Dua Puluh Sembilan

124 15 3
                                    

Genre : Romance, slice of life
Karakter : - Rendi Junanda (Renjun)
                    - Anggita Pradipta Sakha (Oc of NOONA!)
Point Of View : Third point
Background : Bandung
Time : Present (spin off)
Word : 1500
Date : 29 July 2020
Writer : ARRYLEA


Sebelumnya cerita ini adalah hasil karya temenku dalam rangka berkurangnya umurku hehe...

Tapi, karena aku suka dan dia pake Sakha sebagai karakter dalam cerita ini, jadi aku pengen kalian juga bisa baca, dan dimaklum kalo penggunaan bahasanya jelas beda sama aku.
hehehe....

Anggap aja side universenya Sakha atau... side story yang gak pernah disangka wkwkkw....

Selamat membaca!








-o-











“Apa hal yang paling kamu inginkan di dunia?”

“Tidak ada.”

“Bahkan di hari ulang tahunmu sendiri?”




-o-




Pernah tidak berpikir mengenai kehidupan yang fana ini tidak akan berakhir ke mana-mana? Seolah-olah apa yang sedang kamu hadapi saat ini hanyalah dunia mimpi, bahkan dunia yang tidak berarti apa-apa bagi dirimu sendiri. Sedetik saja kamu menyadari semuanya akan berakhir punah dan kamu hanya tersisa sendiri di sana.

Bagaimana ya rasanya menjadi salah satu yang punah?

Apakah akan ada yang merasa kehilangan atas perginya diri? Entah lah. Kita semua tidak tahu. Bahkan satu sepersekian detik kemudian. Kita tidak pernah tahu.

Sakha pun mengamini itu, dan ia masih dalam keadaan waras tatkala menyadari mentari sudah tidak lagi bersembunyi, namun sesaat saja kesadarannya hilang seketika menyadari di mana ia baru saja jatuh terlelap.

“Sakha!”

“Anggita Pradipta Sakha!”

Sakha terperanjat dengan kesadaran penuh. Sial tidak lagi, batinnya. Ini sudah kali yang ke sekian baginya untuk tidak sengaja tertidur ketika perkuliahan sedang berlangsung, dan bukan kali pertama Pak Danu yang memergokinya begitu. Bergadang semalaman tanpa tahu mau menyelesaikan apa-apa, Sakha kerap mencuri-curi waktu tidur di kelas sebagai gantinya. Mau dikata ia berusaha tidur di malam hari pun sudah sebuah usaha yang Sakha lakukan, kok. Hanya saja syaraf otaknya sering kali sukar diajak bekerja sama. Seolah lupa kapan waktu siang dan kapan waktu malam.

“Sudah kali ke berapa kamu tertidur di kelas saya, Sakha?” Pak Danu berbicara dengan nada tenang, namun cukup membuat suasana tenggelam dalam kesuraman. Seisi kelas mengalihkan atensi kepada Si Putri Tidur. Beberapa senti di hadapan Sakha, Pak Danu duduk menghadap.

Sakha tidak serta merta menjawab, rasanya tidak keruan, malu namun tidak kuasa dengan kantuk yang menyerang tidak kenal waktu. Menyebalkan sekali hari ini baginya, mengapa ia tidak pernah terpikirkan untuk membolos sekali saja, ya, hari ini?!

File Of ShortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang