Candramawa

85 11 0
                                    

Genre : Romance, slice of life
Karakter : - Mark Lee
                    - Linda (oc)
Point Of View : Third point
Background : Bandung
Time : Present
Words : 3644
Date : 6 February 2021



















"Aku yakin aku bisa kok."

Suara perempuan itu begitu terdengar menekan. Mark untuk kesekian kalinya hanya mengusap anak rambutnya kebelakang dengan frustrasi.

"Kamu paham nggak sih? Aku cuma khawatir kamu nggak bisa ngebagi dua, mana kewajiban dan mana sampingan." Ujar lelaki itu masih menahan intonasi suaranya meski hatinya mulai terasa gerah.

Linda mendengus, "ini kesempatan yang nggak akan datang dua kali, Mark. Percaya deh aku bisa." Kukuhnya.

Mark menggelengkan kepala, "terserah, kamu harusnya dewasa."

Mendengar ucapan lelaki itu, sang perempuan hanya menyunggingkan sebelah bibirnya, "dewasa?" Poni yang menutup sebagian manik perempuan itu ia sibak begitu saja, "bukannya kamu yang harusnya bisa bersikap dewasa dengan mensupport pilihan aku?"

"Aku support kok, tapi kalo ini kan beda lagi Linda. Kamu harus nyusun proposal skripsi dan itu nyita fokus kamu, sekarang kamu mau coba bagi fokus kamu sama novel kamu nanti salah satu nggak akan maksimal."

"Kamu support darimana sih?" Linda menatap lamat netra kecokelatan milik lelaki bernama Mark itu. "Dari tadi kamu tuh larang aku buat ngerjain apa yang aku mau! Ini tuh impian aku, dan ini kesempatan aku, tapi kamu beralasan kalo aku buang-buang waktu." Ocehan Linda bagaikan kendaraan yang tak mempunyai Rem.

"Aku malah dukung semua pameran kamu, kenapa kamu nggak bisa sih, ngelakuin hal yang sama seperti aku?"

Jengah, Mark mematahkan batang rokoknya, "iya, fine!" Kesalnya. "Aku dukung, lagi pula kita bukan siapa-siapa."

Perkataan Mark malam itu sontak membuat Linda kembali menarik napasnya, "kita bukan siapa-siapa karena ini mau kamu kan." Pancing perempuan itu. "Kamu yang mau kita jalanin aja seperti ini dan saling memahami. Aku tuh sekarang minta pemahaman kamu loh."

Lelaki itu merasa pening di kepalanya, ia hanya bisa memijat batang hidung sebelum kembali melebarkan mulutnya. "Iya, tapi aku begini tuh karena sa-"

Suara derap langkah terdengar mendekati mereka. Mark seketika diam, begitupula Linda yang langsung mengambil ponselnya.

Hendery dan Lucas terlihat berjalan mendekat pada dua temannya yang jelas sangat kelihatan canggung itu. Dengan candaan, Lucas mencoba mengetuk-ketukkan kotak rokok yang baru saja ia beli.

"Cicing wae atuh euy?" Katanya pada Linda dan Mark. (Diem aja nih?) Linda terkekeh menunjukkan lengkungan manis dikedua mata yang berbulu mata lentik itu.

"Ngantuk, Cas." Ujar gadis itu. Hendery disisi lain duduk disebelah Mark yang mengambil batang rokok lain dan mematikkan apinya.

"Jadi mulai kapan nulis novel?" Tanya Hendery mencoba mengalihkan situasi yang terlihat dingin ini.

Linda menatap keatas sekilas, "harusnya udah mulai dari sekarang, tapi gue coba fokusin buat beresin proposal skripsi dulu." Jelas gadis itu.

Lucas mengangguk, begitupula Hendery yang menyesap secangkir kopi miliknya. Malam menjelang pagi buta ini, ke empat sekawan yang selalu berkumpul di hari tertentu itu. Duduk bersantai mengelilingi meja bundar dibawah pohon dengan sebatang rokok masing-masing.

Linda adalah perempuan satu-satunya, dan hanya dia yang memang tak merokok ataupun meminum kopi. Meski begitu pertemanan ke empat orang ini selalu sejalan meski mereka saling tau jika ada dua orang yang menjalin hubungan tanpa status dalam lingkar pertemanan mereka.

File Of ShortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang