04.

232 49 6
                                    

Jaejong menangis, mengulurkan tangannya sambil memanggil-manggil nama Yunho. Yunho ingin menggapainya, tapi tidak bisa, Jaejong semakin menjauh, sesuatu menarik mereka saling menjauh satu sama lain.

"Jaejong.."

"Jaejong.."

Yunho bergumam sambil menggapai-gapai udara di atasnya. Deok Su langsung datang.

"Yunho! Bangun! Kau bermimpi!"

"Aah! Hah hah hah hah.."
Yunho terbangun dengan penuh peluh. Setiap malam Dia memimpikan Jaejong.

"Deok Su, aku mau pulang.."
Dengan putus asa Yunho menangis di depan Deok Su.

"Pasti, setelah kau sembuh."

Yunho terluka sangat parah, sudah sebulan ini dia dirawat secara khusus di tenda medis, Deok Su mengawasinya sendiri. Yunho telah berjasa besar karena berhasil menumbangkan Hulugu. Hulugu sekarat akibat tebasan di lehernya, Deok Su segera datang untuk menyelesaikan pekerjaan Yunho, dan kepala Hulugu pun diserahkan kepada Jendral Yu sebagai tropi. Semenjak itu peperangan besar mereda, Mongolia menarik mundur banyak pasukannya, hanya meninggalkan perseteruan kecil di kota-kota perbatasan.

Yunho masih dirawat selama 2 bulan lagi, sampai akhirnya surat jalan itu diserahkan ke tangannya. Deok Su memberinya seekor kuda untuk perjalanan pulang. Yunho sangat gembira dan bersemangat, dia memacu kudanya untuk berlari sangat kencang.

-----------------------------

Yunho turun di gerbang desa kemudian melepas kudanya. Dia hanya ingin pulang, tidak beternak kuda. Dengan dada berdebar dia berjalan menyusuri jalanan kampung halamannya yang sudah lebih dari 5 tahun dia tinggalkan. Jalanan itu lebih ramai dari sebelumnya, lebih banyak kedai, lebih banyak orang berjualan, lebih banyak orang lalu lalang. Yunho mengembangkan senyum melihat itu semua, suasana yang damai setelah bertahun-tahun terkurung dalam medan perang.

BRUK!

Tiba-tiba seseorang menubruknya hingga terjatuh.

"Kau tidak apa-apa anak muda?"
Seorang kakek mengulurkan tangan untuk membantu Yunho berdiri, tetapi Yunho menolaknya.

"Aku baik-baik saja, terima kasih Kek."
Tentu saja dia baik-baik saja, karena yang membuatnya terjatuh adalah orang yang paling dicintainya.

"Aku juga sangat merindukanmu..."
Yunho merebahkan kepalanya lagi sambil memeluk Jaejong yang menindihnya dari atas. Sebutir air mata menitik dari sudut mata Yunho karena merasa sangat gembira dan lega.

Jaejong mendongak dengan wajah terkejut, bibirnya bergetar, lalu mulai menangis dengan sangat keras.

"Aku pulang.. Aku kembali.. Jangan menangis lagi.."

"Yunho.."

"Mn.."

"Yunho.."

"Mn.."

"Kenapa. lama. sekali.."

"Maafkan aku.. Sudah sudah hentikan air matamu, ini hari yang menggembirakan. Ayo bangun, semua orang melihat kita. Kita tidur di tengah jalan."

Yunho langsung memeluk Jaejong lagi begitu mereka berdiri, belum ingin melepaskannya. Begitu pula dengan Jaejong, dia memeluk Yunho dengan sangat erat.

"Yunho?"

"Hm?"

Jaejong meraba lengan baju Yunho.
"Di mana tangan kirimu??"

Yunho tersenyum.
"Kutinggalkan di medan perang untuk tiket pulang."

The Faithful: Two World AppartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang