Sixth

1.8K 115 4
                                    

Ruby dan Danella berjalan beriringan memasuki rumah. Bisa mereka lihat kalau di ruang tengah sudah ada Eric, Keenan, juga Daniel yang menunggu kedatangan mereka.

"Bagus, dari mana saja kalian? Satu minggu meninggalkan rumah seenaknya. Udah punya nyali sekarang, hah?!" bentak Eric. Ia menatap tajam dua orang yang berada di hadapannya ini.

"Ide siapa?" tanya Eric.

Danella mendongak menatap Eric. "Ma--"

"Saya, saya yang sudah mengajak bunda saya pergi meninggalkan rumah ini" ucap Ruby menyela ucapan Danella.

Eric berdecih. "Anak tidak tau diri! Berani kamu menantang saya? Ingat, kamu bukan siapa-siapa disini. Jangan kurang ajar!"

"Oh ya?" Ruby maju mendekati Eric.

"Kalau saya tidak penting, kenapa Anda menyeret kami kembali ke kediaman suci Anda ini?" tanya Ruby dengan tatapan tajamnya.

Eric mengeraskan rahangnya. "Saya masih harus memberi pelajaran pada kalian berdua, setidaknya sampai arwah istri saya tenang di alam sana" ucap Eric.

"Wah hebat sekali Anda bisa mengetahui perasaan orang yang sudah mati. Malaikat kah Anda? Lalu untuk kesalahan apa saya dan bunda saya dihukum? Apa saya dan bunda saya yang sudah mencabut nyawa istri Anda? Bukannya waktu kematian istri Anda memang sudah tiba?" ucap Ruby sarkas.

"Jaga ucapan kamu anak sialan!" murka Eric sambil menunjuk tepat di depan wajah Ruby.

"Ucapan saya yang mana? Bukankah semuanya fakta? Anda pikir sebenarnya bunda saya sudi menikah dengan pria arogan seperti Anda, kalau bukan karena rasa kemanusiaan mungkin sekarang bunda saya sudah bahagia hidup bersama pria yang beribu-ribu kali lebih baik dari pada Anda" ucap Ruby yang membuat kemarahan Eric semakin memuncak.

Plak

Suara tamparan menggema di seluruh penjuru ruangan. Semuanya diam, terlebih Ruby yang masih mencerna apa yang baru saja menimpanya.

"Kamu memang benar-benar kurang ajar! Begini caramu mendidik anak mu Danella?! Tidak punya sopan santun sama sekali" bentak Eric keras.

"Mas--"

"IYA INI MEMANG HASIL DIDIKAN BUNDA SAYA! MEMANGNYA ANDA YANG GAK PERNAH MENDIDIK ANAK ANDA SENDIRI. KALIAN SAMA-SAMA BRENGSEK!" bentak Ruby tepat di depan wajah Eric.

Sret

Plak

Lagi, Ruby kembali mendapat tamparan di pipinya. Kali ini pelakunya adalah Keenan.

"Jaga ucapan lo! Gue diem bukan berarti gue ngebiarin lo berbuat seenaknya. Lo udah keterlaluan!" ucap Keenan.

"Lo pikir lo sama keluarga lo gak keterlaluan, hah?! Mikir dong! Kalau suruh milih pun gue gak mau ada di tengah-tengah orang gak punya hati kaya kalian. Gue harus dihukum padahal gue gak ngelakuin apa pun. Pernah gue minta dilahirin di tengah-tengah keluarga yang kaya gini? Enggak! Lo tau, semakin hari gue semakin benci sama sama lo dan keluarga lo!" napas Ruby memburu seiring dengan ungkapan kekesalan yang dilontarkannya.

"Ruby, cukup nak. Jangan kaya gitu sama papa dan kakak kamu" ucap Danella yang mulai menarik Ruby mundur.

"Mereka aja perlakuin aku kaya gini, aku gak sebaik itu ngebiarin mereka nginjak-nginjak harga diri kita" ucap Ruby yang masih diselimuti amarah.

"Lo emang pantes diperlakuin kaya gini. Lo cuma sampah, nyusahin, gak berguna!" sahut Daniel dengan mulut pedasnya.

"Simpen tuh mulut sampah lo, baru kali ini gue denger ada sampah ngehina sampah. Pantes lo ngomong gitu? Se-suci apa lo sampe bisa ngatain gue sampah?!" balas Ruby.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang