi lebih pusing karena guncangan ombak.

"Oh tidak!" Dengan cepat Julio menangkap tubuh Kiano agar dia tidak terjatuh. Kemudian dia membantu pemuda itu untuk keluar dari kapal dan mencari tempat yang lebih tenang.

"Sepertinya kondisi mu semakin buruk, setelah kau bertengkar dengan mereka" julio berkata sambil memegang bahu Kiano agar dia tidak jatuh kembali.

"Kau benar, aku sangat pusing dan ingin tidur." Kata Kiano, dia memejamkan matanya dan bersandar di dada Julio yang lebar, melihat hal itu, Julio dengan cepat memeluk Kiano agar dia tidak terjatuh.

"Bersabarlah, setelah ini kita akan segera sampai."

Kiano terkekeh mendengar apa yang Julio katakan, pria itu tampak sangat khawatir dan penuh panik dari pada dirinya sendiri.

"Aku tau itu, tapi kau terlihat seolah aku akan mati."

Mendengar itu, wajah Julio menjadi lebih pucat dan alisnya lebih mengkerut, "jangan katakan itu. Anak muda harus tetap hidup, kau sangat tampan, jika kau hidup lebih lama maka kau akan-"

"Sudah. Sepertinya kau tidak bisa bercanda." Kiano menatap Julio dengan tatapan kesal, melihat hal itu Julio hanya terkekeh dan menggaruk tengkuknya seperti orang bodoh.

"Maafkan aku, terkadang aku lebih sering bicara."

"Ya, kau seolah baru pertama kali menemukan seseorang untuk diajak bicara."

"Hahaha.. tidak juga."

Julio tersenyum tipis melihat Kiano yang berada dalam pelukannya, setelah percakapan singkat itu, mereka berdua diam seperti sibuk dengan pikiran mereka sendiri. Kiano yang sibuk menggerutu di dalam hatinya sementara Julio yang sibuk memandang wajah Kiano.

Pemuda itu terasa sangat kurus saat Julio memeluknya, sangat kecil dan rapuh, membuat Julio bergidik ngeri ketika tubuh sekecil ini di pukul oleh beberapa pria bertubuh kekar sebelumnya.

Tidak heran mengapa Kiano menjadi lemas ketika mendapat pukulan itu, dia tidak mendapatkan lawan yang seimbang sebelumnya.

"Oh, kapal kita ada disana." Saat Kiano mengatakan itu, semua lamunan Julio terpecah dan dia menjadi agak tidak fokus

"Apa?" Tanyanya.

Kiano berdecak kesal, "kapal nya ada di sana. Ayo kita kedana."

"Oh, baiklah." Julio bergegas untuk menuju kapak itu, meskipun dia buru buru, dia tidak melupakan Kiano. Salah satu tangannya menggenggam tangan Kiano agar dia tidak hilang.

Julio mungkin tidak sadar dengan apa yang ia lakukan, tapi Kiano sadar. Dia menatap tangan Julio yang lebar dan kasar tengah menggenggam tangannya, genggaman itu sangat kuat dan tidak bisa di lepaskan dengan mudah.

Kiano tidak yakin dengan apa yang ia rasakan, tapi perasaan seperti dia sangat terlindungi, perasaan aman, hangat, dan nyaman ini hanya bisa ia rasakan beberapa tahun yang lalu ketika dia masih bersama dengan ayahnya.

Kiano seperti melihat bayangan seorang ayah di punggung Julio yang lebar.

Untuk itu, Kiano tidak bisa menahan perasaannya untuk tidak terasa bahagia, dia tersenyum tipis kemudian bergumam di dalam hatinya.

"Aku aman.."

Go Wild In The Middle Of The ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang