DAY 01

21 9 2
                                    

DESTINY APPOINTED YOU

****

"Akhirnya."

Melihat bagaimana reaksi bahagia dari kembarannya Kara ikut merasakan hal yang sama. Bagaimana tidak bahagia setelah akhirnya lepas dari kasur kasar di panti asuhan yang selama bertahun-tahun tak pernah diganti, kini mereka bisa merasakan empuknya kasur kostan yang baru saja mereka tempati. Walaupun lebih empuk kasur di hotel bintang lima.

"Kar, ayo baring di sini, nanti aja beres-beresnya. Dijamin langsung tertidur pulas." ucap Sara dengan kedua matanya yang terpejam.

"Kamu tidur dulu aja, biar aku yang beresin." jawab Kara sembari memindahkan baju-baju ke lemari yang memang sudah ada sebelum mereka pindah ke kos ini.

Sebenarnya bisa saja mereka mengambil dua kamar, tapi lebih baik pilih satu kamar saja agar lebih hemat biaya, apalagi setelah ini tak ada lagi ibu panti yang selama ini membiayai mereka. Bagaimanapun caranya harus bisa bertahan hidup untuk diri sendiri.

"Habis ini kita nggak akan denger suara cerewetnya bu panti lagi, nggak ada yang nyuruh-nyuruh kita lagi, nggak ada yang ngatur kita lagi dan nggak ada yang jewer kuping kita lagi. Kita bebas!" Dengan bahagia luar biasanya Sara mengatakan itu seolah dirinya baru saja bebas dari tahanan penjara, padahal nyatanya di panti tidak sekejam itu.

"Ibu panti ngelakuin itu karena sayang sama kita dan pasti ada alasan lainnya juga. Nggak mungkinkan kita diam aja tiba-tiba dijewer." ujar Kara dengan kedua tangannya yang sibuk merapikan buku-buku di meja.

Sara yang sebelumnya memejam kini kedua matanya terbuka sepenuhnya usai mendengar ucapan Kara. Ia angkat tubuhnya hingga terduduk dan mengambil bantal sebagai pangkuannya. kedua matanya tertuju pada Kara. "Kalau bu panti sayang sama kita nggak mungkin kan kita dibiarin aja pergi, harusnya dihalang biar kita tetap di situ. Masa anak kesayangannya dibiarin pergi gitu aja."

Kara hanya tersenyum kecil. Lelah rasanya jika terus menjawab ucapan Sara yang nggak akan pernah ada habisnya, kembarannya itu memang sangat cerewet atau luar biasa cerewet berbanding terbalik dengan dirinya yang mempunyai kepribadian lebih pendiam, penyendiri dan berbicara seadanya saja, berbicara panjang lebar pun sangat sulit untuk dirinya. Kadang juga Kara merasa iri dengan Sara yang sangat mudah bergaul dan tak butuh waktu lama untuk seorang Sara mendapatkan banyak teman.

"Besok hari pertama kita masuk kelas 12, buku sama seragam kamu udah siap belum?" Mengingat hari ini adalah hari terakhir libur panjang mereka, Kara bertanya apakah kembarannya itu sudah menyiapkan keperluan untuk besok, takut saja jika besok ada yang ketinggalan.

Sara kembali menjatuhkan dirinya ke kasur dan menutup wajahnya dengan bantal berharap rasa kantuk mendatanginya. "Nanti aja deh! Lagian besok hari pertama masuk nggak akan belajar jadi bawa satu buku aja," ujar Sara dengan suaranya yang samar, tapi dapat terdengar jelas oleh Kara.

Kara hanya mengangguk singkat dan diam sesaat seperti ada sesuatu yang ingin ia tanyakan. Hingga menit setelahnya pertanyaan itu kembali muncul di benaknya. "Sar, kita perlu kerja paruh waktu 'kan? Setengah tabungan kita udah kita gunain buat bayar kos ini, sisanya—"

Belum sempat Kara menyelesaikan ucapannya, suara hembusan napas kasar dari Sara membuat kalimat Kara terhenti. "Kenapa hidup harus sesulit ini? Kenapa harus kita yang cari uang? Kenapa nggak uangnya aja yang cari kita?" geram Sara sampai melempar bantal kesembarang arah saking kesalnya. Gagal sudah dirinya untuk tidur.

Destiny Appointed You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang