29. Rumah Dongeng

15 3 0
                                    

Karena kasihan melihat Sella menahan sakit seorang diri, Lintang memutuskan membawa cewek itu ikut ke UKS. Tadi sempat mondar-mandir karena beberapa kali salah masuk kelas Aksa, ya gimana ya, yang Lintang kenal di sekolah ini hanya Aksa serta Abel, Renzi dan Keno juga tapi kedua anak itu tak kunjung terlihat sejak kali pertama Lintang memasuki area sekolah. Untungnya ada seseorang yang mau membantu, Lintang tidak kenal itu siapa tapi sepertinya Sella mengenalnya. Terbukti dari cara gadis itu bicara dengan Sella tadi.

"Pelan-pelan dong, sakit!" Entah untuk keberapa kali cewek yang Lintang sebut 'metal' itu berteriak. Sampai telinga Lintang berdegung ngilu.

Setelah memberi obat pada Varo untuk Aksa, Lintang pun menuntun Sella. Brankar UKS nomor satu sudah ditempati Aksa, ia terlihat sedang memejamkan mata usai meneguk obat dan air yang Varo berikan. Itu sebabnya, Sella dituntun berbaring oleh Lintang di brankar nomor dua dengan sangat lemah lembut. Lintang merasa jadi pembantu kalau begini caranya.

"Udah sana, pergi lo!" Usir Sella mengibaskan tangan semena-mena, hal itu ditanggapi lirikan sinis oleh Lintang. Sella pikir Lintang hewan?

"Nggak tau terima kasih banget ya lo, mending gue bantuin, banyak noh orang abis nabrak kabur."

"Dih, udah kayak superhiro aja. Berasa menyelamatkan banyak nyawa ya?"

"Iya, kenapa?"

Sella berdecak. "Bodo, nggak peduli. Cepet pergi sana!"

"Gue bakal pergi asal lo diem."

"MONYET LO DUA, NGGAK TAU APA ADA ORANG SAKIT?!"

Sella spontan menengok ke samping kanan di mana Varo sudah membuka tirai pembatas antar brankar. Cewek itu tentu terkejut, secara ia tidak kenal dengan cowok yang kali ini sedang menatapnya nyalang. "L-lo siapa?"

"Setan," jawab Lintang asal.

"Hah?!"

"Dia bisa berubah wujud jadi apa aja. Jadi orang, lo, ataupun gue." Sambil menunjuk bergiliran.

"Setan lo!" Teriak Varo tak terima.

Lintang melotot. "Nah kan, dia nggak nyadar, dia juga setan padahal."

Sella mendengkus kesal. Tangannya bersedekap. Kaki cewek itu masih terlampau sakit. "Lo juga setan anjir," lalu menabok lengan Lintang yang masih berdiri di samping brankarnya.

"Gue juga, tapi banyakan dia. Gue mah cuma seperempat doang."

"Kampret!"

Lintang berbalik. "Iya, setan?" jawabnya dengan nada ramah.

Varo mengepalkan tangan emosi, jangan sampai ia mengeluarkan jurus kepala naga naruto demi melawan Lintang. "Diem atau gue potong tit*d lo!"

Sella melongo kaku, pendengarannya jadi terkontaminasi kalau begini. Sementara itu Lintang pun menutup bagian sensitifnya dengan kedua tangan."Ampun puh .... aku mah masih pemula ...."

"BAJINGAN!!!" Teriak Sella menjadi-jadi.

♡♡♡♡

Menjelang sore hari, ketika penghuni sekolah bubar lantaran waktu belajar telah usai, kaki-kaki letih yang terbalut rumah bertali pontang-panting keluar dari ruangan kelas masing-masing. Saling tabrak-menabrak seolah bermusuhan, tidak sabar untuk segera pulang. Tapi tidak dengan seorang gadis tomboy yang menenteng sebelah ranselnya sambil mendengarkan musik lewat earphone.

Kiera, gadis itu berjalan dengan santai, menjauh dari keramaian. Agaknya ia lebih memilih menunggu lama ketimbang harus susah payah berdesakan dengan yang lain.

Ineffable | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang