Jalan Bahagia

13 0 0
                                    


Genre : - Alternate Universe
- Angst
- Romance (BxG)
- Fanfiction
Karakter :
- Jungwoo (NCT 127) as Kevin
- Sakura (Lesserafim) as Lily
Point Of View : First view (Lily)
Background : Bandung
Time : 2023
Word : 661
Date : 13/09/2023


"Oke aku kasih pilihan kamu mau terus tenggelam dalam masa lalu kamu atau liat ke depan?."

Aku sedikit terheran dengan ucapannya, "gimana caranya liat ke depan? definisi bahagiapun aku tak tau." jawabku seraya terkekeh dan menyesap kopi latte ku.

"Bahagia itu sederhana Lily. Seperti aku ketemu kamu sekarang itu hal membahagiakan loh buatku." Kevin menghirup sebatang rokok yang ia hisap. ia melanjutkan, "kebahagiaan itu gak perlu dicari. cukup hal simpel seperti kamu bisa minum latte hari ini." Dia menambahkan, "Kita tidak perlu tahu definisi pasti dari kebahagiaan. Yang penting, kita melanjutkan perjalanan kita, mencoba hal-hal baru, dan memberi kesempatan kepada diri kita untuk merasakan momen-momen kecil yang bisa membawa kebahagiaan. Dan yang terpenting, kita melakukannya bersama."

Ucapan kevin memang ada benarnya, namun aku kembali menjawab. "tapi aku tetep takut. kondisiku begini, aku punya penyakit depresi. Aku yakin rasa depresi itu akan menular pada orang di sekitarku."

Kevin menaruh rokoknya dan melihat Lily dengan penuh perhatian. "Lily, aku mengerti bahwa kamu merasa takut, terutama karena penyakit depresimu. Tapi kamu tidak sendirian dalam perjuangan ini, dan tidak ada yang akan menulari orang lain dengan depresi hanya karena kamu ada di sekitar mereka."

Kevin melanjutkan, "Depresi adalah kondisi medis, dan itu bukan sesuatu yang bisa menular seperti virus. Yang paling penting adalah bahwa kamu sedang berusaha untuk mengatasi dan mengelola penyakit ini. Itu adalah langkah yang sangat kuat."

Aku terdiam sesaat, "tapi memang depresi ini akan menular, kamu tau sendiri seperti orang sekitar yang akan terbawa lelah dengan energi negatifku." aku menarik napas, "Misal kamu akan merasa capek karena terus mendengar keluhan sedihku, atau mungkin lelah elihatku menangis."

laki-laki jangkung itu kembali mengepulkan asap rokoknya. "kalo aku terbawa depresimu, berarti aku yang salah." ucapanya. aku sedikit bingung dengan kata-katanya.

Lagipula, kenapa menjadi salahnya?

"Kenapa jadi salah kamu? kan yang punya penyakit itu aku?"tanyaku dengan heran.

Ditengah kota Bandung dengan hiruk pikuk masyarakat berlalu lalang. kami berdua yang berada di sebuah tempat kafe membuat percakapan kami seolah hanya kami berdua saja.

Kevin berucap "Iyalah jadi salah aku, berarti aku gak melihat konsekuensinya. Komitmenku kalo aku mau, maka aku tau apa yang terjadi dan apa yang semestinya aku jalanin. kalo aku ikut tertular capeknya kamu ya artinya salah aku sendiri." jelasnya.

Aku terdiam, jujur saja ini adalah ucapan yang pertama kali kudengar dari mulut seorang laki-laki. entah mengapa ia seakan menghapus semua rasa keraguan dalam diriku. Aku, seorang penyintas gangguan jiwa selama ini merasa yakin bahwa tidak ada seorangpun mau bersamaku.

Memang tidak mudah bagi diriku sendiri untuk mencintai diri ini, namun aku sendiri berusaha untuk diterima masyarakat.

Aku Menarik napas dalam. "sampai kapan?" Tanyaku. Lelaki itu terlihat terheran-heran. "Sampe kapan rasa penasaranmu itu, padaku." kataku memberikan penjelasan.

Kevin berdecik dan tersenyum miring. "sampai kamu yakin, kalo aku bisa memperbaiki kamu." katanya dengan mantap. "tapi aku juga mau dari dirimupun berusaha juga."

Aku tertawa, "aku selalu berusaha, tapi selalu di kecewakan. Kau mau aku berusaha seperti apalagi?"

Kevin tersenyum, menatap Lily dengan lembut. "Aku tahu kamu selalu berusaha, Lily, dan aku menghargai itu. Tapi yang aku maksud adalah kita bisa saling mendukung dan tumbuh bersama. Kita tidak perlu menjadi sempurna, tetapi kita bisa menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri bersama-sama."

Dia melanjutkan, "Sama seperti kamu memahami perjuanganku, aku juga ingin memahami perjuanganmu. Kita bisa saling mendengarkan, saling menguatkan, dan bersama-sama menjadi lebih baik."

Aku menghela napas untuk kesekian kalinya, entahlah baru kali ini rasanya aku merasakan menemukan seseorang yang tepat. Tepat untukku bersandar ataupun berbagi kebahagiaan. Meskipun rasa takut itu masih ada.

Aku hanyalah perempuan gila, rasanya seperti merayunya saat ini. Tapi mungkin ialah yang memang yang menerimaku tanpa syarat, dan itu membuatku merasa istimewa. aku menyadari bahwa keunikan dan perjuangannya adalah bagian dari dirinya yang membuatnya menjadi dirinya sendiri.

Mungkin sedikit keberanian untuk membuka hati dan menerima cinta dari Kevin adalah langkah pertama menuju perjalanan yang lebih bahagia bersama. atau setidaknya membuatku kembali menjadi diriku yang dulu.

Aku manarik napas, memantapkan apa yang akan aku ucap.









"Vin, Kalo gitu kita jadian aja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

File Of ShortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang