Antah berantah Manunggal
Deg! Byurr!
Sebuah ombak besar menghantam tubuh Adnan, dirinya tersadar sepersekian detik sebelum ombak tersebut menggulungnya—membuatnya terasa sesak. Ia melihat ke sekelilingnya, tapi semuanya karena ia berada di dalam air, kecuali satu cahaya di atas sana.
Adnan seolah tahu apa yang harus dilakukannya. Kemudian, ia menepuk tangannya dan menyatukan kedua telapak tangannya.
Tap! Wushhh! Seketika, tubuhnya meluncur ke tempat yang terdapat cahaya itu. Namun, tubuhnya terasa berat. Seperti ada tangan hitam yang menarik tubuhnya—menahannya untuk meluncur ke atas.
“Tubuhku ... terasa berat!” ucapnya dalam hati.
Kemudian, Adnan seolah tahu apa yang harus dilakukannya. Ia memejamkan matanya, menyebut nama Tuhannya dari dalam hati, lantas menurunkan tangannya, sehingga telapak tangannya menghadap ke bawah.
Wushhh! Tubuhnya meluncur deras ke arah atas. Tangan-tangan yang tadi menahannya, sekarang telah tertinggal. Napasnya hampir habis. Sedikit lagi!
“Hah! Hah!” Kepalanya mencuat dari dalam air. Lalu, Adnan melihat sekeliling. Langit yang berwarna kelam, serta ombak yang tiba-tiba tenang—tidak lagi bergulung-gulung seperti tadi. Sejauh mata memandang, hanya laut yang dapat dilihatnya. Tiada pulau, tiada kapal yang mendekat. Namun, pemuda berambut putih tersebut melihat sesuatu yang sangat ganjil, seperti sebuah anomali.
Awalnya, Adnan melihat sebuah awan rendah bergulung-gulung yang semakin lama semakin ke atas—menjauhi permukaan laut. “Astaga! Bagaimana bisa ada gerbang di tengah laut!” Wajahnya terperangah melihat sebuah gerbang besar yang menjulang setinggi ratusan meter. Gerbang tersebut berwarna hitam dengan garis simetris berwarna kuning bercahaya. Awan yang tadinya menutup permukaan laut telah naik ke atas—menutup bagian atas gerbang yang sangat besar tersebut—seolah gerbang aneh itu menjulang tinggi tanpa batas.
Glang! Greeet! Gerbang aneh itu terbuka, ada cahaya terang mencuat dari dalam gerbang. Adnan menyipitkan matanya sambil melihat dari sela-sela jari-jari tangannya yang ia angkat. Semakin lama, gerbang itu terbuka lebar, menyisakan seperempatnya saja.
Dari belakang, ombak besar serta awan badai mendatangi pemuda tersebut. Terlihat petir menyambar-nyambar dan tornado yang menjulur ke bawah. Apa lagi ini! Perasaan, ombak telah berhenti, mengapa datang lagi! Adnan berusaha berenang menjauhi badai yang mengejarnya. Ayolah! Ia berenang sekuat tenaga.
Deg!
Tubuhnya terseret ke arah gerbang aneh itu. Tubuhku ... bergerak sendiri!
Wush! Tubuhnya terus melintasi permukaan laut. Hingga akhirnya ia hampir tiba di gerbang tinggi dan besar tersebut. Terlihat megah sekali gerbang itu. “Ugh! Silau banget!” Tubuhnya telak memasuki gerbang aneh itu.
Matanya mengerjap-ngerjap. Wajahnya meringis setelah ia melihat cahaya yang sangat menyilaukan. “Aduh! Di mana aku?” Pemuda berambut putih tersebut menatap sekeliling yang hanya hamparan rumput luas serta berbukit-bukit.
Siapa! Adnan merasakan kehadiran seseorang. Ia mencari-cari—ke kanan dan ke kiri. Saat ia menoleh ke belakang, ada sesosok orang yang wajahnya menyilaukan, sosok tersebut memegang pundak Adnan. “Kau adalah anak yang ditakdirkan!” Suaranya menggelegar.
Tiba-tiba ....
Deg!
“Hwaaaah!” Adnan terbangun kaget, tubuhnya berkeringat deras.
“Huaaaaa!” Yuna yang sedang mengganti perban pada luka Adnan juga terkaget akibat hentakan dan teriakan pemuda tersebut. “Adnan! Kamu kenapa, sih!” Perempuan itu menabok perut Adnan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Negeri Manunggal Spin-off: Sang Pedang Perak
FantasíaPerjalanan untuk menemukan para pewaris pedang keramat Negeri Manunggal. Akan ada seorang pemuda cerdik yang pandai menyelinap di antara kerumunan orang. Ini adalah kisahnya; perjalanan panjang yang akan membawa dirinya pada kebijaksanaan, mara baha...