Riuh

6 2 0
                                    

Malam itu, hari terasa sangat dingin di Lampung.

"Mbak Alin, tadi sampean dipanggil sama Abah ke ruang atas mbak. Maaf Raisya lupa mau menyampaikan, hehe." Ucap Raisya sembari memperlihatkan giginya yang terpapar behel.

"Kamu tuh ya, kebiasaan. Dari jam berapa Abah manggil mbaknya?." Tanya Alin.

"Jam 7 tadi mbak, tapi Abah belum kelihatan turun mbak, mungkin Abah masih ada di atas." Jelas Raisya.

Ya, gadis itu Alin, Amira Rosalind Rahmi. Gadis yang menghabiskan 15 tahun hidupnya untuk belajar dan mengabdikan diri di sebuah pesantren daerah Lampung. Saat Alin datang ke pesantren, dia masih berumur 7 tahun.

Dibesarkan layaknya seorang anak oleh kyai dan istrinya. Alin tumbuh menjadi gadis cantik yang periang, terkadang Alin memang mengingat orangtua kandungnya. Tetapi hal itu tidak pernah membuat Alin melakukan hal yang mengecewakan orangtua angkatnya.

Bukan keinginan Alin muda untuk pergi berpisah dengan keluarganya sejak dini, tetapi sebuah tragedi yang menimpa kedua orangtuanya mengharuskan dia untuk menjalani kehidupan sebagai seorang santri.

~~~

Alin melangkahkan kaki ke kantor Ma'had pesantren Nurul Hikmah, sebuah pesantren yang berada di daerah diujung Lampung.

Tiba-tiba Alin berhenti di depan pintu sebuah ruangan yang berada di lantai dua, dengan penasaran Alin mendekat untuk memastikan apa yang dia dengar.

"Astaghfirullah," mata Alin membola saat menyaksikan apa yang terjadi di ruangan tersebut.

Kedua orang yang berada di dalam ruangan tersebut sontak menghentikan kegiatannya memangut bibir satu sama lain saat mendengar suara istighfar yang diucapkan Alin.

"Sialan," umpat wanita di dalam ruangan. "Mbak Alin, masuk!" Teriaknya sembari membenarkan hijab yang telah berantakan akibat aktivitas terlarangnya tadi.

Dengan hati-hati, Alin membuka pintu ruangan tersebut dan melangkahkan kaki dengan terus mengucap istighfar.

"Apa saja yang sudah mbak Alin lihat?," Hardik wanita itu.

"Sayang, jangan marah-marah gitu. Nanti cantiknya hilang gimana?." Ucap pasangannya dengan tetap menciumi pipi wanitanya. Sang wanita yang tadinya menegang wajahnya, menjadi sedikit rileks dan menyunggingkan senyum manis.

"Iya sayang," ucapnya seraya meraih tangan pasangannya.

Alin yang mendengar percakapan kedua wanita tersebut dengan terus melafazkan istighfar.

"Jawab mbak Alin!" Ucapnya dengan nada yang sedikit tinggi.

"Saya tidak melihat apa-apa Aisyah. Kalau begitu saya permisi Sya, mbak Layla." Terburu-buru Alin berlari dengan mengangkat gamisnya tanpa sengaja.

"Ih sayang, gimana ini?" Tanya wanita yang dipanggil Ning Aisyah oleh Alin tadi.

Ya perempuan yang terpergok Alin sedang melakukan hal yang terlarang dengan pasangan wanitanya tadi adalah anak dari Abah tempat Alin menimba ilmu selama 15 tahun ini.

Sementara wanita yang dipanggil Mbak Layla tadi tersenyum kearah Aisyah, "hei, tenang aja gak usah panik gitu. Gimana kalau kita jebak saja si Alin itu?." Timpalnya seraya mencium tangan Aisyah.

"Menjebak Alin? Gak bakal bisa sayang, mbak Alin itu kesayangan Abi sama Umi jadi mereka pasti ngebela mbak Alin." Rengeknya sembari bergelayut manja di tangan Layla.

"Ah, bagaimana kalau kamu usulkan kepada Abi mu itu untuk menjodohkan Alin dengan laki-laki yang kau bilang menaruh hati untukmu itu, siapa namanya?." Tanya Layla kepada Aisyah.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang