Ninth

1.7K 122 3
                                    

"Kalau makan ya makan aja By, jangan sambil main hp" ucap Lia.

Ruby yang hendak menyuapkan makanan ke mulutnya sontak berhenti. Gadis cantik itu mengeluarkan cengiran khas nya.

"Hehe, gue lagi fokus hafalin gerakan dance tau. Nih ya Lia, kalau nanti kita menang gue bakal daftar jadi trainee nyusulin pacar-pacar gue" balas Ruby.

Felicia berdecih. "Gak bakal keterima lo jadi trainee. Lo kan pendek" ledek Felicia.

Ruby merengut tak suka. "Lo body shaming banget sih!" serunya tak terima.

"Kenyataan By. Coba kalo lo tinggi, pasti banyak banget yang nawarin lo buat jadi model. Ya gue akui body lo emang bagus, tapi kalau cebol ya siapa yang mau" ucap Felicia semakin menjadi.

Ruby mendelik tak terima.

"Eh gue bukan cebol ya! Gue tuh imut, kecil, jadi gampang dipeluk" balas Ruby.

"Lo masih kecil By, jangan peluk-pelukan sama cowok dulu" sahut Lia.

"Kok masih kecil sih Lia, kita seumuran loh. Lagian gue emang udah pantes punya pacar kok. Cuma ya gitu belum nemu aja" ucap Ruby dengan memelankan satu kalimat terakhirnya.

Felicia terbahak. "Bener kata si Lia, siapa juga yang mau pacaran sama bocil kaya lo" ucap Feli meledek.

Lagi-lagi Ruby mendelik tak terima. "Enak aja! Nih ya asal lo tau, gue dulu pernah sampe ribut sama kakak kelas karena cowoknya suka sama gue. Ya emang gue juga suka sih sama cowoknya, tapi pas gue tau kak Gam..."

Ruby tiba-tiba menghentikan ucapannya. Bahunya merosot turun saat ia reflek mengingat Gamma. Iya Gamma, masih ingat nama itu?

"Kenapa berhenti?" tanya Felicia penasaran.

Ruby menggeleng pelan. Lalu gadis itu tersenyum tipis. Seharusnya ia tak lagi mengingat nama itu. Meski Ruby mensyukuri dirinya belum jatuh terlalu dalam pada Gamma, namun tak bisa gadis itu pungkiri jika kenangan bersama cowok humoris itu masih melekat di ingatannya.

"Kenapa sih By? Lo pernah suka sama siapa? Penasaran gue sama orangnya" sahut Lia.

Ruby buru-buru mengubah ekspresinya menjadi ceria kembali.

"Ada. Pokoknya gue dulu sempet suka sama dia, tapi yaudah lah gak usah di inget-inget lagi " ucap Ruby diakhiri kekehan.

"Lah aneh banget" ucap Felicia.

"Udah deh, gak usah dibahas. Gue cabut dulu deh ya, eneg ngelihat muka songongnya Felicia" ucap Ruby.

"HEH ANAK KECIL! BERANI BANGET LO YA!" teriak Felicia pada Ruby yang sudah ngacir sambil tertawa meledek.

Kembali pada Ruby. Kini gadis itu tengah duduk termenung du tribun tepi lapangan. Pikirannya melayang pada sosok Gamma.

Jika di kehidupannya dulu Granny memang banyak yang mendekati, namun tak ada yang sampai se-membekas Gamma. Cowok itu mempunyai seribu satu cara untuk membuat Granny tertawa.

Dia juga menjadi cowok pertama yang membuat Granny jatuh hati. Namun sayang, sepertinya rasa suka Granny datang pada waktu dan orang yang salah.

Karena nyatanya Gammaliel sudah memiliki kekasih yNg tak lain adalah Nesha, kakak kelasnya. Dan parahnha sebelum Granny mengalami kecelakaan, Gamma ini seperti mendekati Granny dalam artian bukan sebagai teman lagi. Itu lah yang membuat Nesha mengibarkan bendera perang pada Granny.

Ruby kembali menghela napas lelah. Mengapa juga dirung memikirkan Gamma. Cowok itu seharusnya hanya pantas ada di masa lalu, Granny pun seharusnya mengubur perasaan dan kenangan bersama Gammaliel bersamaan dengan jasadnya yang sudah tak bernyawa.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang