03.

191 47 4
                                    

"Tawar menawar?"

"Lakukan perjanjian dengan Jendral Yu. Menangkan perjanjian itu agar kau bisa pulang."

"Memangnya apa yang bisa kuberikan kepada Jendral Yu.."

"Bagaimana jika kepala Hulugu?"

Hulugu adalah senjata pamungkas dari pasukan Mongol. Jika sudah hampir kalah, Hulugu dan pasukan kecilnya akan dikeluarkan untuk memukul mundur musuh. Sedikit banyak tugasnya sama dengan pasukan Deok Su sekarang.

Yunho terdiam memikirkannya. Itu sama saja dengan mempertaruhkan nyawanya. Tapi jika itu bisa membuatnya pulang...

"Apa kau akan membantuku jika aku menyerang Hulugu?"

"Aku bisa membantumu mengatasi kelompok kecilnya, kau fokus pada hulugu. Aku pernah kalah dari Hulugu dan kelihangan sebuah jari, tapi kau lebih lincah dariku, aku yakin kau pasti bisa."

"Aku ke Jendral Yu sekarang."

"Semoga berhasil."
.
.
.
.
.
"Kau menawariku kepala Hulugu?"

"Ya, Jendral. Tapi aku ingin dipulangkan setelah itu. Aku tidak ingin ikut bertempur lagi. Aku hanya sukarelawan di sini.."
Yunho mengingatkan tentang statusnya.

Jendral Yu tampak berpikir keras. Beberapa kali berjalan mondar-mandir sambil mengelus jenggotnya.

"Baik. Aku menyetujuinya. Berikan kepala Hulugu dan kau boleh pulang. Aku tidak akan mengijinkanmu pulang sebelum itu."

Yunho bangkit berdiri dengan mata berbinar. Meskipun nyawa taruhannya, dia akan berusaha. Pulang.. m
"Terima kasih Jendral!"

Yunho kemudian menuliskan perjanjian itu pada selembar kertas dan meminta Jendral Yu untuk membubuhkan stample kemiliteran, agar Jendral Yu tidak menarik lagi kata-katanya. Yunho keluar dari tenda dengan secercah harapan.

Setelah Yunho keluar, Jendral Yu mengangkat kuas, menulis sebuah surat untuk seseorang.

'Aku membuat perjanjian dengannya. Jika dia berhasil mendapatkan kepala Hulugu, dia akan pulang, jika gagal, dia selamanya bersamaku. Aku mulai kesulitan menahannya di sini. Dia juga tidak kunjung mati meskipun terus kuterjunkan ke berbagai medan. Maaf, kali ini aku berdoa untuk keberhasilannya, dan mungkin juga akan sedikit membantunya, karena aku juga diuntungkan, ini demi negara. Jaga dirimu. Aku tidak bisa membantumu lagi setelah ini.'

------------------------------

Waktu yang ditentukan tiba, Yunho dan Deok Su telah berlatih selama berminggu-minggu untuk mempersiapkan strategi mereka. Buruan mereka kali ini besar, banyak orang akan terlibat, tapi hanya 1 pedang yang akan menentukan hasil.

Pasukan gelombang pertama diterjunkan, pasukan Mongol hampir menang telak karena menang jumlah, tapi sayang, mereka tidak tahu jika pasukan di itu hanya untuk mengecoh. Pasukan gelombang kedua diterjunkan mengitari area pertempuran. Barikade kayu berduri dipasang mengelilingi area pertempuran pertama agar area pertempuran kedua tidak terganggu. Pasukan gelombang pertama langsung mengeluarkan kekuatan mereka yang sebenarnya dan menyudutkan pasukan mongol sampai ke batas barikade.

Pasukan gelombang kedua menyerang Mongol dengan ganas, membuat panglima perang Mongol mengeluarkan Hulugu dan sisa pasukan mereka di situ. Sayang sekali mereka tidak tahu apa yang terjadi di balik tembok barikade, Deok Su meninggalkan hampir semua pasukan khususnya di sana, pasukan mongol di area pertama habis terbunuh, barikade dibuka, seketika banyak bantuan datang. Sisa pasukan Mongol menjadi kalah jumlah, tapi kekuatan mereka masih belum cukup lemah untuk dapat dipukul mundur, Di tengah medan, Hulugu membabat habis siapapun yang mendekat dengan pedang goloknya. Deok Su dan anak buahnya membuka jalan, menghalau anak-anak buah Hulugu agar seseorang dengan kudanya bisa lewat.

Yunho meninggalkan prajurit kecil yang menyerangnya, bendera tanda jalan sudah terbuka telah terlihat, Yunho segera naik ke atas kuda dengan membawa tombak dan pedang di pinggang. Ini saatnya. Dia akan pulang, ntah pulag ke rumah atau pulang ke neraka.

"Jaejong, tunggu aku.. Hiyya!!"

Tanpa banyak hambatan Yunho menerobos kekacauan menuju Hulugu yang masih bertarung kuat di atas kuda. Tombaknya terangkat, Yunho memicingkan mata, dia sudah berlatih lama untuk ini, harus berhasil. Tombak melayang, jantung Hulugu sebagai sasaran

TANG!

Tombak berhasil ditepis dengan mudah. Tentu saja, itu Hulugu. Tapi tidak dengan tombak kedua yang menyusul setelahnya. Sebelumnya Yunho melempar 2 tombak dengan jarak berdekatan, sangat dekat, sehingga Hulugu tidak sempat menepis tombak kedua. Tombak itu meleset dari jantung, tapi berhasil mendorong Hulugu jatuh dari kudanya.

"Aaaaaargh!"
Dengan amarah Hulugu mencabut tombak yang menancap di tengah dadanya. Hanya jung tombak yang berhasil menembus masuk dan melukai badannya, karena baju besinya sangat tebal.

Yunho mendekat dengan kudanya sambil mengangkat pedang. Dengan sekali tebasan Hulugu langsung memotong semua kaki kuda Yunho untuk menjatuhkannya, Yunho terguling. Pertarungan sebenarnya baru dimulai. Denting logam terdengar. Yunho berkali-kali menghindar dan menangkis, sesekali melayangkan serangan ketika ada kesempatan. Untuk mendapat tangkapan besar dia harus membuat mangsanya lelah.

Yunho mulai teregah-engah, beberapa tempat terkena sabetan golok Hulugu, tapi Hulugu juga tidak kalah buruk, lengan dan kakinya banyak tersayat oleh pedang Yunho. Yunho memang sengaja melemahkannya. Hulugu mulai kehilangan ketenangan, teknik bertarungnya mulai berantakan dan membabi buta.

Ini saatnya.

"Aaaaaaaaaargh! Matiiiiiii!"
Dengan sisa tenaga yang ada, Yunho mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Kedua senjata saling teracung, Yunho tidak akan menghindar lagi.

ZRASH!







BRUK.

Kedua orang yang baru saja mengayunkan pedang jatuh berlutut karena tidak lagi mampu menopang tubuh mereka. Yunho dan Hulugu saling membelakangi. Tidak ada lagi serangan.

"Ugh!"
Yunho menyemburkan banyak darah dari mulutnya. Dengan bergetar dan napas yang tersengal dia menunduk melihat badannya sendiri. Darah sudah membasahi seluruh tubuhnya..

"Jaejong... Maafkan aku.."

BRUK.
Yunho ambruk ke tanah. Matanya terbuka melihat mayat-mayat bergelimpangan. Semua terlihat bergerak sangat lambat, dan suara-suara terdengar semakin sayup.

"Yunho! Yunho!"

"Yunho.. Jangan pergi.. Yunho.."

Suara Deok Su dan Jaejong terdengar tumpang tindih mengiringi pandangannya yang memudar. Yunho menutup mata.




----------------------------Tbc.

The Faithful: Two World AppartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang