Zizi dan kakaknya Thalia baru saja kembali dari salon. Dengan senyum riang, Zizi menyibak-nyibakkan rambutnya ke arah Meira. Adiknya yang merasa terganggu langsung berteriak mengadu pada Kally. Sebelum terkena omelan dari Kally, Zizi sudah ngacir terlebih dahulu menuju kamarnya.
"Rambut baru, rambut baru yipiii." Zizi tampak begitu senang dengan rambut pendek barunya. Berkali-kali gadis itu berdiri di depan kaca hanya untuk melihat rambutnya itu.
Zizi membanting tubuhnya di ranjang, merasa lelah padahal seharian ia tidak melakukan apapun, hanya mengisi waktu luangnya dengan nyalon, sisanya ia gunakan untuk rebahan dan makan.
Baru saja memejamkan matanya, Zizi terbangun oleh teriakan Thalia yang memanggilnya. Dengan sedikit menggerutu Zizi bangun dari tidurnya, kemudian berjalan menuju kamar kakaknya.
"Apa?" Tanya Zizi dengan nada kesal.
"Lo lupa? Hari ini pengumuman?" Mendengar hal tersebut membuat kantuk Zizi hilang seketika. Dengan cepat ia mengambil laptop milik kakaknya dan membuka laman pengumumannya, tak perduli dengan teriakan Thalia karena mencomot laptopnya begitu saja.
"Takut banget demi apa," Celetuk Zizi.
Thalia yang sedang memainkan handphonenya menoleh, "Apa?"
"Takut nggak diterima, tapi takut juga kalau diterima." Thalia menoyor kepala adiknya, "Tolol."
Zizi menutup setengah laptopnya ketika waktu pengumuman sudah hampir tiba, "Kak, mending lo aja yang liat deh."
"Yaelah ribet, sini." Thalia mengambil alih laptopnya.
Zizi menepuk dahi Thalia lumayan keras, berniat memberitahu bahwa tangannya dingin karena merasa grogi, "Dingin banget tangan gue, kan?"
"Ya nggak usah ditepukin di dahi gue juga, ah gue kepret lo lama-lama." Thalia mendengus, kemudian jarinya mengarahkan kursor untuk menekan tulisan login.
Tak butuh waktu lama, hasil yang dinantikan oleh Zizi muncul di layar laptop. Thalia berteriak usai melihat warna biru muncul pada layar. "Woi, diterima!"
Zizi yang masih ragu akhirnya menggeser laptop ke arahnya. Terdiam beberapa detik sebelum gadis itu memelototkan matanya dan berteriak histeris.
"Aaaaaaa," Teriak Zizi sambil bertepuk tangan, membuat Meira dan Kally yang berada di lantai bawah menanyakan apa yang sedang terjadi.
Tak menunggu lama Zizi membawa laptop Thalia sambil berlarian menuju ruang tengah tempat dimana Meira dan mamanya berada. Thalia yang merasa ngeri dengan laptopnya berteriak kencang, "Laptop gue, dodol."
✿✿✿
Kally dan Arfin tengah menikmati makan malam dengan tenang setelah berteriak beberapa kali memanggil ketiga anaknya agar segera keluar dari kamar masing-masing dan ikut makan malam.
Memang benar makan malam, namun tempatnya berpencar. Kally dan Arfin di meja makan, Zizi dan Meira di ruang tengah sembari menonton youtube di televisi, dan Thalia duduk di anak tangga dengan memakai headphone yang memutar musik dangdut kesukaannya.
Teringat akan pengumuman diterimanya Zizi di salah satu PTN, Thalia melepas headphonenya, "Oh iya, papa belum tau ya?"
"Apa?" Tanya Arfin.
"Zizi lolos PTN." Tambah Kally, membuat Arfin tersenyum.
"Mantap, Zizi anak papa." Ujar Arfin dengan bangga.
Zizi hanya meringis mendengarnya. Tadi setelah pengumuman memang gadis itu merasa senang, namun kini ia merasa sedih campur bingung karena beberapa hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, Gadang
Teen FictionSemua ini terjadi begitu saja tanpa bisa dikendalikan, tetapi satu kalimat yang pernah didengarnya benar-benar menombak hatinya untuk segera ikhlas melepaskan. 'Lepasin payungnya, sesekali lo harus cobain gimana nikmatnya hujan dan badai. Ntar juga...