Part 2

6.9K 580 49
                                    

Umumnya, anak bangsawan di Glanchester mulai mengambil tempat dalam bisnis keluarga, posisi mereka telah ditentukan sejak awal— tapi tidak dengan Evelyn.

Saat ini Evelyn bekerja sebagai associate manager di Hauser, galeri seni terkemuka di ibukota. Bukan milik keluarga Skye, meski tak dapat dipungkiri, koneksi sang Ayah memudahkannya masuk kesana. Itu pun semata-mata karena beliau tidak ingin Evelyn mencoreng nama baik Skye dengan menjadi pengangguran. Namun kendati kurang pantas mengingat Evelyn seorang bangsawan, posisi itu cukup mengesankan mengingat dari segi pengalaman, Ia hanya seorang lulusan baru.

"Ya, wanita itu pelukis yang sangat arogan, tapi hasil karyanya luar biasa. Dia pernah melukis untuk istri sang marquess dan beberapa bangsawan lain. Apa dia pernah melukis untuk keluargamu Eve?" Itu Emma, yang tak berhenti bicara sejak mereka selesai makan siang.

"Tidak. Sepertinya dia hanya melukis untuk bangsawan kelas atas," jawab Evelyn, menanggapi pertanyaan wanita pirang itu.

Emma masih tergolong pegawai baru seperti Eve namun berusia satu tahun diatasnya dan sudah bekerja sedikit lebih lama. Awalnya Emma sangat formal terhadapnya, tetapi Eve meminta wanita itu menghilangkan kesan tersebut.

"Dan disebut apa tingkatanmu?"

Evelyn tersenyum sambil berkata "Ayahku hanya seorang Baronet. Kami berstatus rendah. Jika berasal dari kalangan atas kau takkan melihatku bekerja disini."

Di era modern seperti sekarang, pembatasan kewenangan penguasa monarki dan para bangsawan diatur dalam hukum parlemen. Itu berdampak pada kekuasaan. Meskipun beberapa gelar dan tingkatan bangsawan masih tetap dipertahankan, tetapi kebanyakan dari gelar-gelar tersebut telah kehilangan kewenangan nyata. Sebagian besar dari pemegang gelar kelas atas bahkan sudah tidak memiliki wilayah kekuasaan, menjadikan gelar yang disandang hanya sebatas status kehormatan semata. Apalagi bangsawan kelas rendah seperti keluarga Skye.

"Bangsawan tetap bangsawan, Eve. Kehormatan kalian turun temurun."  Emma menggeleng tidak setuju. "Kesenjangan bahkan masih tetap ada, hal sepele seperti perbedaan sikap dan pembawaan antara kita bisa menjadi tolak ukur, dimana kau sangat anggun dan aku seperti wanita barbar." kata Emma padanya dan mereka berdua tertawa bersama.

Tawa itu terhenti ketika Carla, wanita setengah baya yang adalah Direktur galeri menghampiri mereka dengan sedikit tergesa.

"Evelyn," panggilnya engap.

"Bersiaplah. Kita kedatangan pelanggan penting. Ini kunjungan mendadak jadi aku benar-benar tidak bisa meninggalkan agenda yang terjadwal lebih dulu." Carla menarik napas lalu menghembuskan perlahan, sebelum kembali bicara.

"Delarosa biasanya mengambil peran saat aku tidak bisa tetapi karena Ia sedang sakit, sebagai associate manager, kau yang akan menggantikan kami."

Bertetepatan dengan tandasnya ucapan Carla yang belum sempar direspon Evelyn, sebuah mobil berhenti di depan galeri yang seluruh dindingnya terbuat dari kaca-kaca transparan.

"Ah, itu dia. Aku akan menyambutnya sebelum berangkat. Evelyn, Tuan Connor adalah pelanggan khusus. Dia biasanya mencari lukisan bernilai tinggi untuk pajangan hotel. Layani dia dengan baik."

"Akan kulakukan semampuku," sahut Evelyn tenang.

'Tuan Connor.'

Yang pasti bukan Dave. Sebastian Connor pun agaknya terlalu sibuk untuk ini jadi... mungkin Connor yang lain seperti sepupu, kerabat jauh atau — EIZER?

"Astaga. Apa dia Dewa?!" Emma terpekik kecil saat
seorang pria berwajah tampan, berperawakan gagah berjalan melewati pintu depan dimana direktur pergi untuk menyambutnya.

Feign  21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang