Permata Biru

22 2 1
                                        

Pertama kali aku melihatmu, aku tak tahu bahwa mata rubah dengan binar hangat itu akan menjadi separuh duniaku.

——————

Cahaya putih terang-benderang menusuk penglihatan Wonwoo. Pendar cahayanya menyinari sepanjang jalan setapak di hadapan pria itu. Wonwoo mengusak matanya pelan, berusaha menetralkan pandangannya. Matanya mengerjap, sepasang bulu mata lentik itu bergerak naik - turun.

Tak Wonwoo sangka, saat matanya bisa melihat dengan jelas, pria itu menangkap bayangan seseorang berdiri tegap di depannya. Siapa?

Bayangan seorang laki-laki, surai hitam panjangnya menutupi leher. Tingginya tak jauh berbeda dari Wonwoo, lebih tinggi pria itu. Bayangan itu sedikit berjongkok, tangannya bergerak menyemtuh sesuatu di balik kaki jenjangnya. Mata Wonwoo sekali lagi mengerjap beberapa kali, menajamkan penglihatannya. Kedua tungkainya tanpa sadar bergerak mendekat.

"Hey?" Tunggu. Ke mana suaranya?

Suaranya hilang. Wonwoo mencoba mengeluarkan suaranya, tetapi nihil. Hilang.

Apakah aku tidak bisa berbicara?

Sejenak pikirannya teralih kala bayangan yang ia lihat kini bergerak menjauh. Wonwoo tersadar, matanya melihat sekeliling.

Di mana ini?

Hanya ruang kosong dengan cahaya putih menyilaukan mata. Langkahnya ia bawa ke tempat bayangan yang sebelumnya ia lihat. Wonwoo mendekat.

Ada sesuatu di sana. Rambutnya halus sekali. Wonwoo bisa merasakan halusnya hanya dengan melihatnya.

Seekor kucing putih.

Tangannya terulur mengusak kepala kucing itu dengan gemas. Ajaib, kucing itu terlihat nyaman menerima usapan tangan Wonwoo yang kini membelai tubuhnya. Suara khas kucing mengeong pun Wonwoo dengar. Sayangnya, Wonwoo masih tidak bisa mengeluarkan suaranya sendiri.

"Kucing malang. Mengapa kamu sendirian di sini?" batin Wonwoo berbicara. Setelahnya, kucing itu kembali mengeong, seolah menjawab pertanyaan Wonwoo.

"Aku melihatmu bersama seseorang tadi ... siapa dia?"

Meong Miaw

Lagi, hanya suara khas kucing yang Wonwoo dapat. Ia yakin, bayangan yang kini menghilang itu tadi benar-benar berdiri di sebelah kucing ini. Netranya bahkan sempat menangkap bayangan itu berjongkok, mengelus kucing putih yang cantik ini.

Wonwoo kembali melihat ke sekelilingnya. Hitam. Cahaya yang tadi ia lihat kini mulai padam. Kegelapan menghampiri Wonwoo dan seekor kucing putih yang kini merangsek masuk kedalam pelukan hangatnya. Wonwoo menggendong kucing itu dengan sayang, sebelum tubuhnya merasakan serangan hebat. Tarikannya tidak main-main, seperti dipaksa agar tertarik dari kegelapan yang sudah menyelimutinya.

Hossh hossh hossh hoss

Suara napas tersengal memenuhi ruangan yang tampak seperti kamar. Wonwoo di sana. Duduk di atas kasur dengan sebelah tangan memegang dada kirinya, berusaha keras mengatur napas.

Mimpi? Kenapa sejelas itu?

Matanya melirik jam di sudut kamar. Sudah pukul enam pagi. Ia harus berangkat sekolah. Dengan napas yang masih berusaha tenang, Wonwoo bersiap.


🌸🌸🌸


Bisik-bisik dari para siswa di sepanjang koridor menemani langkah Mingyu pagi ini. Pasalnya, pria itu terlihat berbeda. Rambutnya yang biasanya hitam berkilau, kini berubah menjadi cokelat gelap, panjangnya masih sama. Seolah niat bergaya, Mingyu juga memakai kacamata hitam yang bertengger apik di hidungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FALLIN' | meanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang