8| Pelukmu, Dekapmu

272 38 6
                                    

Dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku kembali dipatahkan dengan yang namanya cinta.

***

“Sejujurnya, Kak Aidan sudah memiliki seorang istri.”

“Kak Sania adalah istri sah Kak Aidan yang dipersunting 6 tahun lalu ketika Kak Aidan memulai untuk membangun karirnya.”

“Saat itu, Kak Sania sudah berusia 30 tahun dan terpaksa menerima lamaran Kak Aidan karena orang tua kami.”

“Maaf, saya tidak berusaha menyembunyikannya jika kamu menaruh curiga pada saya.”

Helaan napas gusar Adnan terdengar di telinga Humaira. Mereka berada di dalam mobil yang masih terparkir di rumah sakit. Sania sudah pulang diantar sopirnya. Humaira masih memandang luar jendela ketika Adnan menoleh padanya. Wanita itu tak bersuara sejak Sania meninggalkan mereka.

“Aku tidak tahu, Adnan.”

Kini, suara Humaira terdengar. Begitu lirih. Suaranya menahan tangis. Humaira terluka. Dia terguncang menerima fakta bahwa pria yang dicintainya ternyata sudah beristri bertahun-tahan lamanya. Ia pikir, menjadi wanita yang diam-diam menjalin hubungan dengan bosnya sendiri adalah kesalahan. Namun, ia sudah melakukan dosa besar karena menjadi wanita simpanan, alias selingkuh dengan suami orang.

Humaira merasa hina pada dirinya sendiri.

“Aku nggak bisa membayangkan kalau aku yang ada di posisi Mbak Sania. Berapa bencinya aku pada diriku sendiri karena sudah berselingkuh dengan suami orang. Demi apapun, Nan, aku nggak tahu kalau Aidan sudah menikah. Tidak ada pemberitaan tentang istri maupun keluarganya. Yang aku tahu, Aidan hanya lah pria dewasa yang sukses membangun karirnya sendiri,” suara Humaira bergetar.

Adnan juga memahami bahwa Humaira terjebak pada pilihannya di masa lalu. Mencintai seseorang tidaklah salah sebenarnya. Hanya saja, waktu tidak membenarkan mereka berdua untuk bertemu.

Adnan merangkul Humaira. Mendekatkan kepalanya pada dadanya. “Sudah, jangan menangis terus. Aku sudah bilang bukan, kalau wanita yang sedang hamil nggak boleh banyak menangis. Nanti stres. Kasihan bayi kamu.”

Adnan mengusap perut Humaira. “Aku akan menutup telingaku, agar Kak Sania tahunya kamu istriku. Bukan mantan kekasih Kak Aidan.”

Setelah merasa tenang, Humaira memutuskan untuk beristirahat.

Adnan keluar dari rumah sakit. Ia melajukam mobilnya dengan kecepatan sedang. Memutar musik dengan volume kecil. Sesampainya di apartemen, rupanya Humaira masih tertidur. Adnan tak tega membangunkannya. Adnan pun membopong Humaira sampai di kamar dan menidurkannya dengan hati-hati.

Adnan menaruh tas kerjanya juga menggantung jas putihnya. Pria itu mandi terlebih dulu dan memakai kaos polos. Kacamata masih membingkai wajahnya. Adnan membuka laptop terlebih dulu, menyicil laporan untuk rapat besok. Kemudian, ia berbaring di samping Humaira.

Humaira tertidur dengan wajah polos, masih terlihat cantik meski make up di wajahnya sudah berantakan.

Adnan merapikan rambut Humaira yang menutupi wajahnya. Dengan lembut, ia mengusap kepala Humaira.

“Humaira, sesungguhnya aku juga bukanlah orang sebaik yang kamu kira.”

***

Suami PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang