Lowongan Kerja

17 2 1
                                    

["Clarin, maaf Mama nggak ngirim uang dulu yah. Soalnya warung lagi sepi minggu ini."] Sebuah pesan singkat yang terasa sangat menyesakkan bagi Clarin.

"Nggak apa-apa, Ma. Yang penting Mama sehat." balasnya.

Clarin termenung di depan papan pengumuman fakultas, setelah membalas pesan Mama nya. Sejujurnya dia kecewa,tetapi sadar usaha rumah makan yang dikelola sang Mama di luar kota mungkin sedang tidak baik-baik saja. Gadis itu mencoba untuk tidak egois, meskipun saat ini situasinya juga sedang sulit untuknya.

"Gue harus minta duit sama siapa?" gumamnya pelan, dengan nada yang sedih. Untungnya dia sendirian di tempatnya berdiri.

"Lima hari lagi," gumamnya, "Dimana gue dapet uang lima juta dalam waktu mepet?"

Clarin menghembuskan nafas dengan kasar. Sebagai anak broken home, salah satu hal yang berubah dan otomatis mengalami kesulitan yaitu masalah ekonomi. Meskipun Clarin anak bungsu dari tiga bersaudara,kedua kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga sendiri. Clarin enggan untuk menyusahkan mereka.

"Papa dimana sih? Clarin butuh Papa, Clarin masih mau lulus kuliah," gumamnya lagi.

Clarin menundukkan kepalanya, menatap sepatu kuliahnya yang mulai terlihat usang. Lamunannya buyar saat sebuah tepukan di pundak membuatnya mengalihkan pandangan sejenak.

"Manda! Bikin kaget aja kamu," omel Clarin dengan wajah kesal yang dibuat-buat. Clarin sangat apik menyembunyikan ekspresi sedihnya.

"Maaf atuh. Lagian kamu teh fokus amat," kekeh Manda dengan lesung pipi yang tercetak jelas.

Manda mengikuti arah pandangan Clarin sebelumnya. Senyum cerianya langsung memudar saat paham apa yang sedang diperhatikan sahabatnya.

"Papa kamu belum ngasih kabar?" tanya Manda dengan lembut.

Clarin menggeleng pelan lalu memaksakan diri untuk tersenyum.

"Beneran dia pergi ke kalimantan buat proyek barunya?" tanya Manda dengan hati-hati.

Clarin mengalihkan pandangannya sejenak sebelum kembali menatap sahabatnya. Kini tatapan itu terlihat sedih dan pilu. "Nggak tau, kata Nenek sih gitu. Dia pergi juga nggak pamit-pamit sama aku, Man."

Manda mengelus lengan atas sahabatnya dengan lembut. "Mamah kamu gimana?" Manda kembali bertanya. Dia terlihat khawatir dengan kondisi sahabatnya.

Clarin menarik nafas panjang, "Sambil jalan yuk," ajaknya mengalihkan obrolan.

Clarin menggandeng tangan Manda untuk pergi dari tempat itu. Manda hanya mengangguk dan mengikuti langkah sahabatnya.

Sambil berjalan menuju gerbang kampus, keduanya hanya terdiam. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Apa semester ini cuti dulu ya? Ngumpulin uang buat kuliah dulu." Clarin berpikir dalam hatinya.

Saat melewati gedung perpustakaan seorang lelaki mendekati mereka dengan senyum ramahnya.

"Sorry ganggu, temen saya lagi buka lowongan kerja, barangkali kakaknya minat," ujarnya sambil memberikan sebuah pamflet pada Clarin.

Dengan segera Clarin mengulurkan tangannya, menerima pamflet itu. "Pas banget," gumamnya dalam hati.

Manda ikut mengulurkan tangan untuk mengambil pamflet yang sama. Namun, lelaki itu menepis lengan manda.

"Sorry, lo nggak masuk kriteria," ujarnya dengan wajah polos dan senyum yang lebar.

"What?" pekik Manda kesal.

Lelaki tampan itu hanya tersenyum tanpa merasa berdosa. Dia tidak peduli dengan wajah kesal Manda.

Dinner and Soul MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang