Part 4

2.2K 59 4
                                    

Pagi itu aku berangkat ke kampus dengan agak terburu-buru. Meskipun kelas dimulai jam 10 tapi aku meninggalkan kos jam 8. Sebenarnya Rizki juga wajib mengambil mata kuliah lanjutan ini, tapi karena ada matkul yang dia harus mengulang akhirnya dia tidak bisa mengambilnya. Jadi aku meninggalkannya yang masih tidur seperti orang mati.

"Kebo banget lu. Kalo balik taruh kuncinya di tempat biasa," tulisku di chat Rizki.

Bukan apa-apa, tapi saat aku terbangun tadi, aku merasakan perasaan aneh yang tidak nyaman. Bagaimana tidak? Lenganku terasa kebas karena Rizki menjadikannya bantal dan hidungnya sangat dekat dengan ketiakku. Tuh bocah makin ke sini makin ke sana aja.

Aneh yang tidak nyaman yang kumaksud adalah mendapati bahwa Rizki berada di posisi tidur yang dekat dengan ketiakku tadi, seakan dia ingin menghirup bau ketiakku. Entah ya, itu yang pertama muncul di pikiranku. Tapi karena aku berpikir begitu, aku jadi merasa... bagaimana ya menjelaskannya. Seperti saat Bang Rizal mengagumi tubuhku saat itu. Semakin kuingat, aku jadi berpikir kalau aku suka dikagumi. Biasanya cewek, dan sejak saat itu aku tahu kalau ada cowok yang mengagumiku juga. Bayangkan dikagumi dua gender sekaligus, men.

Anjir, kok jadi terkesan narsistik sekali ya. Ditambah halu lagi, karena itu kan Rizki. Nggak mungkin dia naksir sama aku. Sepertinya aku yang makin ke sini makin ke sana.

Karena kepagian, aku pun mampir kedai kopi dulu sambil scroll-scroll media sosial.

Ada pesan chat dari Reno.

"Nanti sore jam 5 kita technical meeting ya buat project kita."

"Oke," balasku.

Hari itu berlangsung seperti biasa. Rizki mengirimkan pesan kalau dia meninggalkan kunci kos di tempat biasa jam 11 siang tadi. Dasar kebo emang, jam segitu baru keluar.

Jam setengah lima sore, aku pun tancap gas ke lokasi yang dikirimkan Reno. Tempatnya ada di sebuah perumahan, tapi tidak ada keterangam kalau itu studio atau apapun, hanya rumah biasa.

Sesampainya di sana, memang tampilannya seperti rumah biasa. Beberapa motor terparkir di halaman dan mobil di garasi dan depan rumah.

Aku pun masuk ke halaman yang pagarnya terbuka lebar. Setelah parkir, seseorang dengan seragam safari coklat menyambutku.

"Mau ketemu siapa, Mas?" tanyanya, ramah tapi tegas.

"Mau ketemu sama Reno."

"Oh, tamunya Bang Reno. Silakan masuk, Mas. Isi buku tamu dulu ya," katanya.

Aku pun mengisi buku tamu dari meja di 'ruang tamu' itu, di balik jendela depan. Tempat ini seperti rumah yang difungsikan sebagai kantor. Di ruang tamu yang luas itu hanya ada kursi-kursi lipat yang sepertinya memang difungsikan untuk ruang tunggu. Aku pun duduk di situ.

"Bisa isi form dulu ya, Mas," kata pria itu sambil menunjuk QR Code yang tertempel di dinding. Pria itu sepertinya adalah security kantor ini.

Setelah scan QR, halaman terbuka ke browser dengan judul "Form Pendaftaran".

"Sebelumnya di agency mana, Mas...?" tanya security itu, dengan sedikit jeda sambil melihat buku tamu. "Mas Dewa."

"Hah? Oh, engggak, Pak. Ini baru pertama," jawabku agak terbata-bata.

"Ooh, kirain udah lama jadi model," katanya lagi. "Roby hehe, panggil Mas aja, saya nggak setua itu kok," lanjutnya sambil mengulurkan tangan.

"Oh iya, Mas Roby." Aku menjabat tangannya. Setuju sih, mungkin umurnya masih 25-an. Sebetulnya kalau kuperhatikan, Mas Roby ini juga terlalu good-looking untuk seorang security. Aku bakal percaya kalau ada yang bilang dia adalah talent yang selesai photoshoot dengan pakaian safari.

Akibat Pinjaman OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang