( Setahun yang lalu ....)Tentang rumah seperti apa yang dimiliki keluarga Connor, Evelyn membayangkan sesuatu yang besar dan mewah. Sesuatu seperti Empire House, yang semua dindingnya terbuat dari bebatuan mahal.
Dan— ya, seperti yang diharapkan, sebuah istana. Cukup sebuah istana dengan barisan pilar tinggi yang menopang. Tumbuh-tumbuhan hijau subur dan bunga-bunga indah. Halaman luas yang di tengahnya terdapat patung air mancur.
Setiap orang di Glanchester mengenal keluarga Connor. Mereka memang bukan dari kalangan bangsawan, tapi yang terkuat, dan punya andil besar. Mengendalikan berbagai bidang properti dan berkontribusi dalam pembangunan kota sedari lama membuat para Connor sangat disegani.
Dan bagi Evelyn, menjadi kekasih Dave Connor masih seperti mimpi. Mereka berada di akademi yang sama. Evelyn sering melihat Dave dari kejauhan, ketika pria itu melaju dengan mobil sport merahnya dengan kecepatan tinggi, atapnya terbuka, menyebabkan angin mempermainkan rambutnya yang sedikit keemasan. Dan biasanya ada gadis duduk di sebelah‐ Dave dengan tangan yang tersampir di bahu lelaki itu.
Baik siswa maupun pengajar di akademi tahu Dave Connor, murid paling bersinar, favorit semua orang. Bintang kejuaraan footbal yang juga siswa berprestasi dan masuk dalam jajaran aktivis. Ditambah fakta bahwa Ia merupakan salah satu ahli waris Saudade, perusahaan properti terbesar di Glanchester namun tetap ramah dan rendah hati pada semua orang — menjadikan Dave sudah seperti obyek pemujaan.
Dan sekarang lelaki itu adalah kekasih Evelyn. Dave menyatakan perasaannya pada putri bangsawan Skye itu bulan lalu, usai ceremony kelulusan. Hubungan mereka telah berjalan empat minggu. Dan malam ini, Dave mengajak Evelyn ke kediaman Connor untuk menemui orang tuanya.
"Ibuku akan senang bertemu denganmu, dia menginginkan anak perempuan tapi terjebak bersama kami. Dia pasti akan menyukaimu, Eve," ucap Dave sembari menggenggam tangan Evelyn usai keduanya turun dari mobil.
"Bagaimana dengan Tuan Connor?"
"Ayah memang terlihat galak tapi sebenarnya tidak begitu. Satu-satunya yang galak di rumahku hanya—" Dave tidak meneruskan kata‐katanya.
"Hanya?" Evelyn menengadah dan menaikkan alis karena penasaran.
"Eizer."
"Kakakmu itu?" Evelyn pernah mendengar tentangnya beberapa kali. Jika Dave seorang atlet, kakak laki-lakinya adalah seorang mantan prajurit di masa mudanya. Rumor mengatakan dia mengundurkan diri lebih awal sejak tiga tahun terakhir.
"Ya." Dave memelankan suara. "Eizer punya banyak tempat untuk ditinggali. Dia bisa tidur di hotel kami jika dia mau karena jarak dari pusat kota ke tempat ini lumayan jauh. Dia yang mengelolah beberapa properti Ayahku, kau tahu, kan?"
Evelyn mengangguk. Ia juga pernah mendengar soal itu.
"Tapi Eizer biasanya pulang saat akhir pekan. Jadi besar kemungkinan dia akan bergabung malam ini."
"Itu bukan masalah."
"Ya. Eizer hanya kurang bersahabat. Kuharap kau bisa memakluminya."
"Tentu saja." Evelyn merasa seperti Dave sedikit kehilangan semangat saat membahas kakaknya. Jadi ia tak memperpanjang.
Ah, kediaman Connor sangat besar, Dave bilang itu memang didesain dengan gaya Netherland. Di bagian tengah ada foyer yang membentang dari pintu depan sampai belakang. Di salah satu sisinya dibangun ruangan perjamuan resmi dan perpustakaan, yang digunakan Sebastian Connor, Ayahnya sebagai ruang kerja. Di sisi lain ada ruang tamu resmi dan tidak resmi, yang dipisahkan dari foyer dengan pintu geser berukuran besar yang menghilang ke dalam dinding. Mereka tidak melewatkan detail sekecil apapun dan Evelyn sangat mengapresiasi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feign 21+
RomanceAwan gelap merata di langit-pertanda hujan akan turun sebentar lagi. Mendung di sore itu - seolah memperkuat kesan suram di tengah mereka yang tengah berduka. Satu persatu pelayat perlahan-lahan beranjak meninggalkan makam. Menyisakan dua pengawa...