dua

653 62 5
                                    

Hari minggu, Jaya Putra Pradipta menguap, matanya menyernyit karena matahari sudah menyentuh wajahnya.

Jaya ketiduran di sofa, perjalanan cukup panjang pakai motor dari Jakarta ke Bandung membuatnya kelelahan dan berakhir tergeletak sembarang tempat.

Ngomong-ngomong soal perjalanan jauh, Jaya jadi ingat ada satu momen dimana dia bertemu orang sinting yang baru saja ngenalin dirinya sebagai tetangga di seberang.

Minggu pagi ini dia masih sendiri, neneknya yang akan menemani Jaya nanti malam diantar Papanya.

FYI, Jaya bakal tinggal di Bandung bareng neneknya sampai kelulusan.

Waktu masih di Jakarta Jaya minta penjelasan dari kedua orangtuanya kenapa dia tiba-tiba dipindahkan ke Bandung.
Papa dan Mamanya ingin dia tinggal sendiri dan jadi pribadi yang mandiri. Setelah lulus sekolah, orang tuanya menjamin pekerjaannya.

Berbekal uang dan pengawasan dari neneknya yang akan pulang setiap hari Sabtu dan Minggu saja saat Jaya libur sekolah.

Jaya beranjak dari sofa, mengusak rambutnya yang sudah seperti terkena gledek. Matanya memicing ketika melihat empat paper bag di meja bulat ukuran besar didepannya.

Salah satu sudut bibirnya tertarik keatas, "si maling boleh juga nih nyambut tetangganya ngasih yang kaya ginian." Gumamnya.

Dibukanya satu persatu brand mahal yang sudah tak asing baginya, hingga kotak terakhir memperlihatkan parfum brand Dior kesukaannya yang baru saja habis dua hari yang lalu.

Dirasa asli, Jaya kembali tersenyum sambil terkekeh kecil.

"Lumayanlah dua juta gue aman."

$+$

"Adek kemarin gimana kata tetangga?"

Zaki dibikin merinding, pliss untuk hari ini aja deh jangan dulu bahas tetangga baru yang buat dia bete sampai nggak bisa tidur tadi malam.

"Aman kok Bun, udah Zaki kasih semua. Tetangganya suka sama cendramatanya."

Padahal enggak!

"Baru juga ketemu Zaki udah di anjingin Bun!!!" Hati kecil Zaki berontak.

Tersirat senyum diwajah bunda, "Bagus dong! Kamu diajak masuk kerumah gak?"

"Nggak Bun. Soalnya kemarin adek cuma ketemu sama satu orang aja dari keluarga itu, kayaknya seumuran sama Zaki tapi mukanya sangar."

Bundanya kaget, "loh kalian gak kenalan?" Tanyanya membuat Zaki ketar ketir harus jawab apa.

"Kenalan kok Bun! Cuma lupa aja namanya siapa hehe." Ujarnya beralasan, hanya dibalas gelengan oleh bundanya.

"Pokoknya kalo semisal anak tetangga itu seumur sama kamu, kalian harus cepet akrab."

"Iyaaa bunn iyaaaa. Eh, Abang mana Bun?"

"Abang Touring sama temen-temennya."

Zaki ber-oh ria. Padahal mau minta Abangnya buat anterin dia ke mall terdekat, mumpung hari Minggu.

Karena official site Lego baru aja promosiin Lego keluaran barunya kemarin, Zaki kan jadi tergiur pengen cepat beli terus ngerakit.

Mau minta supirnya Pak Sucipto, tapi dia lupa kalo beliau pulang dulu karena kondisi anaknya lagi sakit.

Mau ajak temen-temennya tapi mereka lagi sibuk sama urusan masing-masing.

Duh dasar, gini nih kalo belum dibolehin pake motor sama ortu padahal Zaki udah punya KTP. Alasannya gara-gara dia anak bungsu jadinya terlalu over protective.

Papa Zaki baru aja bangun dari tidurnya setelah kemarin lembur, jadi Zaki bisa minta papanya buat anterin dia ke mall.

Walaupun masih muka bantal, papanya dengan kecepatan kilat sudah berada dalam mobil siap mengantar anak bungsunya tercinta.

"Apasih yang enggak buat adek?"

$+$

"Nanti kalo mau pulang kasih tau papa, jangan kemaleman!"

Zaki ngangguk pamitan.
Melihat sang Papa sudah membawa pergi mobilnya, sepersekian detik kemudian membuang nafasnya gusar.

Zaki sudah SMA, dia gak mau terus diperlakukan bak bocah sama ortunya. Walaupun niat mereka baik sih.

Mata Zaki berbinar-binar melihat pemandangan di depannya. Dia ada di surganya Lego.

Udah lama Zaki gak kesini, terakhir kelas 2 SMP karena kalau sekarang waktu dia gak banyak buat pergi-pergi. Zaki sibuk dengan masa SMAnya, tugas, waktu pulang, dan menjadi ketua ekskul adalah hal yang menghambat hari weekend dia.

Kebetulan aja, hari ini Zaki lagi ngebet banget pengen Lego versi terbaru yang sampai bikin dia resah karena takut kehabisan kalo gak beli sekarang.

Sesampainya di kasir, Zaki tersenyum bahagia. Beberapa Lego yang harganya fantastis bisa dia dapetin hanya kurun waktu sehari saja.

"Total semuanya jadi 15juta ya kak."

Zaki merogoh slingbagnya, mengeluarkan kartu ATM miliknya saat pegawai kasir menyebutkan nominal.

"Ini mbak-" Belum juga sempat Zaki ngasihin atm-nya, mbak kasir tiba-tiba nolak alhasil membuat Zaki bingung.

"Udah dibayarin kak."

"Hah?"

Mbak kasir menunjuk laki-laki disamping Zaki, "udah dibayar sama kakaknya."

Alis Zaki beradu ketika melihat siapa orang dermawan yang mampu membayar legonya. Laki-laki dengan outfit hitam dan muka yang membuat dia tidak bisa tidur semalam.

"Lu kek bocil SD beli ginian-" ujarnya meledek, namun dipotong oleh Zaki.

"Lo kan-TETANGGA NGABERS PREMAN ITU YA!?"

Jaya dan Zaki dipertemukan lagi.
Jaya mengernyit karena malu melihat reaksi Zaki tadi.

"Jaga tuh mulut lo kalo ngomong."

"Dih mulaaiii sewot lagi" Zaki memberi side eye pada si empu.

"Mbak tarik lagi aja duitnya! Uangnya dia mah hasil ngepet-"

"ENAK AJA LO, NIAT GUE UDAH BAIK."

"Nyenyenye bacoottt-hmmp!!" Hingga akhirnya mulut Zaki dibekap oleh tangan milik Jaya.

Keduanya tersulut emosi warbyasah. Akibatnya terjadi pertengkaran di depan kasir. Membuat para sekuriti mall datang untuk memisahkan mereka berdua.

$+$

Halooo

Aku izin promosiin yaaa, jadi Orang Kaya Gila ini ada 2 versi!

Kalian boleh mampir Twitter aku @/shocobit
AU nya berkaitan sama ini kok!!!

Sorry yaaa buat chapter ini mereka belum banyak screentimenya heheh!

Tengkyuuww

 [ Jayke ] Orang Kaya GilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang