09. Dipermalukan

189 26 3
                                    

Happy reading! Jangan lupa kasih bintang sama komen kalo mau♥︎♥︎♥︎


Dering ponsel Jimin terdengar dari dalam kamar. Si mungil itu langsung berlari tergesa ke arah kamarnya, seperti tau betul siapa si penelpon. Wajahnya terlihat sangat antusias.

Sesampainya di kamar, Jimin langsung merampas ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Menempelkan benda pipih itu ke telinga kirinya setelah merapihkan rambutnya yang menghalangi. "Halo, Jungkook."

"Hai, sayang," sahut Jungkook di sebrang.

"Ada apa menelpon?" Jimin mendudukan bokongnya di tepi kasur dengan tangan kanan diantara kedua kaki yang merapat. Duduk cantik.

"Aku pulang terlambat hari ini, sayang. Temanku mengajak aku meengunjungi cafe barunya."

"Baiklah, aku sedikit sedih. Tapi, tak apa, Jungkook. Nikmati waktumu." Senyum Jimin tersungging di wajahnya.

"Um, kalau kau mau, kau bisa kesana. Tapi aku tidak bisa menjemputmu. Karena akan memakan waktu, lokasinya cukup jauh dari rumah kita."

Jimin mengulum bibirnya, berpikir. "Begitu ya," sahutnya setelah beberapa detik terdiam.

"Maaf, sayang." Terdengar suara penuh sesal dari sambungan telpon.

"Tidak! Tidak!" Jimin berjengit kaget mendengar Jungkook. "Aku akan kesana sendiri, tidak masalah, Jungkook. Aku harus datang jam berapa?"

Tanpa bisa Jimin lihat, Jungkook membuang napas lega sambil menjauhkan ponselnya. "Aku sampai jam 7, ada rapat mendadak nanti."

"Ok, Jungkook. Aku matikan ya, aku sedang—" Mata Jimin membulat, mulutnya terbuka.

Jimin mengendurkan genggaman tangannya pada ponsel. Membiarkan ponselnya terjun bebas menuju kasur. Ia berlari tergesa meninggalkan sambungan telpon yang masih menyala.

"Oh, sial! Sial sial sial!"

Jimin sering mengumpat dalam kesendiriannya di rumah.

Jungkook terlihat keluar dari ruang rapat dengan menggenggam beberapa map di tangannya. Ia berjalan menuju ruangan miliknya sambil melonggarkan dasi yang seharian sudah mencekik lehernya. Jari panjangnya juga membuka kancing teratas kemejanya. Sesekali ia tersenyum pada karyawan lain yang bertemu pandang.

Ia langsung mengemasi barangnya di ruangan. Membereskan mejanya dari tumpukan kertas. Hari ini lumayan membuat kepalanya pening.

Jungkook menyambar jaket miliknya dari balik kursi kebanggaan, memakainya sambil berjalan keluar. Melupakan kacamata yang masih bertengger di hidung bangirnya.

Keadaan kantor sudah lumayan sepi, mobil yang terparkir pun hanya tinggal beberapa dari puluhan mobil tadi siang.

Ia langsung menyalakan mesin dan tentu saja AC setelah melempar tas ke kursi penumpang di sisinya. Kegiatannya di hari ini belum tuntas. Sebelum memasukkan gigi, Jungkook sempat memberi kabar pada kekasih kecilnya kalau ia sudah jalan menuju cafe. Dan jawaban Jimin membuatnya puas, Jimin sudah dalam perjalanan.

Jarak lokasi Cafe dari kantor Jungkook tidak begitu jauh, tidak sampai 15 menit kalau tidak terjebak macet.

Berbeda dengan Jungkook, Jimin ditemani taksi online membelah jalanan malam itu beberapa kali terjebak lampu merah. Ini akan memakan waktu lebih dari perkiraan.

RANDOM JIMIN  [ KOOKMIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang