"Lang."
"Oy."
Akemi menghampiri Elang yang tengah menghabiskan waktu sorenya hari itu dengan merebahkan tubuhnya lurus-lurus di atas dipan rotan, yang terletak di area pekarangan belakang rumah, yang telah mereka diami hampir 2 tahun ini.
Seperti yang Elang gambarkan sebelumnya, bahwa pekarangan belakang itu sungguh lah luas.
Begitu sedap dipandang, apalagi jika Jet sedang berada di sampingnya seperti sekarang. Duduk di hadapan sebuah kanvas putih nan lebar, meninggalkan beberapa bercak warna di atas situ, sesekali terlihat berpikir bentuk seperti apa yang akan ditorehkannya selanjutnya.
Elang menikmati semuanya.
"Kamu tau, enggak, kalau ada satu binatang yang dinamakan Peri Salju? Snow Fairy, to be exact." Termasuk celotehan Akemi menjadi salah satu hal yang dinikmatinya semenjak ia tidak memiliki saudara.
"Peri Salju?"
Akemi menganggukkan kepalanya seperti anak kecil. Helaian poninya yang berwarna pirang itu seolah meleleh karena terpantulkan panas cahaya sore yang jatuh tepat di atas wajahnya yang berseri.
"Apa? Badak sawah?" Jawab Elang setengah meledek, setengahnya lagi masih sibuk mengawasi gerak-gerik Jet dari kejauhan. Lalu isi kepalanya mulai memikirkan tentang menu makan malam mereka, tak peduli kicauan Akemi mulai memekakkan telinganya.
Gadis cantik itu terdiam sebentar, memangnya ada jenis binatang badak sawah di dunia ini?
"Mana ada??"
"Adaaa...! Coba googling, deh, makanya. Jangan sok tau!"
Akemi menghantamkan segulungan tabloid wanita masa kini terbaru yang mulai menjadi kompetitornya beberapa bulan belakangan, di atas sebelah bahu Elang setelah tersadar bahwa ia tengah dibodoh-bodohi. "LIAT DULU!"
"Bulat, ya?"
Akemi mengangguk lagi. "Lucu, kan??"
"Bulat. Kayak lo."
Sumpah mati Akemi menahan kesalnya mati-matian. Elang memang tidak pernah bisa diajak bicara serius kalau bukan perihal Jet. "Yuzuru Kitagawa, si Photographer, mau ke Indonesia bulan-bulan ini, katanya." Timpalnya lagi, membahas sesuatu yang masih berhubungan dengan potret Snow Fairy yang diperlihatkannya barusan.
"Hmmm..." Imbuh Elang setengah hati.
"Beliau itu teman dekatnya Chichi."
Reaksi wajah Elang seketika berubah. Namun pertanyaan lain malah timbul dari dalam benaknya. "Chichi ada tanya kabar Jet ke kamu?"
Akemi menggeleng perlahan. "Chichi gengsian, orangnya. Dia tau kabar Ani cuma dari ceritaku, enggak pernah menanyakan secara langsung."
"Soal rencana transplantasi? Sudah beri kabar ke Beliau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Disease Called Love - Koo Junhoe & Kim Jiwon
FanficThey were best friends, and just friends. But everyone who looked at them knew that there was something going on. There was something more. It was obvious that they had fallen for each other, but neither wanted to admit it. At one point or another...